Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Dibalik Warga Desa Balagedog Majalengka Yakin Tak Bakal Tersambar Petir  

Dengan mengucap 'Hai Angklek Maya Ratu Kusuma, Anjeun Ulah Samar Ulah Silo, Kula Anak Putu Balagedog', masyarakat desa percaya tak akan disambar petir

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Cerita Dibalik Warga Desa Balagedog Majalengka Yakin Tak Bakal Tersambar Petir  
TribunCirebon.com/Eki Yulianto
Makam Buyut Koda, seorang sesepuh di Desa Balagedog, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka yang diyakini memiliki keahlian anti tersambar petir 

TRIBUNNEWS.COM, MAJALENGKA - Petir saat hujan lebat sangat ditakuti dan dihindari kebanyakan masyarakat.

Berbeda dengan kepercayaan warga Desa Balagedog, Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten Majalengka.

Dengan mengucap kalimat 'Hai Angklek Maya Ratu Kusuma, Anjeun Ulah Samar Ulah Silo, Kula Anak Putu Balagedog', masyarakat desa tersebut percaya tak akan disambar petir.

Mitos tersebut masih digunakan sampai sekarang, khususnya para orang tua yang masih hidup.

"Kalau hujan besar di mana pun mantranya begitu, jadi kalau lagi pergi kemana terjadi hujan besar orang Balagedog mengucap itu. Walaupun itu hanya sebuah mitos tapi percaya gak percaya ya memang manjur," ujar Nana Supriatna (43), seorang Tokoh Masyarakat Desa Balagedog saat ditemui di balai desa setempat, Kamis (18/11/2021).

Baca juga: Remaja Gresik yang Makamnya Dibongkar Ternyata Pernah Jualan Pil Koplo, Diduga Korban Pembunuhan 

Baca juga: Kode Gubernur DKI Anies Baswedan saat Ditanya Soal Formula E, Beri Jempol hingga Ucapkan Nice Try

Nana menceritakan, kalimat mantra yang mampu membuat warga Balagedog bisa terlindung dari sambaran petir bermula dari kisah Buyut Koda.

Buyut Koda sendiri merupakan seorang sesepuh yang tinggal di Desa Balagedog dan dipercaya memiliki ilmu tinggi.

Berita Rekomendasi

Menurutnya pada zaman dulu, Buyut Koda diminta oleh seorang Sultan Cirebon untuk membabat hutan.

Ilmunya yang tinggi membuat Sultan Cirebon kala itu percaya Buyut Koda mampu melaksanakan tugas tersebut.

"Buyut Koda adalah seorang tokoh di Balagedog dan nenek moyang kami, beliau ada orang yang berilmu tinggi pada zaman itu. Cerita turun temurun, beliau dipanggil Sultan Cirebon untuk membabat hutan karena orang-orang dari manapun tidak ada yang bisa membabat hutan itu," ucapnya.

Baca juga: Dekan FISIP UNRI Tersangka Dugaan Pelecehan Seksual, Muncul Desakan Penahanan dan Copot Jabatan

Namun, kata Nana, dalam melaksanakan tugasnya Buyut Koda menemukan beberapa masalah.

Satu di antaranya adalah badai petir yang beberapa kali menyambar tubuh Buyut Koda.

"Saat melaksanakan tugasnya ternyata benar banyak gangguan, ada maung (macan), ular dan yang terakhir yang paling sulit itu hujan besar disertai petir yang kemudian menyambar tubuhnya."

"Jadi pekerjaan itu tidak selesai-selesai, dia (Buyut Koda) mencari cara gimana petir ini bisa diatasi lah bahasanya," jelas dia.

Saat itu Nana mengungkapkan, Buyut Koda membuat sebuah alat dari batang bambu.

Alat tersebut kemudian digunakan untuk menangkap petir yang terus menerus menyambarnya.

Setelah berhasil menangkap petir, terciptalah sebuah perjanjian antara Buyut Koda dan petir tersebut.

Perjanjian itu yakni petir tidak boleh mengganggu Buyut Koda termasuk anak cucunya warga Desa Balagedog.

"Petir ini tertangkap nah kemudian si petir itu katanya minta dilepaskan kira-kira begitu. Kata Buyut Koda ada syaratnya, jangan mengganggu saat bekerja dan jangan mengganggu anak cucu orang Balagedog, jadi ada perjanjian antara Buyut Koda dengan petir itu," katanya.

Baca juga: Respons Menantu Luhut, Mantan Danpaspampres saat Diisukan Jadi Pangkostrad 

Sejak saat itulah, warga Balagedog hingga saat ini tidak ada cerita yang pernah terkena sambaran petir.

Bahkan menurut Nana, ada kejadian warga yang tersambar petir namun tidak mengalami luka apa pun.

"Ada kejadian nyata ini, warga sedang berdiri di depan pintu tiba-tiba tersambar petir. Tapi anehnya petir itu justru menyambar di sela-sela kaki, pintu rumah sampai rusak itu," ujarnya.

Berkat petuah dari Buyut Koda itu juga, banyak warga Balagedog yang mayoritas berprofesi sebagai petani tidak pernah takut untuk pergi ke sawah saat hujan turun.

Bahkan, banyak petani yang senang ke sawah justru saat cuaca hujan.

"Kalau dibilang takut ya takut, tapi ada keyakinan kita dapat perlindungan dari Allah. Jadi kadang-kadang kalau daerah lain begitu hujan petani pada pulang, tapi kalau di sini (Balagedog) walaupun hujan juga petani mau berangkat ya berangkat ke sawah," ucapnya.

Kesaktian Buyut Koda itu menjadi cerita legenda yang begitu dikenal masyarakat Majalengka hingga kini.

Tidak sedikit warga yang kemudian datang ke makam Buyut Koda di Blok Kamis, Desa Balagedog untuk berziarah.

"Makamnya ada, dari dulu seperti itu tidak banyak yang berubah. Ada yang datang berziarah, cuma kondisi makamnya belum benar-benar terawat," jelas Nana.

Baca juga: Sempat Nyasar ke Kamar Mandi Warga, Kini Binturong Diserahkan ke Resort KSDA 50 kota 

Meski warga Balagedog diyakini tidak akan tersambar petir, namun Nana berpesan agar warga tidak sesumbar dan tetap waspada.

Ia mengatakan, jika cerita Buyut Koda itu merupakan peninggalan leluhur yang sudah seharusnya dijaga dan dilestarikan.

"Pesannya kami selaku anak cucu warga balagedog harus bersyukur dan bisa merawat menghormati apa yang telah beliau lakukan. Tapi tetap tidak boleh takabur," katanya.

Artikel ini telah tayang di TribunCirebon.com dengan judul Kisah di Desa Balagedog Majalengka, Warganya Yakin Tidak Bakal Tersambar Petir, Ini Alasannya

Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas