Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Guru di Pedalaman Purwakarta: Tiap Hari Tempuh Jalan Licin dan Berbatu 20 Km

Waktu tempuh yang begitu lama dikarenakan kondisi jalan yang licin dan berbatu terbilang cukup ekstrem

Editor: Erik S
zoom-in Kisah Guru di Pedalaman Purwakarta: Tiap Hari Tempuh Jalan Licin dan Berbatu 20 Km
TRIBUNJABAR.ID/IRVAN MAULANA
Unandar, seorang guru yang bertugas di Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta berangkat menuju sekolah, Rabu (24/11/2021) 

TRIBUNNEWS.COM, PURWAKARTA -  Unandar (39) berjuang menempuh jarak 20 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam menuju ke sekolah tempat ia mengajar.

Unan, sapaan akrabnya, bertugas di pedalaman Kabupaten Purwakarta. Ia merupakan seorang guru pengajar di SDN 1 Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Waktu tempuh yang begitu lama dikarenakan kondisi jalan yang licin dan berbatu terbilang cukup ekstrem dilalui sepeda motor yang dikendarai Unan.

"Kami setiap hari berangkat dari rumah di Kecamatan Tegalwaru menuju SDN 1 Parungbanteng menempuh perjalanan kurang lebih selama 1 jam," ujar Unan ketika diwawancara saat pulang sekolah di Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta, Rabu (24/11/2021).

Baca juga: Profesor Ini Ketahuan Mengajar Kuliah Secara Online Sambil Mandi

Hambatan Unan menuju ke sekolah terbilang cukup banyak, bahkan terkadang cuaca juga menjadi penyebab memperlambat perjalanan Unan.

"Kalau musim hujan kaya gini memang lebih parah, dalam kondisi jalanan kering saya memang bisa menempuh satu jam. Tapi kalau hujan bisa dua kali lipat lebih lama," kata dia.

Selain jalanan licin berbatu, kondisi jalan berliku nan terjal itu juga dipenuhi lumpur tanah merah yang menghambat roda kendaraan.

Baca juga: Driver Ojol asal Subang yang Tewas Tertimpa Pohon Berada di Purwakarta Urus Orangtua yang Sakit

Berita Rekomendasi

"Selain ban motor sering selip terhambat lumpur kalo musim hujan. Jembatan yang saya lalui juga masih belum selesai dibangun, di situ berbahaya juga," imbuhnya.

Jika bukan musim penghujan seperti saat ini, Unan bisa saja melintasi sungai, namun ketika musim hujan aliran sungai cukup deras dengan muka air lebih tinggi.

Terpaksa Unan pun harus mendorong sepeda motornya untuk melintas di atas jembatan yang masih berbentuk setengah kerangka.

"Kalau gak lewat darat, kita juga bisa lewat jalur air engan menyeberang waduk Jatiluhur menggunakan perahu jukung," kata Unan.

Namun menyeberangi waduk dengan perahu jukung juga masih beresiko bahaya tinggi bagi Unan.

Pasalnya kondisi musim seperti ini bisa saja cuaca tiba-tiba ekstrem angin menghembus lebih kencang mengancam keseimbangan perahu.

Belum lagi hamparan eceng gondok yang selama ini menjadi masalah di waduk tersebut.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas