Gunung Merapi dalam Fase Erupsi Efusif, Apa Artinya?
Gunung Merapi di DIY dan Jawa Tengah sejak 5 November 2020 lalu berstatus Siaga atau Level 3.
Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
Editor: Arif Fajar Nasucha
Pada letusan explosive, erupsinya tergolong mempunyai kekuatan cukup tinggi dengan menghasilkan terutama abu, batu apung, dan puing-puing balistik fragmental.
Sekitar 6% erupsi efusif di Bumi membentuk kubah lava. Bentuk kubah yang khas ini dikaitkan dengan viskositas tinggi yang menghambat lava mengalir sangat jauh.
Erupsi efusif sering terjadi pada jenis Gunung Berapi Perisai landai seperti yang ada di Hawaii.
Baca juga: UPDATE Kondisi Gunung Merapi Hari Ini, Alami 152 Gempa Guguran, Status Siaga III
Baca juga: 4 Jenis Gunung Api dan Karakteristiknya, Gunung Api Kerucut Cinder hingga Gunung Api Kubah Lava
3 Tipe Erupsi
Dilansir laman BPPTKG, secara garis besar ada tiga tipe/jenis erupsi yaitu Hawaiian, Strombolian dan Vulkanian.
Erupsi tipe hawaiian dicirikan dengan adanya erupsi lava cair berasal dari kawah dalam waktu cukup lama.
Erupsi jenis strombolian dicirikan dengan erupsi-erupsi kecil dari gas dan fragmen-fragmen atau serpihan magma.
Sedangkan Erupsi vulkanian terjadi karena lobang kepundan tertutup oleh sumbat lava atau magma yang membeku di pipa magma setelah kejadian erupsi.
Diperlukan suatu akumulasi tekanan yang relatif besar untuk membuka lobang kepundan atau menghancurkan sumbat lava.
Erupsi melontarkan material hancuran dari puncak gunung api tapi juga material baru dari magma yang keluar.
Salah satu ciri dari erupsi vulkanian yaitu adanya asap erupsi yang membumbung tinggi ke atas dan kemudian asap tersebut melebar menyerupai cendawan.
Asap erupsi membawa abu dan pasir yang kemudian akan turun sebagai hujan abu dan pasir.
Tidak seperti tipe hawaiian dan strombolian, aliran lava tidak terjadi pada tipe erupsi vulkanian.
Gunung Merapi merupakan gunungapi yang dapat dimasukkan dalam tipe vulkanian lemah dengan ciri khas adanya peranan kubah lava dalam tiap-tiap erupsinya.
(Tribunnews.com/Tio)