Ramai Tagar #SriSultanYogyaDaruratKlitih dan #YogyaTidakAman, Apa Sebenarnya Itu Klitih?
Beberapa hari ini, warganet terutama di media sosial Twitter dihebohkan dengan fenomena klitih. Apa itu sebenarnya klitih?
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
Sementara itu, dikutip dari Kompas.com, klitih pertama kali marak sekitar tahun 2016 silam.
Pada saat itu, tercatat ada 43 kasus kekerasan yang melibatkan remaja.
Baca juga: Diteriaki Klitih, 2 Pria Ini Dikejar Sekelompok Orang Tak Dikenal lalu Dikeroyok, 1 Orang Meninggal
Baca juga: Dulunya Pelaku Klitih Hanya Serang Sekolah, Kini Dipakai untuk Tindak Kriminal
Jika dihitung perbulannya, rata-rata polisi telah menangani 3 kasus klitih.
Sementara itu, dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 14 Januari 2021, kata klitih adalah bentuk kata ulang, yaitu klitah-klitih yang bermakna jalan bolak-balik agak kebingungan.
Hal itu merujuk pada Kamus Bahasa Jawa SA Mangunsuwito, seperti diberitakan di Harian Kompas, 18 Desember 2016.
Pranowo pakar bahasa Jawa sekaligus Guru Besar Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menjelaskan bahwa klithah-klithih masuk kategori dwilingga salin suara atau kata ulang berubah bunyi seperti pontang-panting dan mondar-mandir.
Namun ia mengartikan klithah-klithih sebagai keluyuran yang tak jelas arah.
Baca juga: Seorang Pria jadi Korban Klitih, Berulang Kali Kena Sabetan Sajam, Dikejar saat Melarikan Diri
Baca juga: Baru Pulang Kerja Pagi Buta, Agung Jadi Korban Klitih di Flyover Jombor
"Dulu, kata klithah-klithih sama sekali tidak ada unsur negatif, tapi sekarang dipakai untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan dan kriminalitas."
"Katanya pun hanya dipakai sebagian, menjadi klithih atau nglithih yang maknanya cenderung negatif," kata Pranowo.
Sri Sultan Angkat Bicara
Dengan trendingnya tagar #SriSultanYogyaDaruratKlitih dan #YogyaTidakAman, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X angkat bicara.
Sri Sultan mengatakan, aksi klitih sudah coba ditangani, namun kondisi anak-anak zaman sekarang berbeda dengan kondisi di zaman dahulu.
"Anak-anak itu beda, dan mungkin pendidikan atau pengawasan kondisinya dulu sama sekarang itu ya beda. Jadi mungkin itu yang perlu kita perhatikan," ucapnya di Yogyakarta, dikutip dari Kompas.tv.
Baca juga: Aksi Klitih di Yogyakarta Bikin Resah, Ombudsman Sarankan Polisi dan Pemuka Agama Kerja Sama
Baca juga: Pengemudi Ojol di Yogyakarta yang Jadi Korban Klitih, Disabet Pedang saat Dini Hari
"Mungkin kita bisa bicara lebih jauh. Kita bisa masuk ke ruang-ruang mereka, begitu," lanjut Sultan.