Demi Model dan Merek, Pembeli Pakaian Bekas Impor Banyak dari Kalangan Kantong Tebal
Jangan salah, pembeli pakaian bekas impor banyak juga dari kalangan kantong tebal. Demi mode dan merek terkenal.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG, - Kota dan kabupaten di Jawa Tengah jadi surga bagi pengimpor pakaian bekas. Bagaimana cara mereka mendapatkan barang?
Dari penelusuran Tribunjateng.com, sejumlah pedagang pakaian impor bekas yang ditemui di beberapa daerah, mengaku tidak melakukan impor sendiri dari luar negeri ke Jateng.
Mereka mengaku mendapat kiriman barang dari Jakarta, Jawa Barat dan Jatim.
Selain itu mereka juga mengaku tidak mengetahui adanya larangan impor pakaian bekas.
Bagi pedagang, yang penting punya stok barang bagus dan merk terkenal. Produk impor bekas itu pasti laku di pasaran.
Pembeli pakaian bekas beralasan harga lebih murah, barang bagus, dan kualitas ok. Dipakai nyaman.
Tak jarang para pembeli mendapatkan pakaian bekas dengan merek ternama dan kondisi layak pakai. Pedagang pun jual pakaian bekas melalui online shop.
Pakaian hasil thrifting tersebut di-rebranding dan dipercantik tampilannya, sehingga dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi.
Namun, belum banyak dari para pelaku usaha jual beli baju bekas impor yang menyadari terkait aturan usaha perdagangan produk impor.
Baca juga: Jawa Tengah Jadi Limbah Barang Bekas, Surga Bagi Penyelundup Pakaian Bekas Impor
Chandra Nur Khoirul (28), pedagang pakaian bekas asal Banyumas, menuturkan bisnis thrifting adalah peluang besar. Alasannya adalah karena lifestyle gaya hidup para muda mudi yang gemar belanja, suka mencari brand terkenal dengan harga murah.
"Barang-barang thrifting itu unik dan langka, biasanya barangnya beda-beda dengan yang ada di pasaran. Meskipun memang berbisnis usaha pakaian bekas impor ini seperti membeli kucing dalam karung, kita tidak tahu kondisi di dalamnya seperti apa," terangnya kepada Tribunjateng.com, Sabtu (1/1/2022).
Chandra menjelaskan, ia biasanya membeli satu bal pakaian bekas impor dari kenalan distributor dari Bandung atau Depok. Dalam satu bal itu berisi kurang lebih 50 pakaian bekas yang tidak semua dalam kondisi bagus.
"Tidak semua barang bagus, jadi pasti ada saja yang zonk, satu dua atau tiga ada yang seperti robek, ada noda, tapi masih bisa dibersihkan dan diperbaiki. Tapi kalau beruntung bisa juga dapat pakaian yang benar masih terlihat baru dan ada labelnya," imbuhnya.
Dari satu bal berisi 50 piece itu, ia mengaku mengeluarkan modal sebesar Rp 1,1 juta dengan keuntungan bisa dua kali lipat dari modal awal tersebut.
Meski diakuinya kadang dia menemukan dalam satu bal itu tidak sepenuhnya barang asli impor, karena ternyata ada juga barang campuran produk Indonesia.
"Jadi tidak melulu dari luar, barang impornya, biasanya jaket paling banyak kemudian ada outer cewek. Saya jual kembali ke online shop, konsumen saya paling jauh ke Jakarta," imbuhnya.
Terkait perilaku orang membeli pakaian bekas impor, ada fakta bahwa ternyata, orang yang membeli pakaian bekas impor bukan hanya datang dari kalangan berkantong cekak. Tetapi juga mereka yang berkantong tebal pun memanfaatkannya membeli barang bekas.
Alasannya, antara lain karena kualitas lebih bagus dibandingkan produksi lokal, kemudian modelnya yang keren-keren. (afn/eyf/jti/fba)
Baca juga: Tarif Parkir di Kota Bandung Naik Tinggi, Warga Keberatan dan Minta Ditinjau Ulang