Kisah Guru di Lereng Gunung Semeru Terjang Material Vulkanik Demi Mengajar Murid yang Terisolir
Bencana tak menyururkan semangat guru dan murid di Lumajang untuk tetap melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Editor: Anita K Wardhani
Saat mendekati aliran Sungai Regoyo, kakinya tak sengaja menginjak tanah yang masih gembur. Akibatnya separuh badannya tercebur di dalam pasir.
Warga yang berada di sekitar lokasi langsung menolongnya.
Batang kayu ditata di dekatnya. Oleh warga, tangan dan kakinya ditarik perlahan-lahan, dengan berpijak di atas batang pohon.
"Saya pikir tadi tanahnya sudah kering, ternyata masih basah. Rasanya di kaki anget," kata dia.
Meski sempat mengalami nasib nahas, Isdaroki dan sejumlah rekan guru lain tetap melanjutkan perjalanan menemui para murid di seberang sungai.
Perjalanan dramatis guru ini terbayarkan oleh sejumlah siswa yang sudah menunggu dengan tersenyum.
"Namanya juga sudah amanah, ya harus diantar, meskipun medannya berat," ujar Isdaroki.
Diketahui, setelah dam atau jembatan limpas itu terputus, setidaknya ada sekitar 127 kepala keluarga terisolir. Sebab, keberadaan jembatan itu selama ini menjadi akses satu-satunya penghubung jalan dusun.
Warga berharap secepatnya di dusunnya dibangun jalan alternatif pengganti dam yang putus. Supaya warga bisa kembali beraktivitas normal.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Perjuangan Guru Lereng Semeru Demi Mengajar 42 Murid Terisolir, Lewat Makadam dan Material Vulkanik,
dan Jatuh Bangun Guru di Lereng Gunung Semeru Antarkan Bantuan ke Pelajar di Lumajang yang Terisolir,
(TribunJatim.com/Tony Hermawan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.