Gus Miftah Tanggapi Video Viral Pria Tendang Sesajen di Semeru, Ingatkan soal Dakwah Walisongo
Pendakwah Gus Miftah turut menanggapi adanya sebuah video viral yang memperlihatkan seorang pria menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Pravitri Retno W
![Gus Miftah Tanggapi Video Viral Pria Tendang Sesajen di Semeru, Ingatkan soal Dakwah Walisongo](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/miftahaurel.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Pendakwah Gus Miftah turut menanggapi adanya sebuah video viral yang memperlihatkan seorang pria tengah menendang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur.
Gus Miftah menegaskan setiap daerah memiliki adat istiadat serta aturan yang berbeda-beda.
Untuk itu Gus Miftah meminta untuk seseorang jangan merasa paling pandai, agar nantinya tidak salah arah.
"Desa mawa cara, negara mawa tata. Setiap daerah memiliki adat istiadat atau aturan yang berbeda. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak cilaka."
![(Kiri) Aksi pria membuang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru dan (Kanan) Kata sesajen yang trending di Twitter.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/fakta-video-pria-tendang-sesajen-di-lokasi-erupsi-semeru-trending-di-twitter-polisi-buru-pelaku.jpg)
Baca juga: Viral Pria Tendang Sesajen di Lumajang, Putri Gus Dur: Dunia Bukan Milik Kelompoknya Saja
"Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka," tulis Gus Miftah dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @gusmiftah, Minggu (10/1/2022).
Menurut Gus Miftah, yang perlu diubah adalah cara pandang seseorang pada budaya, bukan justru budayanya yang harus diubah.
"Yang perlu dirubah itu otak dan cara pandangnya bukan budayanya Pernah nggak ada berfikir yang membuat itu orang non Islam, atau orang Jawa yang memegang teguh adat istiadatnya?"
"Atau mungkin juga orang Islam yang baru belajar? Pantaskah cara yang dilakukan seperti itu?" ungkap Gus Miftah.
Baca juga: Viral Video Pria Tendang Sesajen di Lokasi Erupsi Semeru, Kini Pelaku Diburu Polisi
Tak hanya itu, Gus Miftah pun mengingatkan akan dakwah Walisongo dulu yang menggunakan budaya untuk menyebarkan Islam di nusantara.
Gus Miftah menilai, jika dulu Walisongo berlaku kasar dalam menyebarkan Islam, mungkin Islam tidak akan bisa berkembang seperti sekarang ini di Indonesia.
"Kalau dulu dakwah wali songo sekasar itu, mungkin Islam belum seperti hari ini di nusantara," tegasnya.
Baca juga: Fakta Video Pria Tendang Sesajen di Lokasi Erupsi Semeru, Trending di Twitter, Polisi Buru Pelaku
Viral Video Pria Tendang Sesajen di Lokasi Erupsi Semeru
Diwartakan Tribunnews.com sebelumnya, viral video yang memperlihatkan seorang pria menendang dan membuang sesajen di lokasi erupsi Gunung Semeru.
Video ini tersebar luas di sejumlah platform, mulai Twitter hingga Instagram.
Rekaman tersebut kemudian memancing komentar beragam dari warganet.
Selain itu, pihak kepolisian diketahui kini tengah mencari pria yang melakukan aksi dalam video.
Baca juga: Viral Pria dan Wanita Berbuat Asusila di Pemakaman, Ternyata Pasangan Selingkuh
Berdasarkan penelusuran Tribunnews, akun Twitter @Setiawan3833 yang membagikan video ini.
Dalam rekaman terlihat seorang pria berompi hitam berada di lokasi erupsi Gunung Semeru.
Ia kemudian berjalan mendatangi sesajen yang diletakkan di atas tanah.
“Ini yang membuat murka Allah, jarang sekali disadari bahwa inilah yang mengundang murka Allah hingga menurunkan azabnya,” kata lelaki dalam video tersebut.
Baca juga: Video Asusila di Kompleks Pemakaman Viral, Identitas Pelaku Terungkap, Mereka Pasangan Selingkuh
Usai mengucapkan kalimat tersebut, ia langsung melempar dan menendang sesajen.
@Setiawan3833 juga membagikan video aksi serupa.
Pria yang sama membuang sesajen yang diletakan di atas batu seperti Lingga.
Hingga saat ini, video sudah ditonton lebih dari 661 ribu kali.
Baca juga: Sempat Viral, Pelaku Penganiayaan 7 Anak di Gunung Putri Terungkap, Usianya Masih 17 Tahun
Akun @Setiawan3833 juga menuliskan keterangan:
Janganlah berlaku sombong dengan tidak menghormati kearifan lokal, adat dan budaya lainnya. Kejadian di Sumbersari, Lumajang.
Masyarakat Sumbersari, Lumajang habis mengadakan acara sedekah desa dan ruwatan untuk memohon keselamatan dari bencana tapi diperlakukan seperti ini.
(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Endra Kurniawan)