Iron Man dari Bali Tawan Kini Bertani di Lahan Kering Setelah Robot Rakitannya Rusak
Temuan yang dirancang selama 4 bulan itu rusak setelah diguyur air hujan saat ditinggal ke RSUD Karangasem.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, KARANGASEM - Wayan Sumardana alias Tawan sudah dikenal di Bali sebagai Iron Man.
Pria asal Nyuh Tebel, Kecamatan Manggis, Karangasem itu dijuluki Iron Man dari Bali karena temuannya membuat robot EEG yang memakai sensor otak.
Robot yang dirakitnya sendiri menjadi alat sebagai tangan kirinya, karena tangan kirinya lumpuh mendadak.
Tangan robot itu dirakit dengan peralatan seadanya, dari barang bekas di tahun 2016. Temuan itu menjadi perbincangan nasional.
Beberapa pejabat pemerintah memberikan semangat serta dukungan. Penguji robot berdatangan ke lokasi hanya untuk uji tangan robot sederhana.
Sayangnya temuan yang dirancang selama 4 bulan itu rusak setelah diguyur air hujan saat ditinggal ke RSUD Karangasem.
Dron sebagai alat sensor, tidak berfungsi sama sekali. Alat penggerak pendukung robot bernasib sama. Seperti shock breaker, gear, aki kering yang jadi sumber energi.
Kehidupan Tawan berubah drastis setelah tangan robot rusak. Penyesalan memang ada, tapi tidak lama.
Keinginaan untuk hidup normal muncul. Dari 2017 hingga 2019 dia melakukan terapi, hingga berobat ke RSCM Jakarta supaya tangan kirinya kembali normal. Keinginannya teerkabul.
Akhir Tahun 2019 tangan kirinya yang lumpuh sembuh dan bisa beraktivitas. Tawan sempat vakum berkerja selama 3 tahun setelah tangan robotnya rusak.
"2019 lumpuh saya sembuh. Berkat terapi, dan periksa ke RS. Sampai simpanan habis," kata Tawan, Senin (10/1).
Setelah tangan kirinya sembuh, ayah tiga anak tersebut kembali berkerja. Beraktivitas seperti biasanya, jadi tukang las serta beli rongsokan.
Suami Ni Nengah Sudiartini itu mencoba menggeluti profesi baru sebagai petani. Dengan menyewa lahan warga puluhan are, rencananya ditanami porang.
"Kalau bertani saya mulai tahun 2021. Ini karena penghasilan dari tukang las, merongsok tidak cukup akibat pandemi. Makanya saya menanam porang di lahan kering. Awalnya kontrak tanah 80 are. Sempat ditanami taanaman jagung dan kacang, setelah itu tanam porang," jelasnya.
Ditambahkan, saat ini jasa menjadi tukang las sepi karena pandemi Covid-19. Penghasilan per hari tak menentu.
Seminggu kadang hanya dapat satu pesenan. Itu pun hanya pintu gerbang. Untuk penghasilan merongsok lumayan, tapi itu sudah di-handle anak pertamanya.
"Karena penghasilan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari, terpaksa bertani dengan teman-teman yang dari Denpasar. Semoga penghasilannya cukup untuk sehari-hari. Hasil tanaman porang bisa terjual mahal," harap Sumardana.
Saat ini yang bersangkutan mengaku sedang membuat traktor dari alat bekas untuk membajak tanah kering.
Tujuannya untuk mempercepat proses penanaman. Pihaknya berencana kembali menyewa lahan kering untuk penanaman porang, jagung, dan kacang-kacangan. (saiful rohim)
Baca juga: Sepekan Ada 26.071 Pelanggar Lalu Lintas di Kota Palembang, Tak Hadiri Panggilan Kendaraan Diblokir