Murid SD di Tanjungbalai Sumut Meninggal Dunia 2 Minggu Usai Vaksin: Begini Penuturan Ibunda
Veronina Ray menceritakan kronologi anaknya meninggal dunia diduga setelah menjalani vaksinasi Covid-19
Editor: Erik S

Namun tidak juga reda panasnya, kami bawa ke mantri (bidan) dan diberikan obat.
Demamnya turun, tapi dia enggak mau makan," katanya.
Setelah tidak mau makan, akhirnya Syafa dirujuk ke Kota Medan.
"Setiap pagi keluar darah dari hidungnya tidak berhenti-henti, sehingga kami bawa dia ke dokter Johan, di sana dibilang anak saya ini gejala DBD (Demam Berdarah), sehingga dirujuk ke rumah sakit Husada Medan," katanya.
Saat itu, anaknya diobservasi dan hasil yang didapat disebut DBD.
Baca juga: Dokter yang Campurkan Sperma ke Makanan Istri Rekan Seprofesi Divonis 6 Bulan Penjara
"Waktu itu kondisi hidungnya keluar darah.
Bahkan saat diberi minum karena dia haus, diberi minum oleh ayahnya semakin keluar darahnya dari hidung," katanya.
Namun, ia curiga karena indikasi demam berdarah tidak ditemukan di tubuh sang anak.
Sebab, tanda bintik merah khas demam berdarah tidak terlihat pada tubuh Syafa.
"Saya melihat tidak ada bercak bintik merah pada badan anak saya.
Saya memandikan jasad anak saya," katanya.
Baca juga: Anak di Jepang 5-11 Tahun Akan Diberikan Vaksin Pfizer Gratis Mulai Awal Maret 2022
Ia berharap agar vaksin untuk anak segera ditiadakan bila dampaknya dapat merenggut nyawa.
"Betapa sedihnya saya kalau ada korban lainnya yang meninggal dunia akibat vaksin.
Biar saya saja yang merasakan kehilangan anak akibat vaksin.
Jangan ada ibu lainnya," pungkasnya. (cr2/tribun-medan.com)
Artikel ini telah tayang di Tribun-Medan.com dengan judul Astaghfirullah, Bocah SD di Tanjungbalai Meninggal Diduga Usai Jalani Vaksin