Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cangkir Opini dan PC IMM Bojonegoro Gelar Diskusi Islam Moderat

Ikatan mahasiswa Stikes Muhammadiyah Bojonegoro bersama komunitas cangkir opini menggelar acara dialog keumatan

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Sanusi
zoom-in Cangkir Opini dan PC IMM Bojonegoro Gelar Diskusi Islam Moderat
ist
Ikatan mahasiswa Stikes Muhammadiyah Bojonegoro bersama komunitas cangkir opini menggelar acara dialog keumatan, yang mengangkat tema 'Islam moderat jalan tengah yang di rindukan' di satu kampus swasta di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (29/1/2022). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ikatan mahasiswa Stikes Muhammadiyah Bojonegoro bersama komunitas cangkir opini menggelar acara dialog keumatan, yang mengangkat tema 'Islam moderat jalan tengah yang di rindukan' di satu kampus swasta di Bojonegoro, Jawa Timur, Sabtu (29/1/2022).

Narasumber yang dihadirkan antaran lain Ustaz Lukman Hakim Lc M.A aktivis Muhammadiyah, Ustaz Piet Hizbullah Khaidir selaku pengasuh pondok pesantren Al-Islah Paciran, selain itu hadir Ustaz Sutrisno pembina Yayasan Rumah Moderasi Mojokerto yang merupakan mantan narapidana teroris (napiter).

Kisah Sutrisno tentu bisa jadi pelajaran bagi seluruh peserta seminar.

Baca juga: Apkasindo: Kebijakan DMO dan DPO Dikhawatirkan Tekan Harga TBS

Apalagi Sutrisno menekankan, bahwa doktrin atau propaganda paham radikal itu lebih mudah masuk ke orang-orang yang justru ilmunya minim.

"Bisa dibilang dulu saya salah masuk wadah. Saat itu saya niatnya taubat nasuha. Lalu ikut majelis-majelis seperti biasa. Lambat laun mereka mulai memasukkan doktrin-doktrinnya," tuturnya.

Sutrisno mengaku bersyukur ketika ditangkap oleh polisi densus 88 antiteror pada 2018 silam.

Baca juga: Pimpinan DPR Minta Pemerintah Lanjutkan Intervensi Harga Minyak Goreng

Berita Rekomendasi

Dia diduga memiliki afiliasi dengan aksi terorisme bom gereja di Surabaya pada 2018 tersebut.

Tak sendirian, Sutrisno ditangkap bersama anak kandungnya bernama Lutfi Oktavian. Dia bersama anaknya ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan.

"Di penjara saya pun banyak baca dan belajar guna menampik doktrin ajaran radikal maupun ekstrem," tegasnya.

Motivasinya dulu saat menganut paham radikalisme hanyalah ingin secepatnya meninggal dunia.

Karena merasa negara ini sudah penuh kezaliman dan kekafiran. Namun kematian yang diinginkan ialah kematian terhormat di hadapan Allah versi mereka. Yakni, mati syahid dengan cara bom bunuh diri.

"Untungnya saat itu masih bisa menolak," katanya.

Baca juga: Kemenag Imbau Rumah Ibadah JAI Sintang Difungsikan Jadi Masjid Seluruh Umat Islam

Karena itu, hadirnya islam moderat ini penting. Sehingga ajarannya tidak terlalu ekstrem dan tidak terlalu memudah-mudahkan agama Islam yang menjurus ke paham liberal.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas