RS Panti Wilasa dr. Cipto Kewalahan Tampung Pasien Covid-19
Ganjar meminta semua rumah sakit di Jawa Tengah siaga dengan lonjakan kasus Covid-19 dan varian omicron.
Editor: cecep burdansyah
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Rumah Sakit (RS) Panti Wilasa dr. Cipto Kota Semarang kewalahan menampung pasien virus corona.
Dari kuota 21 kamar isolasi, 26 pasien dirawat di ruang isolasi, dan 4 orang dirawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Hal tersebut disampaikan oleh Humas RS Panti Wilasa dr. Cipto Kota Semarang, Petrus Agustinus pada Tribun Jateng, Kamis (17/2) siang.
Padahal pekan lalu, pada Rabu (9/2), pasien yang dirawat di RS Panti Wilasa hanya 4 pasien covid dirawat dan 4 pasien suspek yang dirawat.
Pihaknya mengakui kewalahan menghadapi jumlah pasien rawat inap yang melonjak hingga hampir 4 kali lipat dibanding pekan lalu.
Pekan lalu rincian pasien ialah 1 pasien rujukan covid, 5 pasien isolasi mandiri covid, dan 4 pasien rawat inap covid, 3 pasien suspek rujukan, 41 pasien suspek isolasi mandiri, dan 4 pasien suspek rawat inap.
"Semua pasien yang dirawat di sini merupakan pasien mandiri dan pasien dengan keluhan sedang hingga berat sehingga mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit," ujarnya.
Adanya lonjakan aktivasi pasien covid membuat pihaknya berencana menambah kuota kamar isolasi. Keputusan tersebut akan dipastikan esok melihat potensi lonjakan yang akan meningkat.
Menambahkan keterangan Petrus, dr. Amadea Ivana Hartanto atau dr. Dea sebagai dokter di RS Panti Wilasa dr. Cipto Kota Semarang menyatakan keluhan pasien corona akhir-akhir ini lebih banyak pada area pencernaan.
Keluhan secara umum cenderung sama yakni demam, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, nyeri telan, batuk, dan pilek. Namun setelah dipelajari berdasarkan kasus yang masuk di IGD, pada varian omicron tidak separah varian delta.
"Banyak pasien yang datang dengan lebih banyak dengan keluhan di area pencernaan seperti mual dan muntah, kemudian dilakukan swab antigen ternyata hasilnya positif," tutur dr. Dea.
Sejauh ini yang pihaknya amati juga terjadi keluhan diare bersamaan dengan keluhan umum. Sedangkan untuk tingkat keparahan berdasarkan penelitian yang ada, varian omicron lebih lambat dibanding varian delta.
Dengan demikian bisa diasumsikan tingkat keparahan varian omicron lebih ringan, tapi bukan berarti masyarakat bisa bersantai bahkan menyepelekan.
Pasalnya menurut dr. Dea, tingkat infeksi virus kembali pada si pemilik tubuh. Bila pasien sudah memiliki penyakit penyerta ditambah belum mendapatkan vaksin, bisa memperparah kondisi pasien.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.