Cerita Perajin Tahu dan Tempe di Bengkulu Setelah Harga Kedelai Naik: Kadang Produksi, Kadang Tidak
Sumantri mengatakan, akibat kenaikan harga kacang kedelai ini, kadang sehari produksi, sehari kemudian tidak.
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, BENGKULU - Perajin tahu tempe di Bengkulu ikut merasakan dampak dari kenaikan harga kedelai.
Satu diantaranya dialami Sumantri.
Usaha tahu-tempe miliknya ini, merupakan usaha turun temurun.
Sejak ia lahir sekitar tahun 1980an, usaha tahu-tempe ini sudah dijalankan oleh kakeknya, Sumantri merupakan generasi ketiga.
Sumantri mengatakan, akibat kenaikan harga kacang kedelai ini, kadang sehari produksi, sehari kemudian tidak.
"Biasanya sehari 300 potong tahu, namun sekarang 100 potong tahu," ujar Sumantri, kepada TribunBengkulu.com (Tribun Network), Senin (21/2/2022).
Selain menjadi pengrajin tahu tempe dirinya tak ada lagi mata pencaharian yang lain, untuk menghidupi 3 orang anaknya bersama istrinya Sarina.
Sarina menjelaskan, dulu sebelum harga kacang kedelai naik, untuk 1 karung kacang kedelai dengan berat 50 kilogram dapat diproduksi 3-4 hari.
"Dulu dapat untung hingga Rp 300.000 untuk 1 karung, sekarang untuk dapat untung Rp 100.000 Alhamdulillah. Untung ini di bagi dengan modal untuk membeli kacang kedelai," beber Sarina yang merupakan istri dari Sumantri.
Istri Sumantri juga menambahkan, untuk menghabiskan jualannya ini butuh waktu.
"Sekarang mau menghabiskan 100 potong tahu dalam sehari susah, dulu berapapun potong tahu yang di produksi habis dalam sehari," kata Sarina.
Kenaikan ini berimbas pada produksi dan penjualan tahu tempe. Kondisi ini sudah berlangsung sejak 2021 lalu, di mana harga kacang kedelai awalnya Rp 7.600 per kilogram bertahap naik hingga saat ini Rp 12.000 per kilogramnya.
Salah seorang pengrajin tahu dan tempe, Nurmailis mengatakan, akibat harga naik ini produksi tahu dikurangi dan produksi tempe dihentikan.
"Untuk tempe tidak diproduksi lagi, karena tidak dapat untung," kata Nurmailis kepada TribunBengkulu.com, Minggu (20/2/2022).