Cerita Perajin Tahu dan Tempe di Bengkulu Setelah Harga Kedelai Naik: Kadang Produksi, Kadang Tidak
Sumantri mengatakan, akibat kenaikan harga kacang kedelai ini, kadang sehari produksi, sehari kemudian tidak.
Editor: Srihandriatmo Malau
Ia menambahkan, hal ini dikarenakan sekarung atau 50 kilogram kacang kedelai dijual dengan harga Rp 600.000, dulu 50 kilogram hanya Rp 380.000.
"Naiknya secara bertahap sampai di harga Rp 600.000," ujar Nurmailis.
Nurmailis juga menjelaskan, akibat kenaikan harga kacang kedelai ini, ia harus mengurangi jumlah produksi.
"Harga tahu jadi yang di jual dulunya 7 tahu dihargai Rp 5.000, sekarang 6 tahu Rp 5.000, bahkan ada yang menjual 1 tahu Rp 1.000," jelas Nurmailis.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Pedagang tahu dan tempe, Ismiyati ia yang juga merupakan pengerajin tahu dan tempe ini, harus mengurangi jumlah produksi.
"Untuk tempe harga masih sama Rp 5.000 namun dulu berat tempe 6 ons sekarang dikurangi menjadi 3,5 ons" kata Ismiyati.
Selain tempe, tahu goreng naik hingga Rp 1.500 per 10 tahu. "Dulu kalau 10 tahu goreng Rp 3.000 sekarang 10 tahu goreng Rp 4.500, tahu ini tidak bisa lagi dikecilkan karena digunakan oleh penjualan tahu isi," terang Ismiyati.
Ismiyati menjelaskan, akibat dari naiknya harga kedelai ini ada beberapa pedagang harus gulung tikar. Ada juga yang sesekali hanya produksi tahu tempe.
"Kalau pedagang yang membeli untuk dijual, akibat harga kedelai naik ini, ya terpaksa mereka istirahat untuk jualan," jelas Ismiyati.
Artikel ini telah tayang di Tribunbengkulu.com dengan judul Cerita Pengrajin Tahu Tempe di Bengkulu Setelah Harga Kedelai Naik: Kadang Produksi Kadang Tidak
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.