Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Modus Pre-Order Minyak Goreng Fiktif, Puluhan Ibu-ibu Jadi Korban, Kerugian Miliaran

Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar, sementara IR, terduga pelaku, kini menghilang entah ke mana.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Modus Pre-Order Minyak Goreng Fiktif, Puluhan Ibu-ibu Jadi Korban, Kerugian Miliaran
Situs resmi SIMP
Bimoli adalah satu diantara merek minyak goreng yang diproduksi PT Salim Ivomas Pratama (SIMP). 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Bermaksud memborong minyak goreng dengan harga murah, puluhan ibu-ibu di Bandung malah menjadi korban penipuan.

Total kerugian diperkirakan mencapai Rp 1,5 miliar, sementara IR, terduga pelaku, kini menghilang entah ke mana.

Ayu Ratna, salah seorang korban, mengaku tergiur membeli minyak goreng dengan sistem pre-order dari IR karena harganya yang murah.

Ia percaya lantaran melihat tetangganya yang sudah lebih dulu berlangganan kepada IR tidak mendapatkan masalah. 

"Saya kenal (IR) dari tetangga sebelah rumah, karena saya lihat sebelah rumah saya lancar-lancar saja pengirimannya sampai berapa ratus karton, kemudian saya coba ikutan," ujar warga Cibiru Hilir, Kabupaten Bandung, ini saat dihubungi Tribun melalui sambungan telepon, Rabu (23/2). 

Singkat cerita, Ayu pun akhirnya membeli minyak goreng premium merk Bimoli kemasan dua liter sebanyak 50 karton dengan biaya Rp 10 juta, dibayar diawal.

Pada pembelian pertamanya, Desember lalu, kata Ayu, barang datang seperti yang dijanjikan.

Berita Rekomendasi

"Kemudian dia (terduga pelaku) nawarin lagi harga promo 100 karton, Bimoli per 2 liter cuma Rp 30 ribu saat harga normalnya Rp 38.500. Karena percaya, saya ikutan beli, Rp 18 jutaan sekian," katanya. 

Pada pemesanan kedua inilah, kata Ayu, pengiriman tidak berjalan seperti seharusnya. Sudah satu minggu minyak yang dipesannya tak kunjung datang, dan IR selalu terus memberikan alasan saat ditanya tentang pesanannya hingga membuat Ayu curiga. 

"Pengirimannya ketunda terus, alasannya karena nunggu dari gudangnya kosong, terus dia bilang dananya mau dikembalikan," ucapnya. 

Namun, proses pengembalian uang pun, kata Ayu, tidak semulus yang dibayangkan. Lagi-lagi, IR mengundur-undur waktu hingga akhirnya Ayu kesal dan mengancam IR. 

"Pada Januari awal, saya bilang mau nyuruh orang buat nagih ke pelaku. Tapi, kemudian dia transfer Rp 8 juta sama Rp 2 juta, jadi masih ada sisa Rp 8 juta lagi," katanya. 

Ayu mengaku sudah berulangkali berusaha menemui IR dengan mendatangi rumahnya di kawasan Panyilekan, Kota Bandung. Namun, IR tak pernah ada. 

"Kami curiga dia sedang mencari mangsa ke daerah lain supaya bisa nutupi ke korban yang di sini," katanya. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas