Cegah Omicron Siluman, Binda Kalteng Genjot Vaksinasi Covid-19 Jelang Ramadan
Badan Intelijen Negara Daerah Kalimantan Tengah (Binda Kalteng) menggenjot vaksinasi menjelang ramadan.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Intelijen Negara Daerah Kalimantan Tengah (Binda Kalteng) menggenjot vaksinasi menjelang ramadan.
Hal tersebut dalam rangka mencegah penularan virus corona atau Covid-19.
Terlebih di Indonesia saat ini sudah ditemukan kasus Covid-19 subvarian omicron BA.2.
Subvarian omicron BA.2 tersebut diketahui lebih cepat menular dan sulit terdeteksi, sehingga dijuluki omicron siluman.
Baca juga: Akselerasi Vaksinasi Anak, Binda Sulbar Beri Bonus Buku Tulis dan Minyak Goreng
Kabinda Kalimantan Tengah Brigjen TNI Sinyo menyebut capaian target vaksinasi yang dilakukan jajarannya selama bulan Maret sudah menembus 116.008 dosis.
Adapun vaksinasi dilaksanakan di 14 wilayah kota maupun kabupaten.
“Untuk bulan ini per 26 Maret kemarin, realisasi cakupan vaksinasi Covid-19 yang kami lakukan telah mencapai 116.008 orang atau 75% dari target bulanan 155 ribu dosis,” ujar Sinyo dalam keterangan tertulis, Senin (28/3/2022).
Baca juga: Jelang Ramadan, Binda Banten Genjot Vaksinasi Sasar Kelompok Rawan Terpapar Covid-19
Selain upaya preventif terhadap penyebaran subvarian Omicron BA.2, digencarkannya vaksinasi dalam rangka menyikapi kebijakan pemerintah yang memperbolehkan mudik saat lebaran serta menggelar salat tarawih berjemaah di masjid dan musala selama bulan ramadan.
Dengan adanya pelonggaran teraebut, diprediksi mobilitas masyarakat bakal meningkat lantaran adanya interaksi sosial.
Untuk melindungi masyarakat dari penularan Covid-19, satu di antaranya dengab membentuk kekebalan komunal di tengah masyarakat melalui vaksinasi.
“Kita menginginkan masyarakat muslim, termasuk di Kalteng, dapat menjalankanibadah ramadan dan mudik nanti dengan baik, tanpa rasa khawatir ancaman Covid-19," katanya.
Selain itu, Sinyo mengatakan, vaksinasi juga bertujuan untuk melindungi masyarakat pengidap penyakit komorbid.
Dengan begitu, risiko sakit parah dan kematian akibat Covid-19 dapat diminimalisir.
"Termasuk nanti yang akan kita kunjungi dan yang paling penting saat kita balik bukan berarti pemudik itu bebas dari komorbid, karena bisa saja pemudik kita tahu komorbid itu juga ada misalnya orang darah tinggi usia 40 seperti itu, nah itu yang kita jaga juga," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.