Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara Tertinggi Kasus Stunting di Provinsi NTT 

Sebanyak 48 dari 100 anak di Timor Tengah Selatan dan sebanyak 46 dari 100 anak di Timor Tengah Utara mengalami stunting.

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
zoom-in Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara Tertinggi Kasus Stunting di Provinsi NTT 
SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO
PENCEGAHAN STUNTING - Kader Posyandu mengukur tinggi badan balita dalam pemeriksaan rutin satu bulan sekali di Taman Posyandu Delima, RW 03 Kelurahan Madyopuro, Kota Malang, Kamis (19/12/2019). Setelah sukses mengoptimalisasikan Posyandu Balita untuk menurunkan angka stunting di Kota Malang dari 22 persen ke 17,8 persen, Pemkot Malang berencana mengembangkan Posyandu Remaja untuk edukasi reproduksi dan upaya hidup sehat sejak remaja. Dengan edukasi dan pemahaman kesehatan yang tersosialisasikan secara luas, Pemkot Malang optimis dapat menekan angka stunting di Kota Malang. SURYA/HAYU YUDHA PRABOWO 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebanyak lima lima Kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam prevalensi sepuluh daerah dengan angka stunting tertinggi dari 246 Kabupaten/Kota yang menjadi prioritas percepatan penurunan stunting di Indonesia.

Kelima kabupaten tersebut adalah Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Alor, Sumba Barat Daya, dan Manggarai Timur.

Studi Status Gizi Indonesia (SSGI)  tahun 2021 menyebutkan, kabupaten/ kota dengan prevalensi stunting tertinggi adalah Timor Tengah Selatan (48,3%) dan menyusul Timor Tengah Utara (46,7%).

Dengan kata lain, sebanyak 48 dari 100 anak di Timor Tengah Selatan dan sebanyak 46 dari 100 anak di Timor Tengah Utara mengalami stunting.

Angka ini lebih tinggi dua kali lipat dari ambang batas kejadian stunting yang ditetapkan oleh WHO, yaitu 20%.

Baca juga: Stunting Pengaruhi Ketahanan Bangsa, Semua Pihak Harus Ambil Bagian Mengatasinya

Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI), dalam rangka mendukung percepatan penurunan prevalensi stunting meningkatkan jangkauan edukasi gizi bersama mitra lembaga masyarakat maupun institusi pendidikan.

Berita Rekomendasi

Salah satunya kemitraan dengan PP Muslimat NU, salah satu organisasi masyarakat berbasis keagamaan terbesar di Indonesia. Edukasi dilakukan dengan memberikan pembekalan mengenai kebutuhan gizi keluarga, isi piringku serta makanan tinggi kandungan gula yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak seperti penyalahgunaan susu kental manis.

Ketua Harian YAICI Arif Hidayat mengatakan, sebagai organisasi masyarakat YAICI bekerja sejalan dengan strategi yang ditetapkan pemerintah.

Oleh karena itu, target wilayah yang menjadi sasaran edukasi YAICI pun mengacu pada locus stunting yang menjadi prioritas penanganan stunting yang ditetapkan oleh pemerintah, yaitu Propinsi Nusa Tenggara Timur, yang dilakukan pada 16 – 19 Maret 2022 kemarin.  

“Kami telah melakukan edukasi dengan memberikan pembekalan terhadap kader PP Muslimat NU di kota Kupang di So’e di Timur Tengah Selatan dan juga di kota Kefamenanu , Timur Tengah Utara.

Selain pembekalan, kami juga melakukan penelusuran langsung ke rumah-rumah penduduk yang memiliki balita yang terindikasi kurang gizi, gagal tumbuh maupun stunting untuk menggali faktor-faktor yang mempengaruhi dan bagaimana asupan gizi keluarga,” jelas Arif Hidayat.

Berdasarkan temuan lapangan tersebut, Arif menyimpulkan yang menjadi permasalahan adalah kurangnya perhatian orang tua terhadap asupan anak sehari-hari.

Baca juga: Cegah Stunting, Pemerintah Imbau Calon Pengantin Periksa Kesehatan Sebelum Menikah

“Di kota Kupang, banyak orang tua yang bekerja di daerah lain kemudian anak dititipkan ke nenek atau keluarga lainnya yang mereka juga minim edukasi," katanya.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas