Update Ambruknya Seluncuran Air di Kenjeran Park: 4 Korban Boleh Pulang hingga Polisi Periksa Saksi
Pasca ambrolnya seluncuran kolam renang Kenjeran Park Surabaya, kini empat korban yang dirawat sudah diizinkan pulang.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Daryono
Ia berharap, kejadian ini menjadi momentum pengelola tempat wisata meningkatkan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung.
Baik pengecekkan secara berkala, perizinan secara administratif, hingga penyediaan petugas berkompeten di lokasi harus dipenuhi.
"Saya hanya mengimbau kepada pengelola tempat bermain. Karena saat ini merupakan puncak (masa liburan), banyak kunjungan anak dan warga ke tempat rekreasi, tolong dicek kondisi wahana yang dimiliki," ujar Muhadjir.
"Terutama, wahana yang beresiko. Petugas betul-betul mengawasi penggunaan. Jangan sampai penggunaannya melampaui yang seharusnya. Apalagi kalau punya resiko tinggi," ucap Menko PMK.
Dikatakan, petugas di tempat permainan menjadi salah satu bentuk antisipasi terjadinya insiden.
"Jangan sampai ditinggalkan. Namanya anak bermain, biasa berulah. Ada saja cara ulah anak untuk memanfaatkan wahana yang ada," jelasnya.
"Mudah-mudahan ini menjadi musibah yang terakhir. Tidak ada lagi," imbuhnya.
Baca juga: Jadi Korban Arisan Online, Puluhan Orang Laporkan Pasutri Warga Mojosongo ke Polresta Solo
Kronologi Ambruknya Kolam Renang Kenjeran Park Surabaya
Saksi mata pengunjung mengungkap kronologi patahnya seluncuran kolam renang wahana bermain air di Kawasan Kenjeran, Surabaya, Sabtu (7/5/2022) siang.
Mengutip Surya.co.id, sebelum diketahui patah, bagian teratas seluncur terdapat banyak anak-anak yang diduga sengaja berhenti untuk menahan laju 'prosotan' melalui cara berdiri.
Diduga hal ini menambah berat muatan yang harus ditahan oleh permukaan seluncur kolam renang.
Sehingga, membuat komponen seluncur kolam renang yang berada di ketinggian sekitar delapan meter itu, patah.
Belasan orang anak berusia kisaran 7 tahun pun terjatuh dari ketinggian tersebut.
"Awalnya papan seluncur itu tidak boleh, seperti anak kecil di tengah-tengah ngumpul, takutnya kan bebannya, kan ada airnya (berat, red)," kata Yusuf, warga Bendul Merisi Tenggilis Mejoyo Surabaya.