Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perputaran Uang di Bali Selama Lebaran Rp 2 Triliun Lebih

Wisman tidak hanya ingin sekedar tidur di hotel, namun mereka ingin menikmati seni dan budaya Bali serta melihat kreativitas orang Bali.

Editor: cecep burdansyah
zoom-in Perputaran Uang di Bali Selama Lebaran Rp 2 Triliun Lebih
Tribun Bali/Ni Luh Putu Sri Wahyuni
Dr I Made Sara SE MP Akademisi FEB Unwar 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Kunjungan wisatawan domestik (wisdom) yang membeludak ke Bali membuat perputaran uang di Bali mencapai Rp 2.824 miliar atau Rp 2,8 triliun.

Dengan angka itu, artinya cukup mengobati perekonomian Bali setelah terpuruk diterpa pandemi Covid-19.

"Jadi dari pengamatan yang saya lakukan dan membaca evaluasi yang ada saat ini, momentum Lebaran 2022 kemarin memang perputaran uang di Bali itu sampai mencapai kurang lebih Rp 2 ribu miliar lebih. Tentu ini cukup mengobati daripada kelusuhan perekonomian Bali selama pandemi Covid-19," kata Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Warmadewa (FEB Unwar) Denpasar, Dr I Made Sara SE MP, Rabu (11/5).

Terkait kunjungan wisman, menurutnya, tergantung pada negara asal wisatawan tersebut. Karena ada beberapa negara masih ada yang menganggap Covid-19 tetap harus diwaspadai.

Walaupun sudah ada yang mendorong bahwa bagaimana kita hidup di masa Covid-19. Hidup berdampingan dengan Covid-19.

"Karena kita tahu pariwisata sangat rentan dengan hal-hal seperti itu. Kadang-kadang pelaku pariwisata tidak memberikan edukasi yang baik. Jadi perannya jangan semua di pemerintah. Pelaku pariwisata mestinya mendorong memberikan edukasi pada masyarakat dan pelaku-pelaku UMKM. Sehingga pemerintah yang terbatas ini bisa diikuti atau diambil juga oleh pelaku pariwisata," imbuhnya.

Sedangkan perbedaan wisdom dan wisman ketika berwisata itu lebih kepada bagaimana ketika wisdom itu menikmati hiburan-hiburan saja.

Berita Rekomendasi

Contohnya, pada keindahan pantai atau objek wisata lainnya mungkin di daerahnya juga ada.

Kebanyakan dari mereka hanya ingin menikmati kuliner khas Bali, mengunjungi toko oleh-oleh, atau sekedar bisa menikmati bagaimana kondisi kehidupan masyarakat Bali.

"Malahan ada yang ingin melihat wisman di Bali. Namun kondisi saat ini wisman yang masih terbatas. Jadi bedanya wisman justru ingin mengenal kehidupan masyarakat Bali karena mereka cenderung ingin mempelajari budaya di Bali," katanya.

Wisman tidak hanya ingin sekedar tidur di hotel, namun mereka ingin menikmati seni dan budaya Bali serta melihat kreativitas orang Bali.

"Bahkan mereka yang dari mancanegara ingin tidur di tempat masyarakat di daerah-daerah yang terpencil. Mereka bisa masak bersama. Mereka bangun pagi, tahu bagaimana kondisi di lingkungan itu. Namun salah kaprah kita selalu berpikir bahwa wisman mau tidur di hotel. Mereka lebih cenderung ingin mengetahui bagaimana kehidupan orang-orang Bali yang ada di pedesaan ini akhirnya luput dari pengamatan mereka," katanya.

Menurutnya, meningkatnya kunjungan wisatawan juga berdampak kepada UMKM Bali dan kegiatan-kegiatan pada akomodasi penyedia makanan.

Jadi dari sektor makanan ini terlihat cukup meningkat perkembangannya. Tidak saja dari penduduk lokal tetapi pendatang yang berlibur Lebaran.

Menurutnya, dari kedatangan wisatawan lokal yang paling nyaman dirasakan oleh wisatawan adalah berlibur ke Bali.

"Sehingga mereka lebih senang berlibur di sini. Bahkan kalau diperbolehkan ingin tinggal di Bali. Ini menjadi satu tantangan kita untuk Bali. Sehingga dengan kehadiran pariwisata tentu perlu cinderamata atau oleh-oleh kemudian jenis makanan yang kalau kita lihat di TV kebanyakan selalu daerah di luar Bali yang ada makanan bermacam-macam," imbuhnya.

Menurutnya, seharusnya Bali juga dapat menunjukkan berbagai macam kuliner khas. Tidak hanya babi guling, namun juga makanan khas Bali lainnya yang dapat dinikmati semua orang. Dan tentunya harus dikemas lebih bagus dan lebih bersih jadi tidak terkesan asal-asalan.

"Keseringan kita seperti itu. Jadi inilah yang diharapkan kedepannya agar tetap sektor UMKM didorong. Lalu bagaimana mengemasnya dengan baik. Jangan menganggap bahwa hanya sekadar aji mumpung Lebaran. Setelah Lebaran sepi lagi. Kita berharap mereka datang ke Bali tidak hanya hari raya Lebaran. Tentu bagaimana mereka bisa berlibur akhir pekan atau akhir bulan. Dan dengan harapan ini dapat menghidupkan pariwisata," paparnya. (sar)

Baca juga: Turis Domestik Menurun, Turis Asing Naik Drastis, Ribuan Warga Negara Australia Kunjungi Bali

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas