BNN Tetapkan 2 Hakim PN Rangkasbitung Konsumsi Sabu Jadi Tersangka, Simpan Bong di Laci Ruang Kerja
Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Banten menetapkan tiga oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai tersangka pemilik narkotika jenis sabu.
Editor: Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Banten menetapkan tiga oknum Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai tersangka pemilik narkotika jenis sabu.
"3 oknum Pengadilan Negeri Rangkasbitung dan satu pembantu rumah tangga, statusnya masih tersangka, hari ini kami masih lakukan pemeriksaan intensif," ujar Kepala BNN Provinsi Banten, Brigjen Pol Hendri Marpaung saat merilis pengungkapan kasus narkotika, Senin (23/5/2022).
Narkotika itu dikirim dari Sumatera ke Banten melalui jasa pegiriman barang (ekspedisi) di Jalan Insinyur Juanda Nomor 60 Rangkasbitung, Lebak Banten.
Peristiwa itu terjadi pada Selasa, 17 Mei 2022 Pukul 10.00 WIB.
Dua oknum itu berinisial YR (39) dan DA (39) selaku hakim Pengadilan Negeri Pengadilan Negeri Rangkasbitung yang stastusnya PNS.
RASS (32) selaku ASN yang tidak memilik jabatan.
"Rass ASN tidak punya jabatan," ucapnya.
Sementara satu orang lainnya berinisial H, selaku pembantu rumah tangga DA.
Hendri menjelaskan kronologi penangkapan tersebut.
Bermula dari laporan masyarakat mengenai adanya pengiriman narkotika di jasa pengiriman barang ekspedisi Rangkasbitung.
Baca juga: Dua Kurir 49 Kg Sabu di Medan Dituntut Hukuman Mati: Terdakwa Tergiur Upah Rp 100 Juta
BNN Provinsi Banten bersama bea cukai Kanwil Banten melakukan penyelidikan dan pendalaman informasi tersebut.
"Kita sedang lakukan pendalaman terkait adanya pengiriman narkotika jenis shabu, dari Sumatera menuju Banten, tim brantas laksanakan kontrol terkait pengiriman beberapa hari sebelum paket terkirim," terangnya.
Begitu terkirim dari jasa pengangkutan, kemudian timnya mengawasi barang tersebut sampai ada orang yang mengambilnya.
"Diawasi barang sampai ke tujuan," paparnya.
"Pada Selasa 17 Mei 2022, Pukul 10.00 WIB, lewat jasa pengiriman barang, kita kontrol barang tiba dimana, kemudian kami dapati RAS mengambil barang titipan tersebut dari jasa penitipan barang di Jalan Juanda Rangkasbitung Barat, Kab Lebak di jasa pengiriman, diduga barang berisi narkotika," sambungnya.
Saat diintrogasi, RASS mengelak, bahwa barang itu bukan miliknya.
"RASS katakan itu bukan barangnya, dia hanya diperintahkan oleh seseorang," tuturnya.
Hendri dan pihaknya terus melakukan pendalaman, sehingga dapat diketahui bahwa orang yang menyuruh RASS adalah atasannya RASS berinisial YR.
"Kami lakukan pendalaman, ternyata yang perintahkan RASS adalah atasannya RASS, kami lakukan koordinasi pada pemimpin ASN ini untuk lakukan penyelidikan, inisialnya YR seorang ASN," jelasnya.
Kemudian, pihaknya melakukan penggeledahan di ruang kerja YR, dan didapati peralatan untuk mengkonsumsi shabu.
"Kami lakukan penggeledahan di ruang kerjanya dengan tim disaksikan oleh atasannya, ternyata YR simpan tiga alat hisap atau bong di laci digunakan untuk konsumsi shabu, dua buah pipet dan dua korek gas dari tas DA," terangnya.
YR diduga memerintahkan RASS untuk mengambil barang tersebut di ekspedisi.
Baca juga: Nasib 2 Pembesuk Tahanan Polda Sultra yang Tertangkap Tangan Selundupkan 4 Paket Sabu Dalam Nasi
"Penangkapan itu dilakukan oleh BNN, diduga karena berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba," ungkapnya.
Kemudian, pihaknya melakukan tes urine pada RASS dan YR, hasilnya keduanya positif konsumsi shabu.
"Kami lakukan tes urine dan hasilnya RAS dan YR positif, selanjutnya kami lakukan introgasi awal," kata Hendri.
Dalam proses introgasi berikutnya, menyeret nama lainnya berinisial DA, yang juga hakim di PN Rangkasbitung.
Selain itu, pembantu DA, berinisial H juga diamankan dan positif mengkonsumsi shabu.
"YR kemudian sebutkan orang inisial DA yang juga ASN yang juga pernah gunakan shabu, ternyata hasil tes urine DA positif gunakan sabu, lalu kami bawa seseorang inisial H, seorang pramuwisma kami temukan di rumah YR, H adalah pembantu DA, H positif konsumsi shabu," jelasnya.
Masing-masing tersangka berbeda waktu mengkonsumsi shabinya.
"Beda-beda, hasil pemeriksaan masih didalami," ungkapnya.
Menurut Hendri, YR sudah konsumsi shabu lebih dari 1 tahun,
RASS dan DA, keduanya mengkonsumsi shabu setelah kenal dengan YR.
"RASS sebagai kurir ambil paket, dia kenal barang itu setelah mengenal dan kerjasama dengan YR, DA juga sama dengan RAS, yang beli dan pesan shabu YR," tuturnya.
Sampai saat ini, pihaknya masih mendalami pemodal untuk membeli barang tersebut.
"Pemodalnya belum tahu, keempatnya positif," paparnya.
Adapun isi paket yang diambil RASS di ekspedisi berupa dua bungkus plastik klip bening ukuran sedang berisi narkotika golongan 1 janis kristasl shabu warna putih.
Selain itu, ada pula bungkus ukuran kecil berisi narkotika golongan 1 jenis kristal shabu warna biru.
Beratnya sekitar 20,634 gram.
"Saat ini masih dilakukan pendalaman, pasti kedepan kita tahan, hari ini hari terakhir pendalaman," jelasnya.
Adapun pasal yang dilanggar yaitu pasal 114 ayat 2 pasal 112 ayat 2, Undang-undang RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika pasal 112 ayat 2 dan pasal 127 ayat 1 undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika.
Terkait penetapan tersangka, Humas Pengadilan Tinggi Banten Binsar Gultom mengaku prihatin, karena hakim seharusnya memberikan hukuman bagi tersangka bukan justru pelaku penyalahgunaan narkotika.
"Peristiwa ini sangat memprihatinkan bagi kami, karena seharusnya hakim itu sebagai pemutus, pengadil suatu perkara tindak pidana narkoba. Tapi tersandung peristiwa itu, tentu sangat memalukan dan merugikan citra besar pengadilan tinggi banten," ujar Binsar saat dihubungi Kompas.com. Senin (23/5/2022).
Dikatakan Binsar, saat ini Ketua PT Banten Charis Mardiyanto langsung melakukan pembinaan secara khusus kepada pegawai PN Rangkasbitung.
"Ini sejarah bagi kita, peristiwa ini harus dijadikan perhatian khusus, jangan pernah terulang kembali dan terjadi di seluruh warga pengadilan," kata Binsar.
Pasca peristiwa penangkapan tersebut, PT Banten akan melakukan koordinasi dengan BNNP Banten untuk melakukan tes urine kapada seluruh pegawai pengadilan se Banten.
"Pemeriksaan (tes urine) sangat perlu, harus diimplementasikan secara berkala untuk mendeteksi apakah masih ada indikasi yang menggunakan (narkoba). Itu (tes urine) salah satu mencegah terjadinya penyalahguaan narkoba," jelas hakim kasus kopi sianida itu. (*)
Artikel ini telah tayang di TribunBanten.com dengan judul 2 Hakim PN Rangkasbitung Jadi Tersangka Kasus Narkoba, Alat Bong Sabu Ditemukan di Laci