Ingus Laut di Teluk Bima NTB, Diduga Fenomena Algae Bloom, Apa Itu?
Diduga fenomena buih atau jelly di perairan Teluk Bima dihasilkan oleh plankton akibat kesuburan berlebih (Algae Bloom).
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM, MATARAM - Perairan Teluk Bima tampak digenangi semacam buih, atau berbentuk semacan jelly.
Sebelumnya, hal tersebut dianggap misterius.
Namun belakangan, hal tersebut disebut fenomena Algae Bloom.
Apa itu?
Diduga fenomena tersebut dihasilkan oleh plankton akibat kesuburan berlebih (Algae Bloom).
Fenomena Algae Bloom disebabkan kondisi eutrofikasi air laut, atau penyuburan nutrien laut.
Sumber nutrien berasal dari akumulasi Teluk Bima, yang disebabkan aktivitas pemupukan tanaman dan buangan bahan organik.
Hingga terseret oleh arus air sungai menuju Teluk Bima, dan dibuktikan secara kronologis dalam proses Oseanografi, Atmosferic, dan Geografik.
Baca juga: Limbah Misterius Berbentuk Jelly Foam Muncul Lagi di Teluk Bima, DLH Ambil Sampel Uji Cepat
Karena disebabkan plankton, buih yang terapung tidak berbau seperti minyak, melainkan berbau rumput laut.
Dan Pihak PT Pertamina Parta Niaga Regional Jatimbalinus Intergrated Terminal Bima menegaskan, tidak ada kebocoran atau tumpahan minyak dari aktivitas usaha yang dilakukan.
Hasil diatas merupakan Hasil Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) antara PT Pertamina dengan pihak lainnya di 28 April 2022.
Dosen Coral Reef Bio Ecology Universitas Hassanudin, Syafyudin Yusuf menyampaikan penjelasan lebih dalam terkait ingus laut Teluk Bima, via Zoom Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Pegiat Lingkungan Desak Pemulihan Perairan Teluk Bima yang Terdampak Pencemaran Jelly Foam
Dengan ingus laut yang disebabkan plankton bereproduksi terlampau tinggi, Yusuf menyampaikan adanya beberapa unsur tertimbun di Teluk Bima.
"Terdapat Nutrien Nitrat, Nitrit, Ammonium, Ortifosfat dan Asam Silikat untuk perkembangan plankton yang ada di Teluk Bima," ungkapnya.
Dengan Nutrien yang terpendam di Teluk Bima, diduga berasal dari aktivitas manusia.
Penggunaan pupuk oleh manusia, diduga ikut larut di sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Bima.
Hingga menyebabkan meledaknya populasi Phytoplankton sekitar 7 kali lipat dalam temuan laboratorium Pertamina, dan 9 kali lipat dalam temuan laboratorium DLHK.
"Sebenarnya plankton adalah unsur kehidupan laut, sangat baik bagi laut hingga menjadi makanan ikan dan biota laut lainnya, namun bila terlalu banyak, seperti ini hasilnya," ungkap Yusuf menunjuk Buih Ingus Laut.
Hasil dugaan Yusuf tentang pupuk penyebab ledakan plankton Phytoplankton ini juga diperkuat oleh hasil penelitian peneliti Amerika, Ngatia and Taylor.
"Eutrofikasi menyebabkan Agal Blooms atau ledakan populasi Phytoplankton jenis tertentu, and recreation water uses leading to significant economic consequences," (Ngatia and Taylor 2018).
Selain itu, akibat buih atau gel di Teluk Bima ini menyebabkan kerugian baik di bidang ekonomi perikanan maupun pariwisata.
Yusuf menyampaikan, ikan-ikan yang mati di Teluk Bima telah diperiksa secara ilmiah.
Diketahui jenis ikan yang mati merupakan ikan yang hidup di kolom air laut, atau mengambil oksigen tidak terlalu jauh dari permukaan.
Penyebabnya bakteri atau plankton yang tumbuh subur dalam jumlah besar itu mengkonsumsi oksigen. Serta, oksigen juga turut terjebak dalam buih atau gel.
Menyebabkan ikan kehabisan oksigen dan mati.
"Mati karena kehabisan oksigen, bukan keracunan," ungkap Yusuf.
Namun, untuk disisi pariwisata, tidak merenggut korban jiwa, tetapi pemandangan yang kurang sedap.
Diketahui bahan organik yang terdapat di gel atau buih tersebut tidak beracun bagi manusia, namun dapat menyebabkan kegatalan.
Oleh karena itu, Yusuf bersama pihak lainnya menyarankan masyarakat agar untuk tidak mandi dulu dipantai.
"Kemarin saat Lebaran Idul Fitri, tidak ada orang yang berkunjung ke pantai, bayangkan berapa kerugiannya. Yang seharusnya ramai," tambah Yusuf.
Karena kejadian di Teluk Bima ini telah terjadi, Yusuf bersama pihak lainnya mengajak untuk evaluasi dan koordinasi.
Agar hal yang sama tidak terjadi kembali di masa mendatang.
Yusuf menyarankan, agar pihak pemerintah bersama swasta dan lembaga peneliti untuk menciptakan suatu database kelautan se-Teluk Bima.
Baca juga: Dampak Pencemaran Teluk Bima: Pendapatan Pedagang Merosot, Pengunjung Pantai Dilarang Mandi Air Laut
Sebagai refrensi masa mendatang bila terjadi suatu hal, baik dari bio ekologi, fisik, kimia dan oseanografi.
Selain itu, menciptakan laboratorium monitoring berkualitas untuk Teluk Bima demi kebutuhan wisata dan budidaya tambak.
Lalu, Konsep pengelolaan kawasan Teluk Bima, untuk mengatur pemanfaatan yang berkepanjangan.
Serta, restorasi tumbuhan laut berupa padang lamun dan mangrove. Sebagai penyerap bahan pencemar.
(TribunLombok.com, Jimmy Sucipto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.