FAKTA Proyek Kereta Gantung Rinjani, Jadi yang Terpanjang di Dunia, Didanai Investor China Rp 600 M
Proyek pembangunan kereta gantung menuju Gunung Rinjani yang berada di Desa Lantan, Lombok Tengah akan segera direalisasikan.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Proyek pembangunan kereta gantung menuju Gunung Rinjani yang berada di Desa Lantan, Lombok Tengah akan segera direalisasikan.
Pembangunan tersebut akan didanai oleh investor China.
Adapun, perusahaan yang akan terlibat dalam pengerjaan proyek tersebut yakni PT Indonesia Lombok Resort.
Namun, pembangunan tersebut menuai pro dan kontra dari banyak pihak.
Kini, Pemprov NTB bersama Kementerian Lingkungan Hidup masih mengkaji Amdal yang diajukan oleh PT Indonesia Lombok Resort.
Baca juga: Menyoal Proyek Pembangunan Kereta Gantung Rinjani, Gubernur NTB: Prinsipnya Tidak Merusak Lingkungan
Kereta Gantung Terpanjang di Dunia
Mengutip Kompas.com, kereta gantung yang akan dibangun di kawasan Gunung Rinjani ini akan menjadi wahana baru untuk menikmati keindahan alam Rinjani.
Lokasi kereta gantung, nantinya tidak berada di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Melainkan berada di blok pemanfaaan jasa wisata pada kawasan taman hutan raya (tahura) dan hutan lindung areal KPH.
Yakni mulai dari Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah menuju kawasan hutan lindung di bagian atasnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nusa Tenggara Barat (NTB), H Madani Maukrom.
"Panjang kurang lebih 10 km, dan menjadi kereta gantung terpanjang di dunia," katanya melalui pesan singkat pada Rabu (22/1/2020) lalu.
Didanai Investor China
Masih dari Kompas.com, proyek pembangunan kereta gantung tersebut akan didanai oleh investor China dengan nilai Rp 600 miliar.
"Sudah ada investigatornya dari Tiongkok dengan nilai Rp 600 miliar," kata Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPT-SP) NTB, Mohammad Rum, Rabu (15/6/2022), melalui sambungan telepon.
Adapun, perusahaan yang akan terlibat dalam pengerjaan proyek kereta gantung yakni PT Indonesia Lombok Resort.
"Ini mereka sudah dapat izin. (Detail Engineering Design) DED-nya sudah masuk ke kita Pemda NTB dan saat ini sedang kami diskusikan," terangnya.
Rum menuturkan, dana Rp 600 miliar nantinya akan digelontorkan melalui Duta Besar China di Indonesia.
"Uang Rp 600 miliar sebanyak itu kan harus ada regulasi sendiri untuk pencairannya."
"Jadi harus melalui pengetahuan Dubes China di Jakarta," sambungnya.
Baca juga: Viral di Twitter, Pria Ini Ceritakan Perjalanannya Berjalan Kaki dari Ciputat Menuju Gunung Rinjani
Baca juga: Gunung Rinjani Bakal Punya Kereta Gantung Terpanjang di Dunia, Sejauh 10 Km, Cocok untuk Lansia
Amdal Jadi Hal Penting
Rencana pembangunan proyek ini juga menuai pro dan kontra.
Hal ini terkait dengan kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan dari pembangunan tersebut.
Terkait dengan hal itu, Gubernur NTB, Zulkieflimansyah mengatakan, jika saat ini teknologi sudah cukup maju.
Sehingga dapat menghindari kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan.
"Tentu kan ada catatannya bagaimana supaya tidak membahayakan lingkungan."
"Concern-nya kan jangan sampai hutan dirusak," ujarnya saat menghadiri peresmian gelar tani di Mataram pada 26 April 2022 lalu, seperti dikutip dari Tribun Lombok.
Terpisah, Dewan Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) NTB, Dwi Sudarsono menyarankan Pemprov NTB mengkaji Amdal secara mendalam.
Baca juga: Diduga Kesasar, Wanita Paruh Baya asal Magelang Ditemukan Meninggal di Lereng Gunung Sumbing
Hal itu mengingat Rinjang merupakan kawasan geoprak yang masuk Unesco.
"Jadi harus jeli komisi Amdal-nya, jangan sampai kebobolan."
"Kita tahu sama-sama ini kawasan hutan, kami minta lebih hati-hati mengkaji dampak lingkungannya dan harus lebih ketat," ungkapnya, melansir Kompas.com.
Dwi menjelaskan, ada perbedaan karakter kawasan yang menjadi lokasi proyek kereta gantung dibangun.
Menurutnya, lokasi proyek gantung di Rinjani ini lebih sulit dan merusak ekologi.
"Coba kita lihat kereta gantung di negara Swiss misalnya, gunung mereka kan bersalju, kemudian keras."
"Kita yang ada di Rinjani berbeda, ini kawasan hutan, agak susah nanti membongkar untuk lokasi pembuatan tower kereta," terangnya.
Nantinya, kata dia, tower tersebut akan dipasangkan ke dalam hutan yang berdampak pada pembongkaran dan menggunakan semen untuk mengeraskannya.
Selain itu, lanjut Dwi, penting untuk mengkaji proyek tersebut secara dampak ekonomi sosial bagi warga kaki Gunung Rinjani.
"Perlu dilihat juga dampak ekonomi yang akan dinikmati oleh masyarakat, sebagai pelaku wisata."
"Ini kan seolah-olah berpotensi mematikan pendakian jalur utara dan timur di Rinjani," jelasnya.
Dikatakannya, masyarakat harus terlibat dalam pengawalan pembangunan tersebut.
Termasuk soal bentuk pekerjaan yang akan ditawarkan pihak investor untuk menempatkan lapangan pekerjaan bagi warga lokal.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunLombok.com/Patayatul Wahidah, Kompas.com/Idham Khalid)