Tujuh Hari Pencarian, 6 PMI Korban Kapal Tenggelam di Perairan Nongsa Batam Belum Ditemukan
Menjelang berakhirnya operasi pencarian, sebanyak 7 korban kapal tenggelam di Perairan Pulau Putri, Nongsa belum juga ditemukan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Hingga hari ketujuh operasi pencarian, Kamis (23/6/2022), sebanyak 6 Pekerja Migran Indonesia (PMI) korban kapal tenggelam di Perairan Pulau Putri, Nongsa belum juga ditemukan.
Di hari terakhir operasi pencarian kemarin, tim SAR memperluas area operasi pencarian korban kapal tenggelam hingga ke perairan perbatasan Bintan - Malaysia.
"Masih terus dilanjutkan, pencarian hingga sore nanti operasi SAR ditutup," ujar Kepala Basarnas Tanjungpinang melalui kepala Pos SAR Batam, Reza, Kamis (23/6/2022) siang.
Pencarian sudah dilakukan sejauh 25 mil.
Baca juga: Insiden Kapal Tenggelam di Batam, 23 Pekerja Migran Indonesia asal NTB Selamat, 7 Lainnya Hilang
Tim dibagi per area pencarian.
"Kemarin area pencarian di angka 25 mil. Jarak ini sudah cukup jauh dari kordinat kejadian kapal tenggelam," kata Reza.
Reza mengatakan sampai hari ke-7 operasi SAR berlangsung, upaya tim SAR belum membuahkan hasil.
"Sore ini operasi SAR akan dihentikan karena sudah memasuki hari ke-7. Sesuai SOP operasi SAR akan ditutup karena telah tujuh hari pencarian," kata Reza.
Jenazah Ditemukan Otoritas Singapura
Sebelumnya, jenazah calon PMI yang tewas tenggelam di Perairan Nongsa, Batam ditemukan Otoritas Singapura.
Kepastian jika jenazah tersebut merupakan salah satu calon PMI yang hilang dibuktikan dari identitas yang ditemukan bersama jasad tersebut.
Dalam data yang disampaikan tersebut, jenazah itu bernama Lalu Ahmat Sapii alias Mat merupakan warga Bunpek, Kabupaten Lombok Tengah, NTB.
Selain jasad korban ditemukan juga sejumlah identitas diri seperti KTP atas nama yang bersangkutan, SIM C atas nama yang bersangkutan serta KTKLN (Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri) yang tidak berlaku lagi karena diterbitkan 27 Mei 2013.
Untuk proses pemulangan, saat ini Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kepri masih menunggu informasi KBRI Indonesia di Singapura.
Baca juga: Kapal Motor Nelayan Tenggelam di Pelabuhan Perikanan Nusantara Merauke
Ahmat Sapii merupakan calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang berniat ke negeri jiran Malaysia secara ilegal dari Batam.
Sebanyak 30 orang dilaporkan berada dalam kapal naas itu.
Dari jumlah itu, 23 di antaranya berhasil selamat.
Beberapa di antaranya pernah bekerja di Malaysia dan kembali mencoba peruntungannya.
Jenazah Ahmat Sapii masih berada di Singapura.
"Kami baru mengetahui identitas jasad. Untuk proses pemulangan masih menunggu informasi dari KBRI di Singapura," ujar Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kepri, Mangiring Sinaga, Rabu (22/6/2022).
Pihaknya sudah berkoordinasi dengan otoritas Singapura.
Kesaksian Korban Selamat
Kecelakaan Kapal pengangkut 30 Pekerja Migran Indonesia di Perairan Nongsa Batam, Jumat (16/6/2022) lalu menyisakan trauma pada Muhammad Zohir Abas (21).
Pemuda ini mengaku masih mengingat dengan jelas detik-detik sebelum kapal terbalik hingga membuat para penumpang jatuh ke laut dan 7 di antaranya hingga sampai sekarang.
Saat ditemui TRIBUNBATAM.id di Shelter BP2MI Kepri, Selasa (21/6/2022) sore, Abas mengaku bersyukur berhasil selamat dari musibah itu.
Dia mengaku, saat di lautan, jeriken kosong berukuran kecil lah yang menjadi penyelamat Abas saat kapal yang ditumpanginya terbalik.
Abas tak bisa membayangkan jika tak ada jeriken kecil itu, bisa saja dia ikut tenggelam bersama tujuh rekannya yang hingga kini belum ditemukan.
"Malam saat kejadian itu, tak tau lagi menggambarkan suasananya. Semua sudah berpasrah. Apalagi saat detik-detik kapal kami terbalik," ujar Muhammad Zohir Abas disapa Abas saat ditemui Tribun di Selter BP2MI Kepri, Selasa (21/6/2022) sore.
Kapal yang mereka tumpangi bersama 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) lainnya terbalik dihantam gelombang laut.
"Masih terbayang-bayang kejadian itu. Tak akan terlupakan seumur hidup, saya bisa selamat dari kematian," ujar Abas penuh rasa bersyukur.
Abas masih mengingat betul kejadian malam itu. Apalagi saat ia bertahan hidup di tengah laut dengan bermodalkan jeriken.
Abas pun menceritakan detik-detik peristiwa malam itu.
Abas mengaku malam itu mereka diangkut pakai kapal Fiber.
"Kapalnya itu kecil, harusnya cuma muat 15 orang namun kami di dalamnya ada 30 orang. Setelah semua penumpang dimasukkan dalam kapal lalu kapal langsung berangkat," katanya.
Baca juga: Kapal Kandas di Perairan Pantai Siruamata Kepulauan Mentawai, 10 Orang Penumpang telah Dievakuasi
Dengan kecepatan tinggi, kapal pun langsung melesat memasuki alur perairan yang dalam.
Menurutnya, saat memandu kapal sang tekong kapal terlihat cukup berpengalaman.
Itu dia lihat dari cara memandu. Meski semua terlihat gelap, namun tekong mampu memecah gelombang laut.
"Berlayar kurang lebih sekitar 20 menit, tiba-tiba kapal kami mati mesin di pertengahan laut. Kami pun di dalam kapal panik. Kata tekong malam itu, mesin kapal mereka rusak kena kayu," katanya.
Abas menyebut, malam itu juga, mereka berusaha memperbaiki kapal namun tak kunjung bisa.
Angin dan gelombang laut pun terus menghantam kapal yang berisikan 30 PMI.
"Malam itu semua aktivitas tak ada kelihatan. Memang serba gelap gulita semua. Depan, belakang dan samping kiri kanan tak ada kelihatan, gelap semua," kata Abas.
Beberapa menit terombang ambing, kapal yang ditumpangi 30 PMI pun terus diterjang gelombang hingga akhirnya terbalik.
"Pas kapal mau terbalik, suasana malam itu menegangkan. Ada yang histeris minta pertolongan, berdzikir, sebut nama anak dan istri, tak terbayang lah, apalagi pas lihat kiri kanan gelap gulita," ujar Abas menceritakan kejadian malam itu.
Abas juga mengaku sudah berpasrah pada malam itu. Tak ada yang bisa ia perbuat.
"Saya hanya bilang mak, pak, maafkan Abas. Lalu saya doa berdzikir menyerahkan diri," tutur Abas.
Malam itu pun bagai ajal kematian bagi 30 PMI yang ingin mengadu nasib ke Malaysia.
Semua hanyut, hanya mereka yang bisa bertahan yang dapat hidup.
Menceritakan kejadian saat itu, mata Abas berkaca-kaca, namun Abas berusaha terlihat tegar, lantaran ia masih seorang diri.
"Kalau saya sih gak apa apa (single). Lah seperti paman saya, Amat (PMI). Kalau sempat tenggelam gimana anak dan istrinya di kampung halaman, bisa terancam hidup keluarganya," kata Abas.
Saat kapal terbalik, Abas menyebut semua penumpang berupaya menyelamatkan diri.
Ada yang berpegangan pada badan kapal, menggapai benda yang mengapung dan berusaha bertahan berenang.
"Malam itu saya sudah pasrah. Apalagi saya tidak tahu berenang. Paman saya Amat, tiba tiba memberikan saya jeriken kecil. Itulah yang saya pegang hingga akhirnya pertolongan datang," kata Abas.
Menurut Abas, ia tak melihat rekannya saat kejadian itu berlangsung.
Sebab, semua serba gelap.
Abas hanya mendengar teriakan meminta tolong. Kurang lebih sekitar dua jam, mereka pun diselamatkan nelayan hingga akhirnya dibawa ke dermaga TNI AL.
"Jera lah saya. Tak akan mau lagi, cukup lah berkebun di kampung halaman mengadu nasib," ungkap Abas mengusap dadanya.
Abas terlihat lapang dada menerima kejadian yang menimpa dirinya.
Abas mengaku tak punya banyak rencana setelah kejadian itu, dia hanya ingin pulang ke kampung halaman untuk bertemu Ibu dan ayahnya.
Kapal Membawa 30 PMI
Sebelumnya kapal pengangkut 30 Pekerja Migran Indonesia (PMI) tenggelam di perairan Pulau Putri, Nongsa, Batam, Kamis (16/6/2022) malam.
Sebanyak 23 orang berhasil diselamatkan. Sementara tujuh orang lainnya masih dalam pencarian.
Kepala Kantor Basarnas Tanjungpinang melalui Danpos SAR Batam, Reza mengatakan pihaknya masih berada di lokasi pencarian.
"Tim Resque SAR Batam sedang melakukan pencarian di lokasi," jawabnya, Jumat (17/6/2022).
Pencarian tujuh PMI yang masih hilang ini melibatkan KRI Celurit 64I, Combat Boat Lanal Batam, RHIB 01 Lanal Batam, dan RHIB 02 Lanal Batam.
Reza menerangkan singkat kronologis kejadian itu terjadi pada Kamis malam sekira pukul 19.30 WIB di sekitar perairan Pulau Putri Batam.
Saat itu kapal speed boat dilengkapi dua unit mesin berdaya 200 PK x 2 membawa PMI berjumlah sekitar 30 orang.
Kapal itu menabrak kayu hingga tenggelam.
Baca juga: Keluarga Tak Mampu Bayar 4.800 Ringgit, Jenazah PMI yang Meninggal di Malaysia Tak Bisa Dipulangkan
Tujuh korban yang masih hilang ini merupakan bagian dari total 30 penumpang kapal cepat yang berangkat dari Batam menuju Negeri Jiran, Malaysia secara ilegal.
Sebanyak 23 penumpang kapal cepat yang selamat merupakan warga Nusa Tenggara Barat (NTB).
Mereka kini berada di Mako Lanal Batam serta bersiap dipulangkan ke daerah asalnya.
"Tim SAR masih proses pencarian. Diperkirakan ada 30-an penumpang, 23 sudah berhasil diselamatkan," kata Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) NTB, Abri Danar Prabawa yang dikonfirmasi TribunLombok.com, Jumat (17/6/2022).
Proses pemulangan menurut Abdi dilakukan setelah rangkaian proses, termasuk pengecekan kondisi kesehatan telah dilalui oleh korban selamat.
Berdasarkan informasi awal yang didapatkan, kapal cepat tersebut mengangkut 30 orang PMI.
Mereka hendak masuk ke wilayah Malaysia secara non prosedural.
Dalam kecelakaan itu, 23 orang berhasil selamat.
Sementara tujuh orang lainnya belum diketahui keberadaannya.
PMI yang diselamatkan seluruhnya berasal dari NTB.
Saat ini mereka berada di Mako Lanal Batam.
Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB I Gede Putu Aryadi mengatakan, mereka yang selamat tentu akan dipulangkan dan ditangani tim.
"Tunggu proses selesai, nanti dipulangkan oleh satgas," katanya.
(TRIBUNBATAM.id/bereslumbantobing, TribunLombok.com)
Diolah dari artikel yang telah tayang di TribunBatam.id dengan judul HARI Terakhir Pencarian, Enam PMI Masih Hilang di Laut, Tim SAR Sisir hingga Perbatasan Malaysia