Lika-liku Sri Bantu Warga Desa Melek Jaminan Kesehatan, Ubah Cacian Jadi Kepercayaan
Upaya Sri Daryati ajak warga melek jaminan kesehatan turut disertai cacian. Simak lika-liku kisahnya jadi kader JKN-KIS tunggal di pedesaan Grobogan.
Penulis: Salma Fenty Irlanda
Editor: Pravitri Retno W
Namun, dari banyaknya masyarakat yang Sri temui, umumnya mereka menunggak karena tidak tahu jika tagihan JKN-KIS harus dibayar setiap bulan.
"Pengetahuan orang desa itu terbatas. Mereka salah kaprah, ada (oknum) yang memberi tahu jika JKN-KIS tidak dibayar nanti akan hilang sendiri. Alhasil, mereka kaget saat disodori tunggakan yang jumlahnya tak sedikit," tukas Sri.
Menurut Sri, saat menemui masyarakat desa yang menunggak tagihan JKN-KIS, justru dari kalangan menengah ke atas lah yang sulit diedukasi.
"Saya sering nemuin orang-orang kaya yang nunggak, tetapi dia nggak mau bayar. Katanya, 'Saya nggak mau ribet, Bu, soalnya harus pake rujukan dan lain-lain'," katanya menirukan.
Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas, warga ekonomi menengah ke bawah justru lebih bisa merasakan manfaat dari memiliki JKN-KIS.
"Untuk kita yang menengah ke bawah sangat menolong," ujar nenek satu cucu ini.
Diancam Pakai Senjata Tajam
Meski demikian, Sri pun bertemu dengan warga yang sulit diedukasi.
Bahkan, mereka tak segan melayangkan ancaman kepadanya.
"Pernah suatu kali, saya menemui seorang warga yang sudah cukup sepuh. Salah mengira saya sebagai penagih utang, dia sampai mengancam saya. Katanya, 'Ora sah rene-rene. Rene meneh tak gawakne arit! (Nggak usah ke sini. Ke sini lagi saya bawakan clurit)'," kata Sri mengenang.
Menghadapi ancaman itu, Sri pun memilih mengalah.
Akan tetapi, dirinya tak menyerah.
Bagi Sri, sudah menjadi kewajibannya untuk mengedukasi masyarakat pentingnya memiliki JKN-KIS.
Sri menilai, banyak warga desa yang belum paham dan mengira iuran JKN-KIS bisa dicairkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.