Lewat SLI, BMKG Berupaya Membantu Petani Memahami Informasi Iklim Kata Dwikorita
BMKG terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) sebagai upaya menghadapi krisis pangan akibat ketidakpastian global.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus menggencarkan Sekolah Lapang Iklim (SLI) sebagai upaya menghadapi krisis pangan akibat ketidakpastian global.
“SLI menjadi senjata andalan BMKG dalam upaya memperkuat ketahahan pangan nasional,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati disela-sela pembukaan SLI Operasional Provinsi Jawa Tengah di Kabupaten Temanggung.
Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk terus memperkuat ketahanan pangan dalam negeri.
Dwikorita menyebut, lewat SLI, BMKG berupaya membantu petani memahami informasi iklim. Terlebih, pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat terbuka sehingga sangat berkaitan dengan cuaca dan iklim. Sehingga, kalau petani tidak dibekali informasi iklim maka tingkat kegagalan tinggi dan berdampak pada ketahanan pangan nasional.
“Dalam perjalanannya, tidak hanya pertanian padi yang menjadi sasarannya, namun juga ada sektor lain seperti hortikultura dan tanaman keras,” tuturnya.
Dwikorita menerangkan, pada Maret hingga Juli 2022 lalu, BMKG telah sukses melaksanakan kegiatan SLI Operasional di Dusun Marongan, Desa Sukomakmur, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang dengan komoditas yang ditanam adalah sayuran onclang (daun bawang).
Diketahui, hasil dari pengubinan komoditas sayuran onclang (daun bawang) menghasilkan sebanyak 61, 76 Ton / Hektar dengan usia tanaman sekitar 90 – 100 hari.
Hasil tersebut, kata dia, lebih baik dan maksimal bila dibandingkan dengan hasil panen normal dalam kondisi cuaca/iklim terdampak anomali iklim La Nina dengan intensitas lemah dengan melihat mulai tanam pada akhir bulan Maret (30 Maret 2022) panen (periode masuk musim kemarau yang cenderung basah).
Sedangkan, pada bulan Agustus 2022 ini, lanjut Dwikorita, BMKG menyasar petani tembakau di dua lokasi yaitu di Desa Pacekelan, Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo dan di Desa Wonosari, Kecamatan Kubu, Kabupaten Temanggung.
Dengan materi yang akan diberikan di antaranya, pemahaman unsur cuaca dan iklim dan pengenalan alat ukur cuaca dan iklim, pengendali iklim dan proses pembentukan hujan dan simulasinya, pemahaman informasi prakiraan iklim dan musim dan penyimpangan iklim, dan iklim ekstrem perubahan iklim.
“SLI dilaksanakan di seluruh Indonesia. Setiap tahun ada di 60 lokasi, dan SLI terbukti menaikkan produktivitas pangan, secara nasional meningkatkan produktivitas 20-30 persen,” ujarnya.
Dwikorita juga menyampaikan bahwa secara umum Provinsi Jawa Tengah memiliki pola curah hujan monsunal termasuk kabupaten Temanggung dimana puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli – Agustus dan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari – Februari.
Kabupaten Magelang normalnya mempunyai musim hujan lebih panjang di banding musim kemarau. Kabupaten Temanggung secara umum morfologinya termasuk komplek mulai dari dataran, perbukitan, pegunungan, dan lembah. Kabupaten Temanggung terdapat dua buah gunung, yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Turut hadir dalam kegiatan SLI di Kabupaten Purworejo dan Kabupaten Temanggung yaitu Anggota Komisi V DPR RI Ir. Sudjadi dan Sekda Temanggung Hary Agung Prabowo, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG Dodo Gunawan, Kepala Balai Besar MKG Wilayah II Ciputat Hartanto, Koordinator BMKG Provinsi Jawa Tengah Sukasno, dan Koordinator BMKG Provinsi DIY, Setyoajie Prayoedhie.