Semangat Mitra Gojek, Berawal dari Pekerjaan Sampingan, Kini Jadi Penopang Ekonomi Keluarga
Inilah kisah dan semangat para mitra Gojek yang semula menjadikan driver Gojek sebagai pekerjaan sampingan, kini menjadi penopang ekonomi keluarga.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha

Ia mengaku tak ambil pusing dengan poin dan insentif yang didapat.
Apalagi sejak pihak aplikator membagi skema level driver berdasarkan jumlah trip dan poin, mulai dari basic, silver, gold, dan platinum.
Friono mengaku hasil yang didapat selama menjai driver Gojek cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
"Selebihnya ya bisa nabung sedikit-sedikit," ujar dia.
Tambahan Mas Kawin
Cerita serupa juga diurai seorang mitra Gojek lainnya, Ali Mustofa.
Atas keinginannya sendiri, Ali bergabung menjadi driver Gojek pada 2018 saat bekerja di Bogor, Jawa Barat.
Saat itu, ia juga iseng mencari pekerjaan sampingan di sela pekerjaan utamanya sebagai karyawan swasta.
Apalagi, Ali memiliki rencana untuk mempersunting pujaan hatinya.
"Alhamdulilllah, hasil Gojek saat itu bisa buat tambahan mas kawin," kenang pria asal Pati, Jawa Tengah ini.
Setelah menikah, kemudian memiliki anak, dan kini pindah ke Semarang, Jawa Tengah, Ali tetap menjadi mitra Gojek.
Ali terbiasa on bid mulai pukul 14.00 WIB dan pulang pada pukul 21.00 WIB.
"Kadang langsung dapat, kadang harus nunggu, tapi setiap hujan orderan GoFood pasti ramai," ujar dia.
Bagi suami Rosmawati ini, menjadi driver adalah caranya traveling sekalian bekerja. Sebab ia senang 'blusukan' sehingga memudahkannya menghafal jalan.
"Dukanya kadang membutuhkan kesabaran kita menghadapi pelanggan bayarnya yang kurang, nggak sabaran, dan menunggu lama datangnya," kata dia.
Jaga Perfoma agar Bisa Menjadi Penopang Ekonomi Keluarga
Di tengah semakin banyaknya jumlah mitra, baik Friono maupun Ali memiliki tips untuk menjaga performa akun mereka.
Friono, misalnya yang tidak pernah memilih orderan atau meng-cancel pesanan yang diberikan kepadanya.
Sementara Ali terus berusaha konsisten menjalankan pesanan.
"Selain itu, pahami akun sendiri dan sistem orderan, InshaAllah akunnya gacor," paparnya.
Hal ini sudah dibuktikannya sendiri saat ia mendapatkan penghasilan sebesar Rp 300 ribu dalam sehari untuk level akun basic.
Bagi Ali, driver Gojek bisa menjadi penopang ekonomi asal dilakoni dengan tekun dan rajin.
Bahkan penghasilan yang didapat bisa melebihi karyawan swasta umumnya.
Begitu juga dengan Friono yang merasakan betul pengaruh platform Gojek bagi keluarga.
Menurutnya, sebelum 2017, driver Gojek bisa menjadi penopang ekonomi keluarga.
Namun setelah 2017 ke sini, ada pergeseran baik dari skema tarif maupun insentif yang diberikan aplikator.
"Masih bisa jadi penopang buat keluarga, cuma agak 'memaksa' mitra untuk lebih giat lagi dalam pelayanan entah itu dengan penalti performa, rating dan jam kerja si driver itu," ujarnya.
Pengaruh Gojek sebagai penopang ekonomi juga dirasakan Friono saat pandemi.
Ia tak perlu khawatir apalagi kepikiran saat kabar PHK massal akibat pandemi menyeruak.
Justru saat pandemi, hampir setiap hari, orderan yang didapat Friono didominasi layanan GoSend.
"Contohnya mengirim makanan dan barang di rumah orang yang sedang isolasi mandiri," kata dia.
Menurut Friono, platform yang paling survive mempertahankan pendapatan mitranya adalah Gojek.
"Dia menang dalam program-program kemitraannya lewat swadaya driver Gojek dan bonus insentif atau jaminan pendapatan," tambahnya.
Oleh karena itu, Friono berharap, pihak aplikator selalu mempertahankan pendapatan mitra driver-nya. Baik melalui program kemitraan maupun lainnya.
Tak lain agar platform Gojek bisa menjadi andalan ekonomi keluarga. (*)