PENGAKUAN Terbaru Dedi Mulyadi, Selama 3,5 Tahun 'Puasa Ranjang' dengan Anne Ratna Mustika
Mengingat kasusnya sudah heboh di media sosial, Dedi mengaku tidak bisa ditutup-tutupi dan membiarkan saja
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akhirnya terungkap soal Dedi Mulyadi tidak memberikan nafkah batin kepada istrinya Anne Ratna Mustika.
Dedi Mulyadi digugat cerai oleh istrinya, Anne Ratna Mustika setelah 19 tahun menikah.
Anne Ratna Mustika saat ini merupakan Bupati Purwakarta. (Profil Anne Ratna)
Sementara, Dedi Mulyadi (51 tahun) anggota DPR RI dari Partai Golkar, periode 2019–2024 dari daerah pemilihan Kabupaten Purwakarta, Bekasi, dan Karawang.
Sebelumnya, Dedi Mulyadi menjabat sebagai Bupati Kabupaten Purwakarta, selama dua periode. (Profil Dedi Mulyadi)
Terbaru, Dedi Mulyadi blak-blakan mengaku sudah 3,5 tahun tidak melakukan puasa ranjang yang bisa dimaknai tidak melakukan hubungan suami istri dengan istrinya.
Pengakuan ini justru bermula saat ada pembahasan mengenai soal alpukat yang bisa meningkatkan stamina tubuh.
Lantas seperti apa 'pengakuan' Dedi Mulyadi?
Dilansir Tribunnews.com dari Youtube Lembur Pakuan Channel, Minggu (20/11/2022), pengakuan mengejutkan itu disampaikan Dedi saat melakukan kunjungan kerja bersama pejabat Kementerian Pertanian dan Komisi IV DPR di Dusun Kalibening, Desa Kebondalem, Semarang, Jawa Tengah yang dikenal sebagai desa penghasil alpukat.
Dedi Mulyadi saat itu berbincang dengan Kepala Desa Kebondalem, Nur Holiq dan Kepala Dusun Kalibening.
Dedi disuguhkan alpukat yang telah dibela dan menanyakan apakah diperbolehkan membawa pulang alpukat ini karena tidak makan karena Dedi sedang puasa.
Baca juga: Digugat Cerai Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi Sesalkan Sikap Guru Ngaji yang Tidak Mendamaikan
Kades Nur Holiq mempersilahkan untuk dibawa.
Dedi lantas bicara tentang manfaat alpukat yang baik untuk kesehatan yakni untuk menurunkan kadar kolesterol, kadar gula.
“Alpukat itu bisa disulap jadi mobil, jadi rumah, bahkan alpukat itu bisa menambah stamina, untuk tambah istri,” kata Kang Dedi.
“(Tambah istri) Nah itu yang kalau saya tidak berani,” kata Nur Holiq menimpali sambil tertawa.
"Sebenarnya berani tapi saya tidak mau' kata Nur Holiq.
Lantas sambil bercanda, Kades Nur Holiq tanya ke Dedi Mulyadi, kalau setelah mengonsumsi alpukat bisa meningkatkan stamina, lantas Kang Dedi bagaimana karena sedang digugat cerai.
“Ya gak dipakai,” kata Kang Dedi lantas tertawa ngakak.
“Itu maksud saya. Kalau saya kan saya pakai,” ucap Kades Nur Holiq.
Nah, di tengah percakapan itu, kemudian Dedi memberikan pengakuan sudah 3,5 tahun ‘puasa’ yang diduga kuat artinya puasa di ranjang dengan istrinya Anne Ratna Mustika.
“Saya kalau mau jujur, nggak pakai alpukat, stamina, ini bukan baru.
Tiga tahun setengah saya udah 'puasa'. Karena sekarang sudah muncul di media sosial, ya, udah itu tetap tidak bisa ditutup-tutupi,” terang Kang Dedi.
'Lah itu sudah gak bisa ditutup-tutupi' timpal Kades.
'Ya gak apa apa' jawab Dedi.
Hidup itu kan ada pasang surut, ada dapat baiknya ada tidak baiknya.
Sindir Istri
Tidak hanya berhenti di situ, pembicaraan mengarah kepada penawaran calon istri.
"Nanti bapak tinggal milih mana yang disukai,' kata Nur Holiq.
Dedi menjawab, iya tapi nanti saya disukai atau tidak?
'Nanti lihat sikon dululah'
Baca juga: Dedi Mulyadi Akui Anne Ratna Mustika Istri yang Baik, Cuma Sangat Patuh pada Guru Ngajinya
Lalu kamera mengarah kepada sejumlah perempuan nampak yang ikut bersama mereka.
Bahkan diinformasikan ada yang masih kuliah.
"Emang saja tidak bisa bayarin kuliah?," kata Dedi lalu tertawa.
'Jangan bayarin kuliah, jadiin Bupati pun bisa'
Dedi melanjutkan, 'tapi setelah jadi Bupati malah disuruh pergi'
Yah itu namanya kehidupan, kalau kebaikan tidak akan pernah hilang.
Sentil Guru Ngaji Istri
Sebelumnya Dedi Mulyadi mengatakan Bupati Purwakarta Anne Mustika Ratu sebenarnya adalah istri yang baik.
Dedi kemudian membeberkan alasan digugat cerai istrinya, Bupati Purawakarta Anne Ratna Mustika setelah mediasi di Pengadilan Agama Purwakarta.
Hanya, menurut dia, Ambu Anne terlalu sayang kepada keluarganya dan sangat hormat dan patuh pada guru ngajinya.
“Saya sebenarnya menghadapi seorang istri yang baik. Menurut saya, embu itu adalah istri yang baik, cuma embu itu sayang terhadap keluarganya, kemudian sangat hormat dan patuh pada gurunya," kata Kang Dedi, Rabu (16/11/2022).
"Itu yang menjadi sesuatu barangkali kegelisahan dia antara ketaatan pada guru dan ketaatan pada suami,” imbuhnya.
Dedi lantas menyayangkan sikap guru ngaji istrinya yang tak bersikap mendamaikan perselisihan rumah tangganya.
Ia juga menyinggung saat Ambu Anne umrah bersama keluarga tanpa seizinnya.
“Guru ngajinya seharusnya bertanya pada saya sebagai suami, ini istrinya mau pergi dengan saya bagaimana, boleh atau tidak. Tugas guru ngaji itu mendamaikan bukan memberikan hukuman pada seseorang," ucapnya.
Jadi misal ada murid di pengajiannya bermasalah, tugas guru ngaji mendamaikan, telepon saya ‘ini istrinya ngadu ini’, begitu. Bukan sekadar ngasih air doa agar anaknya lupa sama bapaknya, itu tidak boleh,” keluh Dedi Mulyadi.
Terkait tuduhan KDRT psikis, Kang Dedi menjelaskan berdasarkan undang-undang. Di situ disebutkan ciri wanita atau istri yang mengalaminya.
Pertama, kata Dedi, adalah murung secara terus menerus, kedua kehilangan kepercayaan diri dan terakhir tidak bisa mengambil keputusan.
Baca juga: Fakta Gugatan Cerai Anne Ratna, Mediasi Gagal hingga Dedi Mulyadi Disebut Tak Beri Nafkah Sejak 2020
Jika dilihat dari hal tersebut, tentu saja Neng Anne yang kini menjadi Bupati Purwakarta tidak mengalami ketiga ciri tersebut.
“Pertanyaannya adalah, apakah ada tanda-tanda itu pada embu Anne? Murung terus, tidak bisa mengambil keputusan, kehilangan percaya diri, menurut saya terbalik, embu sebagai bupati saat ini justru sangat pede (percaya diri),” terang Dedi.
Dedi Mulyadi dan Anne Ratna Mustika saat sidang mediasi di Pengadilan Agama Purwakarta.
Kang Dedi juga mempertanyakan apa yang kurang dari sisi ekonomi keluarga.
Menurutnya, semua sudah tercukupi terlebih Neng Anne sebagai bupati banyak difasilitasi oleh negara mulai dari makan, minum, mobil, pakaian hingga ajudan.
Kemudian, kata Dedi, ketiga anaknya hidup serba berkecukupan. Anak pertamanya sebentar lagi menyelesaikan kuliah di salah satu PTN di Bandung.
Begitu juga anak keduanya yang baru masuk PTS di Bandung dibiayai oleh Kang Dedi.
“Anak yang paling besar sudah hampir selesai di Unpad, yang kedua masuk di Unpar fakultas hukum biayanya dari mulai uang masuk sampai biaya kos saya yang jamin, yang bungsu lagi lucu-lucunya diasuh oleh Teh Elis, biaya pengasuhannya gaji tiap bulannya saya yang menjamin, karena tanggung jawab saya sebagai kepala keluarga,” kata Kang Dedi.
Tidak hanya itu sejumlah aset keluarga pun sangat mencukupi untuk anak cucu.
Seperti di Pasawahan yang menjadi rumah keluarga dan tempat anak-anak dibesarkan. Begitu juga rumah di Wanayasa yang juga sangat layak.
“Itu saya urus tiap hari dan bayar pajak juga listrik yang setiap bulannya lebih dari Rp 20 juta, itu saya yang bayar. Di situlah hidup saling bersama, saling berbagi, urusan beras sudah ditanggung negara, urusan lain saya yang nanggung termasuk aset-aset anak saya untuk masa depan,” ucapnya.
Sebagai pemimpin, lanjut Dedi, sudah sepatutnya tidak lagi memikirkan diri sendiri.
Namun yang lebih penting seorang pemimpin harus memikirkan kepentingan rakyat yang mana saat ini masih banyak mengalami kesusahan mulai dari PHK hingga urusan usia muda menjadi PSK untuk menyambung hidup.
“Itu yang harus kita pikirkan. Karena pemimpin itu sudah tidak boleh lagi memikirkan dirinya. Pemimpin itu ditugaskan memikirkan rakyat,” kata Dedi.
Anne cerita soal gugatannya
Ditemui seusai sidang, Ambu Anne menjelaskan soal pokok materi gugatan.
Pertama adalah soal rumah tangganya yang ia anggap mengalami permasalahan sejak beberapa tahun belakangan.
“Sehingga jalan akhirnya gugatan cerai,” kata Anne.
Menurutnya perselisihan terjadi karena soal manajemen keuangan rumah tangga yang dianggap tidak terbuka.
Kemudian Kang Dedi dianggap tidak memberikan nafkah lahir dan batin padanya. Terakhir, Anne merasa mengalami kekerasan verbal atau KDRT secara psikis.
“Itu yang menyebabkan perselisihan terus menerus dalam rumah tangga kami. Sehingga tadi mediasi tidak ada kesepakatan dan langsung masuk ke pokok perkara,” katanya. (Warta Kota/Valentino Verry) (Tribunnews.com/Eko Sutriyanto)
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Dedi Mulyadi Sesali Sikap Guru Ngaji Ambu Anne yang Menjerumuskan