Cerita Pilu Korban Jiwa Gempa Cianjur: 7 Santri dan Ustaz hingga Wanita Hamil 9 Bulan Meninggal
Sebanyak 268 orang menjadi korban tewas dalam bencana alam gempa bumi Cianjur, termasuk ada 7 santri dan ustaz, serta anak-anak.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Gempa bumi yang melanda Cianjur, Jawa Barat, membuat 268 orang meninggal dunia.
Data terbaru korban Gempa Cianjur ini diupdate oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), per Selasa (22/11/2022), pukul 17.00 WIB.
Dari 268 korban jiwa, 122 di antaranya sudah terindentifikasi.
Selain korban jiwa, gempa Cinajur juga mengakibatkan 1.083 jiwa luka-luka, 58.362 jiwa mengungsi, serta 151 jiwa masih dalam pencarian.
Melansir unggahan instagram @bnpb_indonesia, gempa 5,6 Magnitudo berdampak pada 12 kecamatan, sebanyak 6.570 rumah rusak ringan, 2.071 rusak sedang dan 12.641 rusak berat.
Soal korban jiwa gempa Cianjur, cerita-cerita pilu terus menggaung.
Baca juga: Gempa Magnitudo 3,9 Guncang Cianjur Siang Ini, Pedagang: Lumayan Terasa Guncangannya
Termasuk meninggalnya seorang ibu hamil 9 bulan lantaran terjebak reruntuhan, hingga 7 santri serta ustaz yang juga tak terselamatkan.
Berikut cerita pilu para korban meninggal gempa Cianjur, dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber:
1. 7 Santri dan Ustaz Meninggal
Tujuh orang santri dan seorang Ustaz pondok pesantren (Ponpes) di Kampung Garogol RT 04/03, Desa Cibulakang, Kecamatan Cugenang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat ditemukan meninggal dunia di bawah reruntuhan bangunan.
Informasi yang didapat, para santri dan seorang pimpinan pesantren tersebut menjadi korban gempa dan tertimbun puing bangunan saat mengaji di salah satu ruang, Selasa (22/11/2022).
Baca juga: Berkaca Bencana Gempa di Cianjur, Titiek Puspa Ingat Dosa Berharap Selalu Bisa Tebarkan Kebaikan
Para santri dan seorang pimpinan Ponpes tersebut berhasil dievakuasi tim gabungan setelah hampir selama 24 jam tertimbung puing bangunan, melansir TribunJabar.id.
"Saat kejadian, di ruangan ada 15 orang yang tengah mengaji, namun delapan orang santri dan Ustaz pimpinan Ponpes terjebak material bangunan," katan Ejen (56) seorang pengusurus Ponpes.
Setelah hampir selama 24 jam terjebak puing bangunan, kata dia, delapan orang yang sempat terjebak tersebut baru berhasil dievakuasi dalam keadaan tak bernyawa.
"Evakuasi baru tadi siang bisa dilakukan, setelah relawan dan petugas gabungan berdatangan, membawa peralatan untuk mengevakuasi jenazah," katanya.
2. Ibu Hamil 9 Bulan Meninggal
Seorang wanita hamil, DS (22) meninggal dunia lantaran terjebak reruntuhan rumahnya, akibat gempa Cianjur.
Tim SAR gabungan berhasil mengevakuasi wanita hamil tersebut pada Senin (21/11/2022).
Namun sayang, korban setelah berhasil di evakuasi sekira pukul 17.00 WIB dalam kondisi tak bernyawa.
Komandan Tim Basarnas Jakarta, Chandra winata mengungkapkan saat gempa terjadi korban sedang berada di dapur rumahnya.
Baca juga: Bos PLN: Aliran Listrik di Cianjur 100 Persen Sudah Kembali Menyala Pasca Gempa
Korban tertimbun dikediamannya yang berada di Desa Benjot, Kecamatan, Cugenang, Kabupaten Cianjur, melansir TribunnewsBogor.com.
Sementara suaminya saat itu berada di teras rumah, sehingga saat terjadi gempa, korban yang tak sempat melarikan diri akhirnya tertimbun reruntuhan bangunan rumah berlantai tiga.
"Informasi dari suami korban juga yang bersangkutan sedang hamil sembilan bulan dan kami juga melihatnya dengan kondisi demikian," ujarnya Selasa (22/11/2022).
3. 11 Anggota Keluarga Meninggal
Kisah Enjot (45), pria yang kehilangan 11 keluarganya sekaligus akibat gempa Cianjur.
Setelah mendapat telepon dari putrinya, Enjot langsung melompat ke atas sepeda motornya dan berlari pulang.
Dia tiba di rumahnya dalam beberapa menit dan melihat lingkungan sekitar rumahnya sudah rata dengan tanah, melansir Kompas TV.
Gempa Cianjur itu juga memicu tanah longsor dan menimpa rumah salah seorang kerabatnya dan menimbun tujuh orang di dalamnya.
Empat berhasil diselamatkan, tetapi dua keponakan dan seorang sepupunya tewas.
“Di desa tetangga, saudara perempuan saya, seorang sepupu dan enam kerabat lainnya tewas ketika rumah mereka runtuh,” kata Enjot.
Kini Enjot menjadi satu di antara para pengungsi yang membutuhkan pertolongan.
“Situasinya lebih buruk daripada yang terlihat di televisi,” kata Enjot. “Kami kelaparan, kehausan, dan kedinginan tanpa tenda dan tidak punya pakaian yang memadai, tidak ada air bersih,” katanya.
"Yang tersisa adalah pakaian yang saya kenakan sejak kemarin," ujarnya pilu.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (TribunJabar.co.id/Fauzi Noviandi) (TribunnewsBogor.com/Muamarrudin Irfani) (Kompas TV/Tussie Ayu)