Nyawa Jukir Kafe Arseven Terselamatkan oleh Niatan Ngopi, Refleks Rekam Detik-detik Longsor
Nyawa HS, jukir di kafe Arseven Coffe Corner di kawasan Cipanas terselamatkan dari bencana longsor saat terjadi gempa Senin lalu.
Editor: Choirul Arifin
"Bupati sudah lewat habis ada acara di Sarongge. Bupati udah lewat, tidak berapa lama kemudian orang Pemdanya ke sini makan-makan, bupatinya lewat," sambungnya lagi.
Ketika MI sedang asyik ngopi bersama rekan sesama sekuritinya di dalam Warung Sate Shinta, tiba-tiba saja muncul guncangan hebat.
Seisi restoran, dari semua karyawan, MI dan rekannya, termasuk pegawai Pemkab CIanjur langsung berlari keluar Warung Sate Shinta menuju ke parkirannya.
Saat berada di parkiran itu lah MI melihat siswa tersebut menangis histeris.
Sebagian siswa yang mengenakan seragam hijau-hijau itu berjongkok di parkiran, sisanya berdiri.
Mereka semua menangis kencang, merasa ketakutan melihat tanah longsoran sudah menutupi Jalan Raya Cipanas-Puncak.
Baca juga: Muhammad Irvan Tertimbun Longsor Gempa Cianjur Saat Sedang Bekerja di AR7 Coffee Corner
"Di sana (parkiran) itu sudah ada anak-anak. Mereka pada menjerit-jerit lah, terus saya langsung video, video saya itu," kata MI.
MI menuturkan para pelajar itu adalah anak-anak TK Islam Al Azhar 18 Cianjur.
Berdasarkan penelusuran TribunJakarta.com, para pelajar itu ialah siswi perempuan SD Khoiru Ummah Cianjur.
Sopir angkot yang mengangkut mereka harus menepi ke parkiran Warung Sate Shinta karena jalan di depannya longsor.
Sementara rombongan angkot siswa laki-laki SD Khoiru Ummah Cianjur ada di belakang dan terjebak longsoran dari bukit Palangon.
Jika ditarik garis lurus, posisi kafe Ar Seven berada di jalur longsoran dari bukit.
Setelah longsor yang begitu hebat terjadi, MI refleks mengeluarkan ponselnya dan merekam situasi pascakejadian.
MI juga mengaku langsung gemetaran melihat bangunan-bangunan restoran, seperti R Seven dan beberapa kafe lainnya sudah tertutupi tanah longsoran.
"Itu saya sudah tegang saja. Sudah ketutup tanah semuanya," ungkap MI.
Laporan Reporter Siti Nawiroh | Sumber: Tribun Jakarta