Melihat Kampung Toleransi Desa Cisantana Kuningan yang Terletak di Bawah Kaki Gunung Ciremai
Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan memiliki beragam destinasi wisata yang indah dan sayang untuk dilewatkan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, KUNINGAN - Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat memiliki beragam destinasi wisata yang indah dan sayang untuk dilewatkan jika berkunjung ke Kabupaten Kuningan.
Di antara yang terkenal antara lain adalah Objek Wisata Palutungan, Curug Putri Palutungan, Sukageuri View, Taman Cisantana, Taman Nasional Gunung Ciremai, Jurang Landung, dan Obyek Daya Tarik Wisata Alam Tenjo.
Sekretaris Desa Cisantana Aji Rianto mengatakan, letak Desa Cisantana di bawah kaki Gunung Ciremai membuat desa ini kaya akan destinasi wisata.
"Ada juga destinasi wisata religi untuk umat Katolik yakni Gua Maria yang pengunjungnya datang dari berbagai kota di Indonesia, sudah menasional," ujar Aji Rianto.
Baca juga: Trisakti Sadarehe, Jalur Pendakian Baru Taman Nasional Gunung Ciremai Dengan Sensasi Berbeda
Aji Rianto mengatakan warga yang berbeda keyakinan di Desa Cisantana, Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, tidak hanya menjaga toleransi dalam kehidupan.
Warga juga berkomitmen untuk menjaga alam indah di kaki Gunung Ciremai yang dimiliki Desa Cisantana.
Aji mengungkapkan, saat ini yang sedang banyak diminati adalah cafe bernuansa alam yang cocok sebagai tempat nongkrong.
Antara lain, Santana Sky, BlackBine Coffee, Teras Kokopan, dan Arunika Eatery.
Namun yang istimewa, pemandangan citylight di Kuningan akan terlihat sangat cantik dari Desa Cisantana yang terletak di dataran tinggi itu.
"Namun kita tetap menjaga kelestarian alam di sini dengan kearifan lokal yang ada. Tidak hanya toleransi dalam perbedaan keyakinan di sini, tetapi juga komitmen menjaga alam indah yang diwarisi untuk kami," ujarnya.
Sejauh ini, untuk wisata hotel atau vila belum ada. Pihaknya pun belum mengeluarkan izin terhadap penginapan tersebut.
"Untuk vila yang disewakan belum ada ya. Paling ada beberapa vila yang jadi peristirahatan pemiliknya di sini," ujarnya.
Sementara itu, Penata Keadatan Sunda Wiwitan Ela Romlah berharap keberadaan wisata di wilayahnya tidak berdampak kepada kerusakan alam.
Di satu sisi kemajuan wisata memang menjadi pemasukan masyarakatnya, namun tetap harus diimbangi dengan perilaku baik dan langkah melestarikannya.
Baca juga: Ketaatan pada Pikukuh Adat Membangun Dasar Sikap Toleransi Masyarakat Badui
"Di atas itu (kaki Gunung Ciremai) sebagai daerah konservasi sebenarnya. Dulu itu air mengalir sampai pemukiman sini, tapi sekarang tidak. Jadi kekhawatiran kami sebenarnya keberlangsungan air itu," katanya.
Di sisi lain juga profesi petani yang dulu banyak dijalani warga Cisantana kini sudah mulai ditinggalkan. Warga lebih memilih menjadi tukang ojek atau jualan.
Dia pun berharap, kelangsungan alam di Desa Cisantana tetap terjaga.
"Dulu di sini menjadi sentra penghasil sayur ya. Tetapi sekarang tidak," katanya.
Dia berharap pembangunan kawasan wisata di Cisantana tetap juga mengedepankan nilai budaya adat yang sudah terbangun sejak lama sehingga tetap menjaga kelestarian alam.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.