Sosok 2 Kubu yang Berseteru di Keraton Solo: Paku Buwono XIII dan LDA Pimpinan Gusti Moeng
Inilah sosok dua kubu yang berseteru dalam konflik Keraton Solo, yaitu kubu Paku Buwono XIII dan Lembaga Dewan Adat (LDA) yang dipimpin Gusti Moeng.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Daryono
Di luar keraton, Gusti Moeng dikenal sebagai sosok anggota DPR RI.
Ia sudah dua kali duduk di kursi DPR dari dua partai yang berbeda.
Pertama pada periode 1999-2004, menjadi legislator dari fraksi PDIP.
Lima tahun berikutnya, Gusti Moeng maju sebagai wakil rakyat dari Partai Demokrat.
Ia maju mewakili daerah pemilihan (dapil) Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Boyolali, Surakarta, dan Kabupaten Klaten pada periode 2009–2014.
Saat duduk di DPR, ia berada di Komisi II dengan lingkup tugas di bidang dalam negeri, sekretariat negara, dan pemilu.
Pada 2012, Gusti Moeng mendapatkan penghargaan Fukuoka Prize 2012 Arts and Culture.
Baca juga: Bentrok Keluarga Keraton Solo, Cucu Raja Pakubuwono XIII Ngaku Ditodong Pistol oleh Anggota Polri
Sejarah Konflik di Keraton Solo
Bila dirunut lebih jauh, konflik di Keraton Solo berawal setelah meninggalnya Pakubuwono XII pada 12 Juni 2004 atau sekitar 18 tahun yang lalu.
Saat itu Pakubuwono XII tidak memiliki permaisuri dan mengangkat putra mahkota.
Sehingga terjadi perebutan takhta di antara anak keturunan Pakubuwono XII.
Dua kubu saling klaim sebagai pewaris tahta dan mendeklarasikan diri sebagai raja Keraton Solo.
Kubu tersebut adalah Hangabehi putra tertua dari selir ketiga Pakubuwono XII mendeklarasikan diri sebagai raja pada 31 Agutsus 2004.
Sementara putra Pakubuwono XII dari selir yang berbeda, Tedjowulan kemudian mendeklarasikan diri sebagai raja pada 9 November 2004.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.