Warga Sebut Banjir Bandang Kali Ini Banjir Terbesar yang Pernah Terjadi Sejak Tahun 2020
Banjir bandang yang melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Lahat Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel), merupakan banjir terbesar sejak 2020.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LAHAT - Banjir bandang yang terjadi di beberapa kecamatan dalam wilayah Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel), merupakan banjir terbesar setelah banjir dua tahun lalu atau tahun 2020.
Banjir bandang dialami sebagian rumah yang tak jauh dari tepian Sungai Lematang berdampak cukup serius bagi warga sekitar.
Tidak sedikit rumah warga yang mengalami kerusakan akibat amukan Sungai Lematang.
Apalagi aliran Sungai Lematang yang cukup deras membuat warga harus tetap waspada dari kemungkinan meluapnya Sungai Lematang yang lebih luas lagi.
Baca juga: Penemuan Mayat Mengapung di Area Sawah yang Terendam Banjir Gegerkan Pati
Sementara hujan masih terus mengguyur Kabupaten Lahat yang memungkinkan Sungai Lematang akan kembali naik.
Jumari, salah satu korban banjir di Kabupaten Lahat mengungkapkan bahwa banjir yang melanda Kabupaten Lahat merupakan banjir terbesar setelah tahun 2020 lalu.
"Banjir parah seperti ini terakhir terjadi pada tahun 2020 lalu. Saat itu luapan Sungai Lematang juga sampai ke rumah seperti saat ini," kata Jumadi saat ditemui di lokasi banjir di Desa Arahan, Kecamatan Merapi Timur Lahat, Jumat (10/3/2023).
Saat itu rumah Jumari juga terendam banjir hingga satu meter tingginya, tidak jauh berbeda seperti yang terjadi saat ini.
"Tinggi genangan air di dalam rumahnya pada tahun 2020 dan saat ini tidak jauh berbeda," ucapnya.
Ia mengatakan, banjir yang terjadi di desanya merupakan banjir kiriman dari kecamatan lain yakni Kota Lahat dan Kecamatan Pulau Pinang.
"Kalau pada siang hari kemarin air Lematang belum sampai ke rumahnya, barulah pada sore hari air mulai berangsur naik hingga akhirnya menggenangi rumah," kata dia.
Baca juga: Banjir Bandang di Lahat, Empat Rumah di Desa Lubuk Sepang Hanyut Terbawa Arus
Jumadi terpaksa tidak tidur semalaman demi menjaga rumah dari kemungkinan luapan air Sungai Lematang yang semakin meninggi.
"Saya harus terus berjaga di sekitar rumah saya, sementara anak dan istri telah saya ungsikan ke rumah keluarga yang berada di desa lain," ujarnya.
Karena jika dirinya juga mengungsi dan meninggalkan rumah dalam keadaan tergenang banjir maka akan berisiko tinggi.