Aktivitas Gunung Merapi Masih Tinggi, Belum Ada Rekomendasi Naik Tingkat, Warga Lakukan Ronda Malam
Update aktivitas Gunung Merapi saat ini menunjukkan status aktivitas yang masih tinggi dan mengeluarkan awan panas guguran.
Penulis: Rifqah
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Data pemantauan aktivitas Gunung Merapi saat ini menunjukkan status aktivitas yang masih tinggi dan diketahui masih terus mengeluarkan awan panas guguran.
Status aktivitas Gunung Merapi tersebut disampaikan oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Agus Budi Santoso.
“Data pemantauan (kegempaan) saat ini masih tinggi. Gempa vulkanik dalam masih terjadi 60-70 kali per hari."
"Sedangkan, gempa vulkanik dangkal tiga kejadian per hari dan multifase ada 17 kejadian per hari,” ujar Agus dalam konferensi pers daring, Minggu (12/3/2023), dikutip dari TribunJogja.com.
Angka tersebut masih masuk dalam kategori tinggi, bahkan ketika gunung itu tidak erupsi sekalipun.
Untuk diketahui, per Minggu, ada dua kali aktivitas vulkanik dalam yang tercatat dengan amplitudo 12-14 mm, S-P 0.5-0.8 detik dan berdurasi 7.2-10.5 detik.
Vulkanik dangkal terjadi sebanyak 13 kali, amplitudo 28-75 mm berdurasi 7.4-10.5 detik.
Baca juga: PMI Bagikan 7.500 Masker kepada Masyarakat Terdampak Erupsi Gunung Merapi
Belum Ada Rekomendasi Naikkan Tingkat Aktivitas Gunung Merapi
Pada Senin (13/3/2023) pagi ini, dalam pengamatan selama pukul 00.00-06.00 WIB, tidak ada aktivitas vulkanik dalam dan dangkal.
Meski demikian, kata Agus, belum ada rekomendasi untuk menaikkan tingkat aktivitas Gunung Merapi dari level III atau siaga menjadi awas.
Penentuan kenaikan status tersebut berdasarkan pada aktivitas ancaman bahaya pada masyarakat.
Potensi bahaya saat ini diketahui berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya.
Sektor itu meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km.
Baca juga: Aktivitas Terkini Gunung Merapi 13 Maret 2023, Hingga Pukul 06.00 WIB Terjadi 32 Kali Gempa Guguran
Sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.
Sedangkan, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
“Jadi, aktivitas vulkanik yang menjadi sumber ancaman kepada masyarakat akan dievaluasi."
"Aktivitas saat ini belum mengubah rekomendasi bahaya setahun terakhir,” terangnya.
Gunung Merapi Masih Keluarkan Awan Panas Guguran
Dikutip dari TribunJogja.com, Gunung Merapi masih mengeluarkan awan panas guguran ke arah Barat Daya atau ke arah Kali Bebeng pada Minggu malam.
Jarak luncuran awan panas tersebut diperkirakan antara 15-2000 meter dari puncak.
Luncuran awan panas guguran Gunung Merapi ini terekam kamera CCTV yang ada di stasiun Tunggularum.
Luncuran awan panas guguran terjadi pada pukul 17.42 WIB.
Hal tersebut diketahui melalui unggahan akun Twitter @bbptkg.
Jarak luncuran awan panas guguran sejauh 1200 meter ke arah Kali Bebeng.
Kemudian pada pukul 19.05 WIB, Gunung Merapi kembali memuntahkan awan panas gugur sejauh 1500 meter ke arah Kali Bebeng.
Selang sembilan menit kemudian, awan panas guguran kembali meluncur dari puncak gunung yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan DIY tersebut.
Lalu pada pukul 20.40 WIB, awan panas guguran kembali meluncur dari puncak Gunung Merapi dengan jarak luncuran mencapai 2000 meter.
Warga Lakukan Kegiatan Ronda Malam
Warga Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah kembali melakukan aktivitas jaga malam atau ronda.
Para warga tersebut didominasi bapak-bapak dan pemuda yang mendatangi tempat nongkrong seperti cakruk atau angkringan.
Seorang warga Dusun Tempel, Desa Krinjing, Tekad (40), mengatakan ada juga yang berkumpul di depan rumah warga sambil membakar ban bekas dan kayu untuk membuat api unggun.
"Sengaja bakar ban buat menghangatkan tubuh sambil mengamati perkembangan Erupsi Gunung Merapi ," kata Tekad, Minggu malam, dikutip dari TribunJogja.com.
Kegiatan ronda warga tersebut juga dibenarkan oleh Sekretaris Desa (Sekdes) Krinjing, Suharyanto (53).
Ia mengatakan kegiatan ronda warga tersebut bukan hanya untuk mengamati aktivitas Gunung Merapi , tetapi juga untuk menjaga keamanan setiap desa.
Lantaran ketika desa berada dalam situasi tanggap bencana, masyarakat otomatis bergerak melakukan giat ronda untuk menjaga kondisi agar terkendali dan meningkatkan kewaspadaan tanpa disuruh.
"Dengan adanya letusan Gunung Merapi kemarin dan disusul sampai hari ini, masyarakat kami secara otomatis sudah melakukan ronda di masing-masing dusun."
"Setidaknya ada 10 Dusun di Desa Krinjing, yang mana masing-masing dusun pasti ada lebih dari satu titik ronda," ucapnya.
(Tribunnews.com/Rifqah) (Tribunjogja.com/Dewi Rukmini/Ardhike Indah/Hari Susmayanti)