Mengenal Tradisi Balimau, Bersih Disi untuk Sambut Bulan Ramadhan
Inilah tradisi Mandi Balimau yang dilakukan masyarakat Minangkabau untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan.
Satu di antaranya tradisi Balimau yang dilakukan masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat.
Tradisi Balimau sendiri hampir mirip seperti tradisi mandi di sungai atau mata air di daerah lain di Indonesia.
Uniknya adalah, Balimau merupakan tradisi mandi di sungai menggunakan jeruk.
Mengutip padang.go.id, penggunaan jeruk ini karena zaman dulu, belum ada sabun untuk mandi.
Prosesi tradisi Balimau hampir mirip seperti mandi Taubat di Riau dan Lampung.
Baca juga: Mengenal Meugang, Tradisi Khas Aceh yang Dilakukan Jelang Bulan Ramadhan
Mandi Balimau ini juga harus diniati untuk membersihkan diri sebelum bulan puasa.
Caranya yakni mengguyurkan air yang sudah dicampur dengan jeruk nipis, rempah-rempah, dan ramuan bunga.
Tujuan dari mandi Balimau ini untuk bersyukur kepada Alloh karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk menjalani ibadah puasa, serta mempererat silaturahim antar sesama muslim di Minangkabau.
Tradisi Nyadran Jawa
Masyarakat di Jawa Tengah dan Yogyakarta melakukan tradisi Nyadran setiap menjelang Ramadhan, tepatnya di bulah Syaban.
Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta "Sraddha" yang berarti keyakinan.
Mengutip menpan.go.id, bulan Ramadhan disebut dengan Bulan Ruwah, sehingga Nyadran juga dikenal sebagai acara Ruwah.
Baca juga: Mengenal Nyadran, Tradisi Masyarakat Jawa Jelang Bulan Ramadhan
Nyadran dilakukan dengan bersih-bersih makam para orang tua atau leluhur, membuat dan membagikan makanan tradisional, serta berdoa atau selamatan bersama di sekitar area makam.
Tradisi Nyadran ini untuk mendoakan keluarga atau leluhur yang telah meninggal dunia serta mengingakkan diri bahwa semua manusia akan mati.
Tak hanya itu, tradisi Nyadran juga untuk melestarikan budaya gotong royong serta ajang silaturrahim melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).
Di beberapa daerah, tradisi Nyadran dilakukan dengan cara berbeda-beda, namun masih menerapkan nilai gotong-royong dan menjalin silaturrahim.
(Tribunnews.com, Renald)