Puluhan Ribu KIP Diduga Dijual ke Rongsokan di Banten, Ditemukan Pertama Kali oleh Polisi
Puluhan ribu KIP tercecer di sebuah lapak rongsokan di Banten. Polisi pun tengah melakukan pendalaman terkait temuan tersebut.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Beredar video yang memperlihatkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) berserakan di sebuah lapak rongsokan dan viral di media sosial.
Dalam video tersebut, tampak sebagian KIP berada di dalam kardus berlogo salah satu bank BUMN dan karung serta tersegel dalam amplop putih.
Adapun amplop tersebut tertulis nama pelajar dan sekolah penerima.
Imbas viralnya video tersebut, Polres Lebak pun melakukan penyelidikan.
Dikutip dari Tribun Banten, lokasi lapak rongsokan yang diduga digunakan untuk menjual KIP itu berada di Desa Narimbang, Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak.
Kasat Reskrim Polres Lebak, Iptu Andi Kurniady menuturkan pihaknya masih melakukan pendalaman.
Baca juga: Cara Daftar KIP Kuliah untuk Peserta UTBK-SNBT 2023, Siapkan NIK, NISN, NPSN, dan E-mail
Andi mengungkapkan pihaknya juga telah memintai keterangan dari pemilik lapak rongsokan tersebut.
"Masih kita dalami," ujarnya.
Andi juga mengatakan belum mengetahui jumlah pasti KIP yang berada di lapak rongsokan tersebut.
Namun, sambungnya, pihaknya telah mengambil tiga kardus yang menjadi tempat diletakannya KIP tersebut sebagai sampel.
"Jumlah totalnya belum kita hitung," tuturnya.
Selain itu, Andi juga menuturkan ada seseorang yang sengaja membawa puluhan ribu KIP tersebut ke lapak rongsokan.
Hal ini diketahui dari keterangan pemilik lapak rongsokan.
"Berdasarkan keterangan pemilik lapak bahwa ada yang bawa untuk ditimbang (Dijual),"
Selain itu, KIP itu telah dibawa ke lapak rongsokan itu pada akhir Maret 2023.
"Pengakuan pemilik lapak logis sih, kan ada orang bawa kertas-kertas untuk di timbang. Ya langsung dia timbang gitu," ujarnya.
Ditemukan Pertama Kali oleh Polisi
Selain fakta video, puluhan ribu KIP ini awalnya ditemukan oleh anggota Polres Lebak pada Kamis (6/4/2023).
Anggota Sat Sabhara Polres Lebak, Aipda Sulistiyono mengungkapkan saat sedang berpatroli dengan dua rekannya, dirinya mendapati adanya kartu yang berserakan di pinggir jalan.
Lalu, ia pun memutuskan untuk masuk ke lapak rongsokan lantaran diduga kartu itu bersumber dari tempat tersebut.
Ketika masuk, Sulistiyono mendapati ada pria sedang mengumpulkan kartu yang sama dengan dirinya.
"Saya tanya, 'ini kartu apa, Pak? Dijawab kartu KIP. 'Lho, ini bukannya bantuan dari pemerintah, ya?" kata Sulistiyono.
Di lapak tersebut, kata Sulistiyono, ada beberapa kardus dan karung berisi KIP.
Dia memperkirakan jumlahnya mencapai puluhan ribu kartu.
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Logistik, KIP Perluas Layanan Pandu Tunda Kapal di Wilayah IKN
Dari pengakuan pemilik lapak, kartu tersebut berasal dari bank yang menjualnya ke lapak.
Kartu itu dibawa ke lapak menggunakan mobil losbak sekitar sepekan yang lalu.
"Sudah lebih dari satu minggu, sudah disortir juga sama yang punya lapak. Diambil kertasnya untuk dijual lagi, sementara kartunya dibuang," kata dia.
Sulistiyono kemudian melaporkan temuan tersebut ke Markas Polres Lebak.
Dinas Pendidikan Banten Angkat Bicara
Menanggapi temuan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Banten, Tabrani angkat bicara.
Masih dikutip dari Tribun Banten, Tabrani mengaku tidak mengetahui asal dari puluhan ribu KIP tersebut.
Hal itu lantaran pendistribusian KIP bukan kewenangan Dinas Pendidikan Banten.
"Dilihat dari fisik (KIP,-red) yang beredar di media sosial, berlaku pada tahun 2019," ujarnya.
Baca juga: Besaran Dana Bantuan KIP Kuliah 2023, Simak Biaya Hidup Mahasiswa yang Diterima per Semester
Tabrani pun mengungkapkan adanya prosedur pencetakan KIP oleh bank penyedia.
Lalu, mengacu pada temuan ini, Tabrani menduga KIP tersebut belum pernah tersalurkan.
"Karena sekolah juga banyak yang menunggu distribusinya dari bank penyedia, tapi tidak pernah ada,” ungkapnya.
Pada tahun 2019 lalu, kata dia, pengiriman kartu KIP tersebut tidak ada.
Sementara untuk tahun ini, lanjut Tabrani, kartu fisik KIP sudah tidak ada lagi.
Sebab saat ini, sudah beralih ke sistem digital berupa file yang dapat dicetak sendiri oleh sekolah.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)(Tribun Banten/Ahmad Tajudin/Engkos Kosasih)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.