Gibran Minta Pengurus GKJ Nusukan Lengkapi Izin Rumah Ibadah Sekolah Minggu
Gibran kembali menegaskan bahwa masalah yang terjadi di insiden penolakan ibadah tersebut hanya karena perizinan.
Editor: Erik S
"Tenang aja, tapi kalau izin memang harus dilengkapi," katanya.
Ia kembali menegaskan bahwa Pemkot Solo menjamin kebebasan beribadah bagi masyarakat.
Bahkan bila ada kendala perizinan, Gibran mengatakan Pemkot Solo siap membantu.
"Semua agama kita jamin kebebasannya untuk beribadah. Tapi saya tekankan lagi, izin-izinnya tolong dilengkapi. Itu aja," ungkapnya.
"Semua dibantu, tenang aja. Kan ini bukan yang pertama kali, kaya kemarin-kemarin koyo kasus di Manahan. Wes tak rampungke. Nganti pak Obaja Yo wes tak rampungke. Tenang aja," imbuh Gibran.
Masalah seperti ini diakui Gibran merupakan makanan sehari-hari bagi dirinya sebagai Wali Kota.
"Biasa kan kaya gini makanan sehari-hari. Tak rampungke," tutup dia.
Sudah Dipakai Lama
Sebelumnya, sempat digeruduk sejumlah orang yang mengatasnamakan umat Islam setempat, rumah mendiang Mbah Mitro kini sudah tidak lagi terpasang spanduk penolakan ibadah.
Rumah Mbah Mitro diakui oleh sejumlah tetangga memang kerap digunakan untuk ibadah keagamaan oleh umat Kristiani di daerah tersebut. Itu bahkan sejak tahun 1980.
Baca juga: Bupati Purwakarta segel gereja GKPS, pengurus gereja: Kami ingin ibadah Paskah di gereja sendiri
Setidaknya dalam seminggu, rumah Mbah Mitro sering digunakan untuk ibadah sekolah Minggu anak-anak dari Gereja Kristen Jawa (GKJ) Nusukan.
Selain itu juga, rumah Mbah Mitro juga dipakai untuk ibadah lansia setidaknya sebulan sekali.
Hal itu diungkap oleh Ketua RT 03 RW 08 Banyuanyar, Supodo saat ditemui TribunSolo.com, Senin (19/6/2023) siang.
Tidak hanya itu saja, Sopodo menerangkan bahwa rumah kediaman itu telah sering digunakan sebagai tempat ibadah umat Kristen selama bertahun-tahun.