Buntut Anaknya Meninggal Tak Lama Setelah Disuntik, Imam Lapor Majelis Kehormatan IDI Jatim
Imam berharap dengan pengaduan ini, pihak MKEK IDI Jatim akan turun tangan dan mengaudit terkait kejadian yang dialami putra bungsunya.
Editor: Dewi Agustina
"Saya berharap dinas terkait maupun pemerintah mengaudit kinerja rumah sakit ini agar lebih profesional dalam menjalankan SOP,” ujarnya.
Sepekan setelah anaknya meninggal, Imam berencana melaporkan persoalan ini ke pihak kepolisian.
Penjelasan RS Prasetya Husada
Smentara itu pihak RS Prasetya Husada mengatakan jika yang dilakukan dalam proses penanganan pasien Alvito sudah sesuai SOP atau Prosedur Operasi Standar.
"Setelah kami lakukan audit internal, terkait penanganan pasien anak atas nama Alvito, tidak ditemukan adanya pelanggaran SOP dan sudah sesuai prosedur," kata Direktur RS Prasetya Husada, Dr Prima Evita, Kamis (22/6/2023).
Dokter Spesialis Anak RS Prasetya Husada, dr Agung Prasetyo Wibowo yang saat kejadian dikonseling untuk menangani pasien Alvito, menuturkan kondisi ketika anak Alvito tiba di rumah sakit.
"Anak datang bersama keluarganya sekitar pukul 23.00 WIB. Waktu itu keluhannya muntah, sulit makan dan memang anaknya agak lemes. Tangan dan kakinya dingin, denyut nadinya sudah mulai meningkat. Kemudian pasien diputuskan sebagai infeksi pencernaan dengan dehidrasi," ujar Agung Prasetyo Wibowo.
Agung menjelaskan, sempat ada kendala saat pemasangan infus.
Saat itu pihaknya mengaku pemasangan infus memakan waktu sekitar 1 jam dan baru diberikan suntikan.
"Pemasangan infus saat itu tidak gampang. Kemudian tak lama setelah dipasang infus, pasien muntah dan pada akhirnya diberi suntikan obat anti muntah dan lambung," jelasnya.
Selanjutnya Agung yang saat itu hanya dikonsuli via telepon oleh dokter UGD Prasetya Husada, mendapat laporan Alvito mengalami dehidrasi berat namun saat dilihat kondisinya sadar.
"Itu saya juga heran karena secara umum anak dengan dehidrasi atau kurang cairan berat biasanya tidak sadar. Biasanya kalau kaki tangan dingin dan detak jantung meningkat ini dikarenakan mengalami syok atau mengalami gangguan sirkulasi, dimana cairan tidak cukup dipompa diseluruh tubuh," terang Agung.
Pihaknya tidak menampik jika saat itu dirinya tidak bisa memastikan sakit yang diderita Alvito, sekalipun ia sudah berpengalaman sebagai dokter spesialis anak.
"Saya juga bimbang saat itu karena kasusnya agak susah. Kondisi yang ditunjukkan pasien. Baru saya menimbang-nimbang infus apa yang diberikan. Sebab, dehidrasi biasa dengan berat itu berbeda-beda. Saat saya masih menimbang apa tindakan yang akan dilakukan pasien tiba-tiba kejang," lanjutnya.
Saat di dalam telepon ia mengaku juga mendengar teriakan dari keluarga jika anaknya kejang. Selanjutnya Agung meminta evaluasi ulang sebab menurutnya kondisi pasien bisa berubah kapanpun.
"Akhirnya dokter IGD minta izin ke saya untuk mengevaluasi ulang. Waktu itu saya berpikiran, karena insting saya sebagai dokter spesialis anak, saya pernah beberapa kali mengalami kasus seperti. Saat dokter UGD mengevaluasi dan ternyata terjadi henti jantung. Akhirnya dilakukan upaya pijat jantung dan diberikan adrenalin," ungkapnya.
"Yang pasti posisi ini (henti jantung,red) risiko meninggal. Karena selama saya menjadi spesialis anak ketika henti jantung hampir seluruhnya tidak tertolong," tambahnya.
Hingga pada akhirnya Alvito dinyatakan meninggal dunia oleh tim medis RS Prasetya Husada.
Lebih lanjut Agung tak menampik jika ia bimbang ketika ditanya penyebab kematian Alvito. Namun ia memastikan saat itu Alvito mengalami henti jantung mendadak.
"Ada henti jantung mendadak dan saya menduga ada gangguan irama jantung. Soal obat suntikan yang diberikan itu memang di resum ada persetujuan secara umum. Artinya apapun tindakan yang dilakukan rumah sakit sudah sesuai dengan SOP," pungkasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Bocah 6 Tahun di Malang Meninggal usai Disuntik, Orangtua Mengadu ke Majelis Kehormatan IDI Jatim
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.