Siapa Pemilik SAM Air yang Pesawatnya Jatuh dan Terbakar di Hutan Papua? Ini Sosoknya
Inilah sosok pemilik maskapai SAM Air yang pesawatnya sempat hilang kontak lalu ditemukan jatuh dan terbakar di hutan Papua Pegunungan.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Pesawat dari maskapai Semuwa Aviasi Mandiri (SAM) Air yang sempat hilang kontak kini telah ditemukan pada Jumat (23/6/2023).
Pesawat dengan nomor penerbangan PK-SMW itu, ditemukan jatuh dan terbakar di sebuah hutan di Distrik Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan.
Adapun lokasi ditemukannya pesawat SAM Air sekitar 12 kilometer dari arah timur Bandara Elelim.
Pesawat berjenis Grand Caravan itu, mengangkut enam orang dengan rincian, empat penumpang dan dua kru.
Baca juga: Badan Pesawat SAM Air Ditemukan, Kondisi Awak dan Penumpang Belum Diketahui
Lantas, siapakah pemilik maskapai SAM Air? Inilah sosoknya sebagaimana dirangkum Tribunnews.com dari berbagai sumber:
Pemilik Maskapai SAM Air
SAM Air adalah maskapai yang melayani penerbangan perintis di wilayah timur Indonesia.
Pemiliknya adalah Wagus Hidayat yang juga memiliki perusahaan bernama PT Semuwa Group.
Pria yang karib disapa Haji Dayat ini lahir di Wamena, Papua pada 16 Agustus 1975.
Sehingga saat ini, Wagus Hidayat berusia 47 tahun.
Siapa sangka sebelum menjadi pemilik SAM Air, Wagus Hidayat pernah menjadi kondektur bus di Makassar.
Profesi ini dilakoninya pada awal dekade 1990-an.
Lalu awal dekade 2000-an, Wagus Hidayat sempat berjualan BBM botolan di Puncak Jaya.
Hal ini dikisahkan Wagus Hidayat kepada TribunPapua.com pada Selasa (22/6/2021).
"Saya pernah dagang sirih pinang di Wamena, jual bensin botolan di Puncak Jaya, bahkan jadi kondektur bus di Makassar," ujarnya, dikutip dari Tribun-Timur.com.
Baca juga: Ini Identitas Pilot, Copilot hingga 4 Penumpang Pesawat SAM Air yang Jatuh di Papua
Namun, sebuah 'peristiwa di Papua' mulai mengubah nasibnya.
Lima tahun terakhir, Wagus Hidayat mencoba 'merintis jejak' Susi Pudjiastuti yang merupakan pemilik Susi Air.
Enam pesawat terbang jenis propeller-nya kini meladeni charter flight, layanan penerbangan tak terjadwal di Papua.
“Aamiin, saya belum ada apa-apanya dibanding Ibu Susi," ujar Wagus Hidayat merespons identifikasi jejak kariernya yang mirip mantan Menteri Kelautan dan Perikanan (2014-2019) itu.
Pada September 2019, SAM Air telah mendapatkan izin terbang dari Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan.
SAM Air mendapatkan sertifikat Air Operator Certificate (AOC) dari Otoritas Penerbangan Nasional (ANA) atau Direktorat Jenderal (Dirjen) Penerbangan Sipil dan resmi mandiri.
Baca juga: Ini Identitas Pilot, Copilot hingga 4 Penumpang Pesawat SAM Air yang Jatuh di Papua
Sejak awal tahun 2021, ia juga mendapat mandat dari pemerintah untuk melayani penerbangan terjadwal di 10 bandara perintis di gugus Kepulauan Maluku.
Haji Dayat berharap, kepercayaan dari pemerintah menggarap penerbangan perintis di timur Indonesia menjadi ajang pembelajaran baru di bisnis aviasi ini.
Masih di tahun yang sama, SAM Air juga memenangkan tender untuk penerbangan perintis di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
SAM Air diberi kesempatan untuk melayani penerbangan perintis untuk melayani penumpang dan cargo hingga akhir 2021.
Selain sebagai pengusaha, Wagus Hidayat juga pernah menjadi anggota DPRD Jayapura dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Saat duduk menjadi legislator, ia berada di Komisi A yang membidani pemerintahan.
"Jadi anggota DPRD ini bukan mimpi saya. Waktu saya kampanye, dulu bahkan saya bilang saat kampanye, jangan pilih saya."
"Tapi karena masyarakat yang pilih ya, amanah ini kita tanggung jawab," ujar eks legislator dari daerah pemilihan I Kota Sentani.
Jelang Pileg 2024, Wagus Hidayat kini berlabuh ke Susi Pudjiastuti (PKS) dan kembali akan maju sebagai caleg DPR RI dari Papua.
Baca juga: Pernah Jadi Penjual Bensin Eceran di Wamena, Haji Wagus Hidayat Kini Punya 6 Pesawat Perintis
Ia juga pernah bergabung di Partai Demokrat dan sempat menjadi bendahara.
"Saya ini bendahara Partai Demokrat di Puncak Jaya, tapi belum berani jadi caleg," ujar dia, dilansir Tribun-Timur.com.
Pilih Sekolah Pilot
Bukan tanpa alasan mengapa Wagus Hidayat memilih terjun di dunia aviasi.
Ia mengikuti jejak sang kakak yang menjadi pramugari di Trigana Air.
Sementara Haji Dayat pernah bekerja sebagai ground handling di bandara di Puncak Jaya dan Wamena, Papua.
Hampir satu dekade, dia belajar seluk beluk mengurus maskapai.
Di samping itu, dia juga merintis usaha jadi pedagang.
Karena motivasi ingin maju, Wagus Hidayat pun belajar jadi pilot pada 2015.
Ia memilih Genesa Flight Academy di Jakarta Timur.
"Saat itu ada kasus penembakan pesawat di Puncak Jaya. Tak ada orang yang berani jadi pilot, akhirnya saya sekolah pilot," ujar pria dengan tinggi badan 178 cm ini.
Pada 2017, dia melihat ada peluang. Enggang Air Services, perusahaan maskapai milik Oesman Sapta Oddang (OSO), pun dilirik.
Dari maskapai inilah, dia merintis SAM Air.
Masih dari Tribun-Timur.com, SAM adalah akronim dari Semuwa Aviasi Mandiri.
Semuwa juga adalah akronim dari kelompok usahanya; Sentani, Mulia, Wamena (Semuwa).
Tentang penamaan Semuwa ini, adalah akronim dari titik rintisan usahanya sejak awal dekade 1990-an.
Dia lahir di Wamena, berbisnis di Mulia, Ibu Kota Kabupaten Puncak dan Puncak Jaya, dan Sentani adalah kota dimana dia dibesarkan.
Kini, sejak di-launching pada September 2019, Semuwa Group sudah menjadi kelompok usaha.
Mulai dari jualan kebutuhan pokok, bisnis jasa cuci mobil, konstruksi, media, dan kuliner.
Pada 2021, PT SAM Air sudah mempekerjakan 70 karyawan dan 20 di antaranya anak Papua.
Kebanyakan posisi adalah pilot, mekanik, ground handling, marketing, dan administrasi.
Kronologi Kejadian Pesawat SAM Air Hilang Kontak
Adapun pesawat SAM Air yang ditemukan jatuh dan terbakar sempat hilang kontak.
Pesawat dengan nomor penerbangan PK-SMW ini terbang dari Bandara Elelim, Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan menuju Bandara Poik.
Kepala Seksi (Kasi) SAR Jayapura, Marinus Ohoirat, mengatakan pesawat SAM Air itu take off dari Bandara Elelim pukul 10.53 WIT dan tiba di Bandara Poik pukul 11.06 WIT.
Pesawat SAM Air rute penerbangan Yalimo - Ilaga semestinya hanya memakan waktu tempuh 13 menit.
Namun setelah tujuh menit take off dari Bandara Elelim, Pesawat SAM Air mengalami hilang kontak.
"Pesawat itu melaksanakan flight dari Bandara Elelim ke Poik pukul 10.53 WIT, rencana tiba di Bandara Poik jam 11.06 WIT."
"Namun saat pesawat terbang kurang lebih 7 menit, mengalami hilang kontak, dan saat ini masih dalam pencarian," kata Marinus dalam Breaking News KompasTV, Jumat.
Pesawat milik SAM Air ini membawa 6 orang, dengan rincian 4 penumpang dan 2 kru.
Anggota Komisi A DPRD Kabupaten Yalimo, Eddy Peyon, mengatakan pesawat tersebut disewa oleh seorang guru SD Inpres Poik Distrik Welarek, bernama Petrus Kepno.
Selain berpenumpang 4 orang, pesawat itu juga membawa barang bagasi.
Adapun identitas keempat penumpang yakni Petrus Kepno, Guru SD Inpres Poik.
Baca juga: Susi Air Ikut Bantu Pencarian SAM Air yang Jatuh di Papua Pegunungan, Terbangkan Pesawat Porter
Lalu, Roni Peyon, Penatua di Jemaat GKI Muralo, Efer Halerohon dan Tromina Peyon dari Kampung Holoi Distrik Welarek.
Kini, pesawat SAM Air telah ditemukan dalam kondisi terbakar di sebuah hutan.
"kondisinya terbakar hangus," kata Kapolres Yalimo Kompol Rudolof Yabansabra.
Rudolof mengatakan, hingga kini tim SAR gabungan belum menurunkan tim ke lokasi karena terkendala faktor cuaca dan lokasi yang sulit dijangkau.
"Belum bisa, cuacanya kurang bagus dan daerahnya gunung," kata Rudolof.
Menurut Rudolof, saat ini tim SAR gabungan tengah melakukan koordinasi untuk menurunkan tim ke lokasi.
Pihaknya dan tim gabungan tengah melakukan koordinasi untuk mengetahui secara pasti penyebab jatuhnya pesawat SAM Air ini.
"Tindakan evakuasi nanti selanjutnya akan kita sampaikan," kata Rudolof.
(Tribunnews.com/Sri Juliati/Milani Resti) (Tribun-Timur.com/Thamzil Thahir) (TribunPapua.com/Arni Hisage)