Perilaku Buruk Wisatawan Asing Banyak Disorot, LSPR Usulkan Kampanye Bali Shanti
Perilaku sebagian wisata asing jadi sorotan di Bali. Kelakuan mereka dinilai menyimpang dan menggangu ketertiban umum.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perilaku wisatawan asing di Bali belakangan banyak disorot karena perilaku mereka yang dinilai menyimpang dari nilai-nilai dan kearifan lokal Bali maupun aturan hukum yang berlaku di Indonesia.
Misalnya perilaku wisatawan asing yang telanjang badan di sebuah pertunjukan tari di sebuah pura di Bali, serta berbagai perilaku menyimpang wisatawan asing dalam berlalu lintas, tidak mengenakan baju, tak berhelm dan melanggar rambu lalu lintas.
Menurut Ermiel Tabrani, dosen senior London School of Public Relations (LSPR), fenomena-fenomena semacam itu membuat citra Bali sebagai destinasi wisata utama Indonesia tercoreng. Perlu inisiatif serius untuk mengembalikan citra baik Bali bagi wisatawan. Antara lain melalui kampanye budaya bertajuk Bali Shanti (Bali Damai).
"Ini adalah kampanye budaya setelah kami melihat terjadi kemerosotan perilaku wisatawan asing di Bali yang tak lagi memghormati nilai-nilai lokal Bali," ujar Ermiel Tabrani saat menyampaikan paparan idenya di acara perayaan 31 tahun LSPR di kampus LSPR Bekasi, Sabtu, 2 Juli 2023.
Ermiel mengingatkan, kemerosotan perilaku wisatawan asing tersebut perlu mendapat perhatian serius.
"Angka kunjungan wisatawan asing ke Bali terus naik pasca pandemi mencapai 16.000 per hari berdasarkan data per Mei 2023," dia mengingatkan.
Terkait dengan ide kampanye budaya Bali Shanti tersebut, Ermiel mengatakan, pada 27 Juni 2023 dia bersama tim LSPR sudah bertemu Gubermur Bali Wayan Koester di kantornya untuk menyampaikan usulan kampanye ini dan mendapat sambutan baik gubernur.
Delegasi LSPR dipimpin Rektor LSPR Dr. Andre Ikhsano, dan didampingi anggota delegasi lainnya seperti Dr. Ari Junaedi, Ermiel Thabrani, Gesille Sedra Buot, Jasa Buana Adji, M. Thoriq, Gek Tri & Andi Gusti Zena.
"Bali dikenal sebagai masyarakat yang menjaga keutuhan kebudayaannya dan menjadi pemerkaya kebudayaan nasional Indonesia. Perluasan reputation management menjadi penting agar tetap relevan dengan kemajuan jaman,” kata Wayan Koster.
Ermiel mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan finalisasi konsep kampanye melalui beberapa forum diskusi untuk menajamkan grand scenario dan campaign roadmap.
Untuk kampanye ini pihaknya akan melibatkan stakeholder terkait dipandu sektor pendidikan dan kebudayaan serta melibatkan tim LSPR sendiri. Pihaknya telah menyerahkan naskah akademik konsep kampanye ini kepada Gubernur Bali agar dimasukkan dalam perencanaan dan pengembangan strategi Provinsi Bali 2024-2029.
Baca juga: Turis Asing di Bali Mengamuk di Tengah Jalan Sambil Acungkan Pisau, Pelaku Diamankan Polisi
Soal siapa target khalayak yang disasar dalam kampanye ini, Ermiel mengatakan antara lain warga/wisatawan asing yang menetap di Bali atau mereka yang mengantongi status permanent residents, pengunjung/wisatawan asing yang berkunjung ke Bali, pemangku adat Bali, ekspatriat dan diplomat, instansi hukum seperti Kemenkum HAM, Imigrasi, kepolisian, kejaksaan dan Dukcapil Kemendagri.
"Sasaran lainnya adalah asosiasi pariwisata, perdagangan dan investasi serta partner universitas," kata Ermiel.
Rektor LSPR, Dr. Andre Ikhsano mengatakan pemilihan Bali merupakan hal yang sudah direncanakan, terutama bagi pengembangan internasionalisasi pendidikan komunikasi yang berfokus pada kebudayaan, khususnya pengelolaan reputasi budaya suatu masyarakat atau suatu bangsa.