Kasus Antraks Merebak, Dinas Peternakan Imbau Warga Tak Lakukan Brandu untuk Ternak Sakit
Untuk melakukan pencegahan meluasnya infeksi Antraks, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) mengimbau masyarakat tidak melakukan brandu.
Penulis: Muhammad Renald Shiftanto
Editor: Endra Kurniawan
Antraks, kata Retno, merupakan bakteri dalam darah.
Saat mengalir keluar bisa berubah menjadi spora.
Spora tersebutlah yang menularkan Antraks ke manusia maupun hewan ternak lainnya.
Ia menambahkan, spora tersebut bisa bertahan puluhan tahun, baik di tanah tempat pemotongan, hingga menempel di badan manusia.
"Spora ini juga bisa masuk ke manusia ketika terhirup, dagingnya dikonsumsi, atau kontak dengan cairan dari daging ke luka terbuka di tubuh," jelas Retno.
Diketahui, kasus Antraks ditemukan di Padukuhan Jati, Kelurahan Candirejo, Semanu, Gunungkidul beberapa waktu lalu ini juga bermula dari kebiasaan brandu.
Ada enam sapi dan enam kambing yang mati dan posisi Antraks.
Ternak yang mati tersebut dikonsumsi dan membuat puluhan warga terjangkit Antraks.
Satu orang di antaranya juga meninggal dunia karena positif Antraks.
Baca juga: Mencuat Kasus Antraks, Bupati Purwakarta Galakkan Vaksin ke Ternak
Dinkes Gunungkidul Dorong Status KLB
Dinas Kesehatan (Dinkes) telah mengirimkan nota dinas ke bupati mengenai penanganan Antraks, dan penetapan Kejadian Luar Bisa (KLB) salah satunya.
Dewi Irawaty selaku Kepala Dinkes Gunungkidul mengungkapkan, status KLB bisa membuat penanganan Antraks jadi satu komando.
"Yang jelas penanganan akan terpadu dari pusat sampai ke daerah," kata Dewi seperti yang diwartakan TribunJogja.com.
Penetapan KLB juga bisa membuka peluang turunnya bantuan dari pemerintah pusat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.