Pasutri di Tulungagung Tewas Dibantai, Anak Yakin Motifnya Bukan Karena Batu Akik
Kasus pembunuhan pasangan suami istri di Desa/Kecamatan Ngantru Tulungagung, Jawa Timur masih meninggalkan misteri.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG -- Kasus pembunuhan pasangan suami istri di Desa/Kecamatan Ngantru Tulungagung, Jawa Timur masih meninggalkan misteri.
Meskipun 'sang jagal' pasangan Tri Suharno dan Ning Nur Rahayu telah ditangkap, namun ada sejumlah keanehan yang belum terpecahkan.
Tersangka pembunuh pasutri tersebut adalah Edi Porwanto (43) alias Glowoh.
Dua anak korban yaitu Gustama Albar Al Muzaki (28) dan Nabela Eva Nabatasari (22) pun meminta pedampingan penasihat hukum Hotman Paris Hutapea.
Baca juga: Fakta Pembunuhan Sopir Taksi Online di Bandung, Motif Pelaku hingga Tak Niat Membunuh
Melalui Tim Hukum Hotman 911, Hotman Paris resmi mendampingi ahli waris pasutri korban pembunuhan tersebut.
Sebelumnya kedua anak korban, mengunggah video aduan ke Hotman Paris Hutapea dan tim hukum Hotman 911 lewat media sosial dan menyatakan butuh pihak yang kuat untuk mendampingi menghadapi kasus pembunuhan ini.
“Kami berharap kasus ini terungkap sejelas-jelasnya dan kami mendapat keadilan seadil-adilnya,” ujar Gustama bersama tim Hotman 911.
Gustama pun menegaskan dirinya curiga ada pihak lain yang terlibat pembunuhan kedua orang tuanya.
Salah satu alasannya karena Suharno tidak kenal baik dengan tersangka.
Mereka memang hidup di satu dusun yang sama, namun tidak kenal dekat dan bergaul akrab.
“Bapak juga bukan orang yang suka akik. Karena itu alasan pembelian akik itu juga aneh,” sambung Gustama.
Indikasi lainnya, Suharno sempat melihat dua orang mencurigakan di depan rumah.
Mereka ada di luar pagar saat Glowoh bertamu ke rumah.
Baca juga: Sosok Arya Lesmana, Pelaku Pembunuhan Mahasiswi di Sumut, Tega Habisi Nyawa Mantan Pacar
Keberadaan dua orang asing itu disampaikan Suharno kepada Nabela.
“Adik mendapat laporan dari bapak itu sekitar pukul 21.30 (WIB) sebelum kejadian,” ungkap Gustama.
Seusai videonya kepada Hotman Paris Hutapea viral, Gustama tidak pernah mendapat intimidasi secara langsung.
Namun adiknya pernah mendapat telepon gelap dari orang asing yang marah-marah.
Saat itu Nabela menyebar broadcast Whatsapp berisi permohonan doa untuk Suharno dan Ning Rahayu.
Selain itu Nabela juga meminta dukungan supaya kasus ini terungkap sepenuhnya.
Namun tanpa dinyana ada orang yang melakukan panggilan video (video call), menyatakan tidak suka dengan pesan yang disampaikan Nabela.
“Orangnya laki-laki yang tak dikenal, dia marah dan mempertanyakan maksud pesan itu,” pungkas Gustama.
Tim hukum Horman 911 menyatakan mending polisi untuk mengambangkan kasus ini.
Polisi diharapkan tidak hanya bersandar pada pengakuan tersangka, namun mengambangkan setiap petunjuk yang ada.
Baca juga: Sosok Arya Lesmana, Pelaku Pembunuhan Mahasiswi di Sumut, Tega Habisi Nyawa Mantan Pacar
Mereka menguatkan prasangka Gustama, bahwa ada pihak lain yang dicurigai terlibat dalam pembunuhan keji ini.
Berdasarkan penjelasan polisi saat konferensi pers, Senin (3/7/2023), Glowoh bertamu ke rumah Suharno pada Rabu (28/6/2023) pukul 21.00 WIB.
Tujuannya saat itu minta uang penjualan cincin mustika widuri seharga Rp 250 juta.
Glowoh menjual jimat yang bisa dipakai ritual ini kepada Suharno di tahun 2021.
Namun karena tersinggung dengan jawaban Suharno, Glowoh membunuh Suharno pada rentang pukul 23.30 WIB hingga Rp 23.40 WIB.
Dia menghajar Suharno yang bertubuh kecil dengan tangan kosong, hingga meninggal dunia di ruang karaoke keluarga.
Tangan dan kaki korban lalu diikat dengan tali karet.
Tidak sampai di situ, mulut korban disumpal dengan potongan sandal jepit, dikasih lakban, ditutup lagi dengan kain motif bunga warna merah, terakhir diikat dengan tali ban.
Ning Rahayu datang ke ruang karaoke pada Kamis (29/6/2023) pukul 00.05 WIB, dan sempat bertanya karena ruang karaoke dalam keadaan gelap gulita.
Sementara tersangka bilang, Suharno sedang tidur di dalam.
Ning lalu menyalakan lampu ruang karaoke itu dan sempat melihat suaminya dalam kondisi mati mengenaskan.
Namun belum sempat ia berbuat sesuatu, tersangka melayangkan pukulan keras ke arah rahang kiri dan membuat Ning tersungkur pingsan.
Tersangka penyeret tubuh Ning lebih dalam ke ruang karaoke, dan menghajarnya dengan 5 pukulan keras.
Kepala bagian belakang Ning juga terbentur lantai dengan keras.
Glowoh kemudian mengambil kabel mic yang ada di dalam ruang karaoke itu dan dipakai menjerat leher Ning.
Kabel mic itu sempat putus saking kuatnya Glowoh mencekik korban.
Kabel itu lalu dililitkan ulang dengan sangat ketat ke leher Ning. (David Yohanes)
Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul Anak Pasutri Korban Pembunuhan di Tulungagung Mengaku Butuh Pihak yang Kuat untuk Kawal Kasusnya,