Viral Video Disebut Kegiatan Aliran Sesat di Gegerkalong, Ini Respons Ridwan Kamil, MUI, dan Polisi
Ridwan Kamil merespons video yang disebut kegiatan sebuah kelompok di daerah Gegerkalong, Kota Bandung, Jawa Barat, viral di media sosial.
Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Video yang disebut kegiatan sebuah kelompok di daerah Gegerkalong, Kota Bandung, Jawa Barat, viral di media sosial.
Dalam unggahan di Twitter @txtdaribandung, terlihat foto tangkapan layar berisi pesan WhatsApp dan satu video aktivitas yang dilakukan sejumlah orang.
Pada pesan WhatsApp itu, menarasikan imbauan agar warga sekitar berhati-hati terkait adanya keramaian yang disebut aliran sesat.
Merespons hal tersebut, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan masih mencari tahu terkait kebenarannya.
Pria yang kerap disapa Kang Emil ini, mengaku tak ingin tergesa-gesa menyimpulkan aktivitas tersebut sebagai aliran sesat.
Baca juga: 5 Tempat Wisata di Tulungagung yang Sempat Viral, Termasuk Dendy Sky View
Menurutnya, perlu ada kajian dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebelum menyimpulkan.
"Ya selalu akan ditindaklanjuti lagi, kalau soal akidah harus menunggu dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau ulama-ulama."
"Pemerintah seperti saya tidak bisa menentukan sesat tidak sesat sebelum ada fatwa," kata Emil di Hotel Pullman, Kota Bandung, dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com, Selasa (1/8/2023).
Sementara itu, Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar, menyatakan belum bisa menyimpulkan terkait aktivitas ibadah di Gegerkalong.
Rafani Achyar mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima, kegiatan tersebut dilakukan oleh komunitas Syiah.
"Iya jadi saya sendiri masih belum jelas tentang peristiwa di Gegerkalong itu."
"Memang Gegerkalong ada komunitas Syiah tapi sedikit hanya satu keluarga kalau tidak salah, tapi mereka sering mengundang komunitasnya dari luar kemudian melakukan kegiatan di situ," jelasnya di kantornya, Jalan LRE Martadinata, Kota Bandung.
"Nah jadi mungkin itu yang membuat masyarakat tidak berkenan," lanjutnya.
Rafani menilai, aktivitas tersebut merupakan kolaborasi kelompok Syiah dengan komunitas pengusung budaya dan adat.