Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara

Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar DIY

Penulis: Imam Saputro
Editor: Daryono
zoom-in Rangkul Penyandang Difabel, ABC Wooden Toys Produksi Mainan Edukatif hingga Tembus Pasar Mancanegara
Tribunnews/Imam
Rita Indriana saat ditemui Tribunnews.com di tokonya yang beralamatkan di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta pertengahan September 2023. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Imam Saputro

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - "Mas, ini dipotong sesuai pola ya."

"Pelan-pelan saja, satu per satu sampai selesai," ujar Rita ke Agus di workshop Anak Bangsa Cerdas (ABC) Wooden Toys di Gedongkiwo, MJ I/ 676, Yogyakarta beberapa tahun silam.

Tak jauh dari Agus, ada Topan, pemuda 20 tahunan yang tengah asyik mengampelas balok-balok kayu.

Pesan yang sama disampaikan Rita kepada Topan, pekerja di bagian ampelas dan cat, hanya saja instruksi kali ini disampaikan melalui tulisan.

" Ampelas sampai halus," tulisnya di sebuah kertas.

"Cat biru semua."

Berita Rekomendasi

Begitu gambaran ketika Rita Indriana, pemilik ABC Wooden Toys mengajari pekerja baru di workshop-nya beberapa tahun lalu.

Instruksi disampaikan dengan bahasa yang sederhana, jelas dan spesifik kepada masing-masing karyawan.

Agus, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat melakukan pemotongan kayu bahan mainan edukatif beberapa waktu lalu. (Dokumentasi ABC Wooden Toys)
Agus, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat melakukan pemotongan kayu bahan mainan edukatif beberapa waktu lalu. (Dokumentasi ABC Wooden Toys) (Dokumentasi ABC Wooden Toys)

Tak lupa pujian juga ia berikan ketika para karyawan ketika selesai melakukan tugas pada hari itu.

Kesabaran dan naluri keibuan juga menyertai Rita dalam mengajari karyawan barunya untuk memproduksi mainan edukasi atau Alat Peraga Edukatif (APE).

Dua karyawan baru ini adalah lulusan dari Sekolah Luar Biasa (SLB) dari wilayah Jogja yang ia rekrut untuk jadi anggota "keluarga" ABC Wooden Toys.

Agus adalah lulusan dari SLB-C atau penyandang tunagrahita, sementara Topan lulusan SLB-B atau penyandang bisu dan tuli dari SLB di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Komunikasi harus jelas dan saya harus ngemong untuk melihat potensi masing-masing individu agar pesan yang saya sampaikan bisa dipahami baik melalui perkataan maupun melalui tulisan,” kata pemilik ABC Wooden Toys, Rita Indriana saat ditemui Tribunnews.com di tokonya yang beralamatkan di Gendeng GK IV/598 A, Baciro, Gondokusuman, Yogyakarta pertengahan September 2023.

Kurang lebih enam bulan pendampingan intensif dilakukan, sebelum akhirnya karyawan baru tersebut bisa bekerja secara mandiri.

Setelah proses adaptasi dan pembelajaran yang tak henti, karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys kini bisa jadi andalan.

ABC Wooden Toys sudah bisa memproduksi ratusan APE dengan pemasaran penjuru Indonesia dan mancanegara dengan 10 karyawan tetap, 4 di antaranya adalah penyandang difabel.

Adapun empat karyawan difabel masuk ke dalam bidang produksi.

"Yang difabel namanya  Mas Agus, Mas Topan, Mas Bagus, dan Mas Suryadi," kata Rita.

Rita Indriana bersama deretan mainan yang diproduksinya melalui pabrik rumahan di Kota Yogya, ABC Wooden Toys.
Rita Indriana bersama deretan mainan yang diproduksinya melalui pabrik rumahan di Kota Yogya, ABC Wooden Toys. (Istimewa)

Keberanian rekrut penyandang difabel

ABC Wooden Toys resmi berdiri sejak 14 Mei 2003.

Sejak saat itu pula Rita dan suami berkomitmen untuk merangkul penyandang difabel untuk bersama-sama berkarya di ABC Wooden Toys.

Latar belakang sang suami yang merupakan pengajar Kriya di SLB di Kota Yogyakarta menjadi salah satu faktor pendorong.

Dari pengamatan sang suami, banyak lulusan SLB yang mempunyai keahlian tapi masih dipandang sebelah mata di dunia kerja, bahkan tidak mendapat tempat untuk unjuk kebolehannya.

"Kami sengaja memberikan kesempatan kepada teman-teman berkebutuhan khusus untuk bisa berkarya di ABC Wooden Toys, kebetulan suami pengajar kriya, maka kami fokus ke pembuatan mainan edukatif dari kayu," kata istri dari Eka Kurniawan ini.

“Komitmen kami ingin ada karyawan dari teman-teman difabel, jadi sekalian membuat lapangan kerja untuk teman difabel,” lanjutnya.

Adapun alasan memilih produksi mainan edukatif juga tak jauh dari pekerjaan sang suami sebagai pengajar kriya.

Tahun 2003an, Rita dan keluarga harus menunggui sang anak yang sakit dirawat di salah satu rumah sakit di Yogyakarta.

Ketika itu, rumah sakit meminjamkan mainan edukatif berbahan kayu kepada anak-anaknya sebagai alternatif mainan agar tidak rewel dan bosan saat dirawat di rumah sakit.

Mainan edukatif yang berasal dari luar negeri itu yang kemudian menginspirasi Rita dan suami membuat mainan serupa.

“Kebetulan suami juga mengajar kriya, jadi pas, mainan edukatif dari kayu seperti itu pada tahun 2000an masih kurang dikenal, jadi kami bikin sekaligus ingin membuka lapangan kerja bagi lulusan murid-murid suami saya,” terang wanita yang pada tahun 2023 berusia 53 tahun ini.

Peluang itu yang diejawantahkan menjadi ABC Wooden Toys, UMKM yang menyediakan mainan edukatif  untuk murid PAUD, TK, dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang masih jarang di pasaran.

“Kami ingin di Jogja ada lo yang bisa bikin mainan edukatif, dan sekarang juga berkembang tak hanya ke anak-anak di pendidikan formal atau nonformal, tapi juga ke terapi kesehatan di beberapa rumah sakit,” terangnya.

“Dan kami hadir dengan misi khusus yakni merangkul teman-teman difabel untuk berkarya di ABC Wooden Toys,” tambah Rita.

Terbaru ABC Wooden Toys memproduksi alat bantu untuk terapi penyembuhan pasien stroke di beberapa rumah sakit di Jogja.

Kini APE buatan ABC Wooden sudah memiliki standar Standar Nasional Indonesia (SNI) yang meliputi bentuk mainan, cat pelapis, dan teknik penyambungan yang dipastikan aman untuk anak-anak ataupun pengguna lain seperti pasien yang menjalani terapi kesehatan tertentu.

Rita mengatakan produknya sudah mendapatkan sertifikat SNI sejak tahun 2015.

Ubah stigma negatif penyandang difabel

Rita dan suami juga ingin menepis anggapan kaum difabel tidak bisa bekerja dengan baik di dunia kerja.

"Sebenarnya untuk kualitas hasil produksi sama saja, malah teman-teman difabel bisa lebih fokus dan tekun untuk mengerjakan sesuatu, hanya harus pelan-pelan dan satu per satu," jelasnya.

Meski demikian, target pembuatan APE sebanyak 300 - 400 buah per bulan bisa dipenuhi tanpa ada kendala.

“Pernah peak season dan ada pameran, kami produksi hingga 1.000-an buah mainan edukatif juga bisa tercapai,” jelas Rita.

Stigma lain yang ingin ia ubah adalah penyandang difabel sering dianggap jadi beban keluarga karena tak bisa mandiri di kehidupan sehari-hari.

“Beberapa karyawan kami secara nyata sudah tak jadi beban bagi keluarga, bahkan bertransformasi jadi tulang punggung keluarga.”

“Misalnya Mas Topan, ibunya dulu adalah buruh cuci pakaian, sekarang setelah Mas Topan settle di sini, ia sudah bisa “memaksa” sang ibu untuk mengurangi pekerjaannya sebagai buruh cuci dengan memberikan ke keluarga gaji yang ia terima dari sini,” terang Rita.

Topan, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat mengecat mainan edukatif beberapa waktu lalu.
Topan, satu di antara karyawan penyandang difabel di ABC Wooden Toys saat mengecat mainan edukatif beberapa waktu lalu. (Dokumentasi ABC Wooden Toys)

Contoh lain adalah Agus di tahun 2023 ini baru saja membeli sebuah sepeda motor seharga puluhan juta secara tunai.

“Saya dan suami tentu senang, teman-teman itu bisa membantu keluarga dan bahkan beli motor secara cash,” kata dia.

Ia tak ingin lulusan SLB hanya menjadi pengamen atau pengemis tanpa bisa memanfaatkan keahlian yang didapatkan di SLB di dunia nyata.

Di sisi lain, Rita dan suami juga mewajibkan semua karyawannya untuk mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Pensiun (JP).

Harapannya, semua karyawan, khususnya penyandang difabel ketika sudah tak kerja di ABC Wooden Toys bisa mendapatkan manfaat seperti JHT dan Jaminan Pensiun.

“Kolaborasi seperti ini saling bermanfaat bagi semua pihak, kami senang bisa menolong mereka, dan mereka bisa bermanfaat minimal bagi keluarga masing-masing,” kata Rita.

Rita mencatat, ada tujuh karyawan difabel yang pernah bekerja di usaha yang punya slogan Mainan SNI Bersama Difabel ini.

Adapun dua orang karyawan sudah menikah sehingga keluar dari pekerjannya dan satu pensiun di tahun 2020 lalu.

" Kami berharap para teman-teman difabel bisa mandiri dan memiliki usaha sendiri di kemudian hari," ungkap Rita.

Produk ABC Wooden Toys tembus pasar mancanegara

ABC Wooden Toys kini telah melayani permintaan APE atau mainan edukatif untuk pasar di dalam dan luar negeri.

Perusahaan yang punya showroom di Gedongkiwo MJ I/ 676 Yogyakarta ini telah mengirimkan mainan edukatifnya ke hampir seluruh pelosok daerah di Indonesia.

“Kami sempat ikut pameran di Malaysia dan Australia, ada juga order dari situ,” tegas Rita.

Area pemasaran ABC semula di Yogyakarta telah berkembang  ke Aceh, Medan, Batam, Pekanbaru, Palembang, Balikpapan, Samarinda, Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, Surabaya, Denpasar, Kupang, Papua Barat, Manado, hingga Makassar.

ABC Wooden Toys juga bermitra dengan ratusan di seluruh Indonesia dan puluhan konsinyasi.

Perusahaan yang bervisi Mewujudkan Anak Bangsa Cerdas dengan Alat Permainan Edukatif Bersama Difabel ini awalnya hanya membuat puzzle, namun kini jenis mainan semakin banyak dan beragam.

Misalnya permainan labirin, kereta, menara, balok, dan alat bantu terapi kesehatan sehingga di tahun 2023 ada lebih dari 300 jenis mainan edukatif yang diproduksi.

“Selain dari riset suami saya yang berkecimpung di SLB, kami juga banyak mendengarkan masukan dari guru PAUD ataupun guru SLB yang memanfaatkan produk kami secara kontinyu di kehidupan sehari-hari,” terang ibu dua anak ini.

“Misalnya kereta huruf, atau labirin, kami terima masukan itu, lalu kami produksi sesuai dengan standar ABC Wooden Toys.”

Rita mengakui selain ikut pameran di berbagai kesempatan, pemasaran secara online juga membuat produknya makin dikenal oleh banyak orang termasuk dari luar negeri.

“Ada pula peran-peran dari pihak lain seperti Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang mendampingi kami menjaga kualitas produk hingga pemasaran secara online,” terang Rita.

ABC Wooden Toys bergabung menjadi mitra binaan YDBA sejak 2018.

Banyak keuntungan yang Rita rasakan semenjak menjadi mitra binaan YDBA, seperti pendampingan di sisi manajemen, pengemasan hingga quality control.

Dihubungi terpisah, Ketua Yayasan YDBA Sigit P Kumala mengatakan pihaknya memberikan pendampingan kepada ribuan UMKM di Indonesia dengan harapan mewujudkan UMKM mandiri dan naik kelas.

“Termasuk satu di antaranya ABC Wooden Toys yang tahun 2023 ini baru saja memenangkan beberapa penghargaan dari kami,” kata Sigit.

“Kami prinsipnya beri kail, bukan beri ikan, jadi kami membuka seluas-luas kesempatan bagi para mitra untuk belajar bersama di semua lini, dari produksi hingga ke pemasaran,” tambahnya.

YDBA memberikan pelatihan, pendampingan, fasilitasi pemasaran, dan fasilitasi pembiayaan kepada UMKM, tujuannya UMKM binaan dapat mencapai kemandirian serta naik kelas, awet, dan go global.

“Kami juga rutin mengajak mitra binaan untuk pameran di GIIAS, Trade Expo Indonesia dan lainnya, harapannya bisa mengenalkan UMKM ke tingkat global,” tambah Sigit.

Terbaru, ABC Wooden Toys mendapatkan penghargaan menjadi UMKM dengan Quality Control Circle (QCC) Terbaik Juara 1 Kategori Kerajinan/ Kuliner dan UMKM Mandiri Terbaik Kategori Kerajinan/Kuliner pada YDBA Award 2023. (*)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas