Tiga Pesawat Rombongan Kerajaan Malaysia Mendarat di Adisucipto, Ada Apa?
Tiga pesawat yang membawa rombongan Kerajaan Malaysia tiga pekan lalu mendarat di Bandara Adisucipto, Yogyakarta, ada apa ?
Editor: Theresia Felisiani
Aura kekeluargaan dan keakraban pecah sudah ketika sambil santap malam, para tamu mendapat suguhan dua tarian serta peragaan batik seri Asthabrata karya dari GKBRAA Paku Alam.
" Saya dan Permaisuri Tunku Azizah menang sudah berteman sejak lama. Sebelumnya, saya pun berkunjung ke Kerajaan Malaysia jadi ini kunjungan balasan. Saya senang sekali beliau datang kesini karena sekaligus kita pertukaran budaya. Sebenarnya beliau sudah sering kesini, ini ketiga atau keempat kalinya ke Pura Pakualaman. Tetapi kali ini yang resmi," ujar Gusti Putri Paku Alam X.
Kadipaten Pakualaman, Gusti Putri Paku Alam X menjelaskan, menampilkan dua tarian khas Pura Pakualaman yaitu Beksan Tyas Muncar yang diciptakan pada masa KGPAA Paku Alam III. Tarian ini bersumber dari Beksan Lawung Ageng Keraton Yogyakarta.
Tarian kedua yaitu Beksan Lawung Alit yang diciptakan pada masa KGPAA Paku Alam X. Tak hanya sekedar penampilan tarian khas Pura Pakualaman semata, ditampilkan pula pameran dan peragaan batik karya Gusti Putri Paku Alam X yang menampilkan batik seri Asthabrata.
Permasuri KGPAA Paku Alam X ini memang piawai membatik. Dan batik-batik yang dibuatnya diambil dari Astabrata, ajaran nilai luhur kepemimpinan yang yang ada di Pura Pakualaman. Untuk melestarikan budaya batik, Gusti Putri Paku Alam X mendirikan sekolah membatik di lingkungannya.
Ternyata Permasuri Kerajaan Malaysia juga bisa membatik juga .Dalam penjelasannya, Tunku Azizah Aminah Maimunah Iskandariah dirinya bisa membatik. Tetapi ternyata membatiknya dengan cara yang berbeda. Karena kecintaannya akan batik juga, Tunku Azizah juga memiliki sekolah membatik. Hanya diakui, seni batik di Malaysia masih kalah jauh dari batik Yogyakarta.
Menurut Gusti Putri Paku Alam X, Raja Permaisuri Agong Malaysia sangat terkesan dengan tarian-tarian yang disajikan Kadipaten Paku Alaman. Memang beda tariannya. Sehingga tidak mengherankan jika Raja Permaisuri Agong Malaysia itu sangat senang dengan tarian klasik yang disajikan.
Kepada Raja Permaisuri Agong Malaysia dijelaskan mengenai batik-batik yang ditampilkan dalam gala diner tersebut. Batik seri Asthabrata yang ditampilkan yaitu Indra Widagda, Surya Mulyarja, Wisnu Mamuja, Candra Kinasih, Brama Sembada, Yama Linapsuh, Bayu Krastala, Baruna Wicaksana dan Asthabrata Jangkep. Karya batik seri Asthabrata dari Kadipaten Pakualaman ini adalah batik yang memiliki filosofi tentang kepemimpinan yang terinspirasi dari manuskrip atau naskah kuno Setradisubul dan Setra Ageng Adidarma koleksi Perpustakaan Widyapustaka Pura Pakualaman.
“Kita harus melestarikan budaya Indonesia termasuk budaya-budaya klasik yang pernah muncul dalam lingkungan kraton yang ada di Nusantara. Ini merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan. Ketidaktahuan kita tentang budaya akan menjadi malapetaka ketika sebuah negara mengklaim sebagai budaya miliknya dan dipatenkan. Kita akan menyesal setelahnya. Perlu upaya tidak kenal lelah bagi bangsa Indonesia dan kerja sama lintas tradisi atau budaya untuk mendatanya, Setelah didata perlu dirawat dan dipelihara,” ujar Gusti Putri Paku Alam X.
Menurut Istri dari Wakil Gubernur DIY itu, dalam perjalanan sejarah nusantara menjadi Indonesia tentu terjadi banyak pertemuan budaya yang saling menerima dan saling memengaruhi. Dan itu semua merupakan kekayaan yang tidak dimiliki negara atau bangsa lain.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.