Penampakan Kampung Mati di Semarang, Rumah Megah dan Modern Tak Berpenghuni hingga Kisah Di Baliknya
Viral di media sosial keberadaan 'kampung mati' di Kelurahan Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Suci BangunDS
TRIBUNNEWS.COM - Viral di media sosial keberadaan 'kampung mati' di Kelurahan Cepoko, Kota Semarang, Jawa Tengah.
Dalam video yang beredar memperlihatkan sejumlah bangunan rumah yang terbengkalai.
Deretan rumah yang tak berpenghuni itu tampak megah dan modern.
Dari penelusuran TribunBanyumas.com, 'kampung mati' itu berada sekitar 50 meter dari gang depan Kantor Kelurahan Cepoko.
Akses menuju permukiman tersebut cukup mudah lantaran jalan menuju lokasi sudah beraspal.
Mulanya, tak banyak warga yang tahu saat ditanya keberadaan 'kampung mati'.
Baca juga: Asal Mula Munculnya Kisah Mistis Kampung Mati di Cepoko Semarang, Semua Gara-gara Penjarahan
Namun, ketika disebutkan secara detail ciri-ciri lokasi berdasarkan unggahan video di media sosial, barulah warga mengetahui tempat yang dimaksud.
Tampak belasan rumah dengan desain bangunan megah terbengkalai.
Jauh dari kesan dekorasi bangunan lawas, rumah di 'kampung mati' itu berkonsep lebih modern.
Rumput liar tumbuh subur menjulang tinggi menutupi sebagian bangunan rumah.
Beberapa bagian rumah juga sudah hilang dan ada yang sudah dirobohkan.
Di antara belasan rumah itu, ada satu bangunan di sekitar lokasi yang digunakan untuk bisnis grosir gas LPG.
Kemudian, satu rumah disebelahnya digunakan sebagai tempat pengolahan pupuk kandang.
Warga Cepoko Raya, Eri mengatakan, kawasan itu bukanlah 'kampung mati' seperti informasi yang beredar di media sosial.
Namun, kata Eri, lokasi tersebut dulunya merupakan kawasan bisnis properti.
"Nggak benar itu, 'kampung mati'. Dulunya untuk simpanan barang-barang, bukan dihuni," ujarnya, Sabtu (14/10/2023).
Senada, Musanusi, pekerja yang ikut membangun rumah tersebut juga membantah lokasi itu merupakan 'kampung mati'.
"Ini harus diluruskan, jadi bukan 'kampung mati', dulunya memang ada aktivitas di situ."
"Ada yang menghuni tapi bukan berarti 'kampung mati'," tandasnya.
Musanusi menjelaskan, dulunya, lokasi itu merupakan kompleks perumahan golongan menengah yang dibangun sekira tahun 1980-an.
Namun, di masa itu, kondisi Kelurahan Cepoko masih sepi, sehingga membuat kawasan tersebut tak aman.
Karena kondisi itu, kata Musanusi, banyak terjadi penjarahan yang membuat penghuni rumah pindah.
"Dulu, awalnya itu hanya 2-3 rumah, terus nambah-nambah. Tapi karena di sini dulu sepi, ada garong masuk rumah."
"Minta-minta uang, terus yang punya rumah takut," jelasnya.
Musanusi melanjutkan, kawasan perumahan itu mulai kosong sekira tahun 2000-an.
Melansir Kompas.com, sejumlah rumah yang berada di kawasan tersebut kemudian dibeli oleh seorang pengusaha asli Desa Cepoko bernama Sumardani.
Baca juga: Fakta Viral Kampung Mati di Semarang, Warga Ungkap Alasan Belasan Rumah Terbengkalai: Ada Garong
Sumardani mengatakan, lokasi yang disebut sebagai 'kampung mati' itu bernama Perumahan Dua belas.
"Tadinya ada 12 rumah dan sudah pada saya beli 7 rumah," ujarnya, Selasa (17/10/2023).
Berbeda dengan keterangan Musanusi, Sumardani menyebut, beberapa penghuni rumah itu menjadi korban Tragedi Mina.
"Beberapa rumah itu sempat dijual untuk biaya haji, namun malah menjadi korban Tragedi Mina."
"Hingga tahun 2000-an rumah itu mangkrak, kemudian saya beli," tandasnya.
Jadi Lokasi Membuat Konten Horor
Karena kondisinya yang terbengkalai, kawasan itu kerap dibuat untuk membuat konten horor.
Hal itu pun membuat Nailil (23), warga yang masih tinggal di permukiman tersebut merasa risih.
"Terganggu dengan adanya konten-konten horor itu, apalagi buatnya tanpa izin," ujarnya.
Dijelaskannya, tempat tinggalnya itu mulai dibuat konten sejak dua tahun lalu.
Menurut dia, banyak informasi yang diposting di media sosial yang justru tidak sesuai fakta.
"Pada buat konten katanya horor, padahal saya di sini biasa saja, tak ada kesan horor," ungkapnya.
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunBanyumas.com/Agus Salim Irsyadullah, Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf)