Kerap Alami Bencana Kelaparan, Menko PMK Beberkan Dampak Cuaca Ekstrem untuk Pertanian di Papua
Cuaca ekstrem di Papua kerap menjadi penyebab bencana kelaparan di wilayah Papua
Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menjelaskan penyebab terjadinya cuaca ekstrem pada beberapa wilayah di Papua.
Cuaca ekstrem di Papua kerap menjadi penyebab bencana kelaparan di wilayah Papua.
Wilayah di pegunungan tengah dan pegunungan puncak Papua, kata Muhadjir, berada di atas ketinggian sampai 4.000 meter permukaan laut sehingga udaranya sangat tipis.
Selain itu, akibat pemanasan global, salju di atas gunung Jaya Wijaya menjadi sering meleleh.
"Meleleh kemudian membikin embun. embun salju inilah yang sering kemudian punya dampak buruk terhadap hasil pertanian menjadi busuk," ungkap Muhadjir di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Selasa (31/10/2023).
Baca juga: Prabowo Sebut Papua Masuk Proyeksi Dibuatkannya Sumur Air Bersih: Sebenarnya Air di sana Banyak
Dirinya mengungkapkan masyarakat di Papua mengonsumsi umbi-umbian. Sementara cuaca ekstrem membuat umbi-umbian tersebut tidak dapat dikonsumsi masyarakat.
Pangan yang membusuk tersebut, kata Muhadjir, membuat tidak dapat dikonsumsi oleh masyarakat.
"Kalau sudah busuk itu kemudian mereka tidak punya sumber makan lagi karena mereka sangat tergantung kepada makanan pokok umbian ini," kata Muhadjir.
Saat ini, kata Muhadjir, Pemerintah berupaya memperkenalkan jenis pangan lain.
Namun masih dilakukan kajian kecocokan varietas pangan lain dengan kondisi cuaca di Papua.
"Sementara kalau kita mau introduksi tanaman lain misalnya padi dan seterusnya, harus kita cek cuacanya. Mungkin enggak di sana untuk ditanam gitu," ucap Muhadjir.
"Kemudian kalau sagu, di tempat itu enggak bisa tumbuh sagu itu. Karena daerah kering, kering tapi dingin," tambah Muhadjir.
Seperti diketahui, bencana kelaparan terjadi di Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, yang telah menyebabkan 23 orang meninggal dunia.
Sebelumnya, bencana kelaparan sempat terjadi di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.