Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perjuangan KMPA Giri Bahama Angkat Air Gua Suruh: Putus Kekeringan, Angkat Kesejahteraan Warga Desa

Air dari Gua Suruh kini tercatat menghidupi 442 KK (kepala keluarga) atau sekitar 4 ribuan warga yang berada di enam dusun di Desa Pucung.

Penulis: Imam Saputro
Editor: Daryono
zoom-in Perjuangan KMPA Giri Bahama Angkat Air Gua Suruh: Putus Kekeringan, Angkat Kesejahteraan Warga Desa
KMPA Giri Bahama
Dokumentasi pengangkatan air dari perut Gua Suruh di Desa Pucung pada tahun 2013, air disedot dari kedalaman 44 meter di bawah permukaan tanah 

“Total kurang lebih 4 km kami jalan untuk mengambil air, itu baru pagi, belum sore harinya."

Suyadi mengatakan air yang diambil hanya cukup untuk minum, memasak dan mandi ala kadarnya untuk satu keluarga saja.

“Dua blek air itu biasanya untuk masak, minum, dan mandi untuk 2 sampai 3 orang saja per hari, itupun harus sangat hemat penggunaannya,” urai Suyadi.

Ketersediaan air semakin menipis jika kemarau berlangsung lama dan membuat sumber air semakin langka.

“Kalau kemaraunya lama, biasanya sumber air yang tersedia ya makin sedikit, solusinya berangkat lebih pagi atau nyari sumber air lebih ke arah timur, lebih jauh lagi,” terang pria yang kini berusia 64 tahun ini.

Suyadi dan warga desa pernah merasakan harus ngangsu sepanjang 8 bulan tanpa henti karena musim kering yang terjadi begitu lama.

Ia mengatakan, ada penelitian rata-rata penggunaan air di Desa Pucung hanya belasan liter per orang per hari.

Berita Rekomendasi

Angka itu jauh dari standar rata-rata penggunaan air di desa yakni seratus liter per orang per harinya.

Di musim penghujan, warga desa memanen air hujan dengan cara menampung di Penampungan Air Hujan (PAH) bantuan dari pemerintah. 

PAH digunakan oleh beberapa KK, namun lagi-lagi jumlah air yang tersedia tak mencukupi. 

“ Kalau musim hujan lumayan, tapi di daerah sini rata-rata musim kering lebih panjang daripada musim hujan, pernah kemarau itu sampai 8 bulan dalam setahun,” kata Suyadi.

Ketersediaan air, lanjut Suyadi, masih jadi hal mewah di Desa Pucung meskipun di musim hujan .

Keadaan mulai membaik di tahun 2003 dengan adanya sumur yang dibuat oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri.

“Akan tetapi air yang keluar masih terbatas, masih harus dijatah per KK hanya boleh 2-3 jeriken saja per hari,” terangnya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas