Ini Dua Sosok di Balik Monumen Jenderal Hoegeng di Kota Pekalongan
Menurut Nur Hadiman, patung berdiri tepat di depan Stadion Hoegeng, dengan umpak berbentuk segi empat setinggi 4 meter, halaman berbentuk setengah
Penulis: Hasanudin Aco
Editor: Acos Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, PEKALONGAN - Kota Pekalongan, Jawa Tengah, kini punya ikon baru yang jadi kebanggaan warga setempat.
Yakni, Monumen Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso yang berdiri tegak di depan Stadion Hoegeng, Kota Pekalongan.
Hoegeng yang lahir di Kota Pekalongan pada 14 Oktober 1921 adalah Kapolri ke-5 (1969-1971), dikenal memiliki sikap hidup bersahaja, jujur dan berani, sehingga layak menjadi teladan bukan hanya bagi Korps Bhayangkara tapi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, kebersahajaan, kejujuran dan keberanian merupakan nilai-nilai yang berlaku universal, tidak monopoli milik polisi.
Untuk itulah dibuat monumen tersebut supaya keteladannya menginspirasi bangsa ini.
Nah, Sabtu (11/11/2023) lalu atau sehari setelah peringatan Hari Pahlawan 10 November, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo didampingi Panglima TNI Laksamana Yudo Margono meresmikan Monumen Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso di Kota Pekalongan.
Acara ini dihadiri pula oleh Rais Aam Idarah Aliyah Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (Jatman) Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Widi Prasetijono, Rama Hoegeng, sang cucu, beserta istri dan anak-anaknya.
Selain itu, turu hadir Penjabat (Pj) Gubernur Jateng Nana Sudjana dan Wali Kota Pekalongan Afzan Arslan Djunaid.
Mereka turut naik ke atas panggung untuk bersama-sama Kapolri dan Panglima TNI menekan tombol tanda peresmian.
Baca juga: Profil Joko Suranto, Dinobatkan Pahlawan Kebaikan Usai Bangun Jalan di Grobogan Pakai Uang Pribadi
Peresmian Monumen Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso ini juga dihadiri secara virtual (daring) oleh Meri Roeslani atau Meri Hoegeng, istri Jenderal Hoegeng yang sudah berusia 96 tahun. Eyang Meri, sapaan akrabnya, menyaksikan peresmian monumen suaminya itu dari kediamannya di Jakarta bersama Kapolda Metro Jaya Irjen Karyoto.
Perancang dan Pematung
Akan tetapi, siapa sebenarnya perancang dan pembuat patung Monumen Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso? Dialah Nur Hadiman, arsitek asal Kabupaten Pemalang, Jateng, dan Dunadi, pematung asal Sleman, DI Yogyakarta.
Nur Hadiman (50), alumnus SMPN 1 Comal, SMAN 1 Pemalang dan Universitas Brawijaya, Malang, yang sejak SMP memang memiliki kelebihan tersendiri di pelajaran Matematika diberikan amanah oleh Kapolda Jateng Irjen) Ahmad Luthfi, selaku penggagas, untuk merancang dan membangun Monumen Jenderal Polisi Hoegeng Iman Santoso yang letaknya di area Stadion Hoegeng, Kota Pekalongan, tepatnya di depan pintu utama stadion kebanggaan warga Kota Santri ini.
Lalu, seperti apa bentuk Monumen Jenderal Hoegeng dan apa makna filosofisnya?
Menurut Nur Hadiman, patung berdiri tepat di depan Stadion Hoegeng, dengan umpak berbentuk segi empat setinggi 4 meter, halaman berbentuk setengah lingkaran dengan jari-jari 14 meter dan setinggi 1 meter.
“Dilengkapi dengan amfiteater yang bisa digunakan untuk menikmati patung maupun kegiatan yang ada di bawahnya,” kata Nur Hadiman kepada wartawan usai acara peresmian.
Umpak yang berbentuk segi empat, menurut Nur Hadiman, menyimbolkan catur satya, sebagai kesanggupan, tekad dan kesetiaan. “Amfiteater terdapat 5 anak tangga, mengisyaratkan Pancasila yang menjadi dasar negara kita,” tukas Nur Hadiman yang sudah membangun monumen “Tugu Perjuangan”, juga di area Stadion Hoegeng, Kota Pekalongan, yang digagas oleh Habib Luthfi bin Yahya, yang diresmikan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) waktu itu, Jenderal TNI Dudung Abdurachman, Rabu (19/7/2023).
Sementara tinggi total patung, menurut ayah dari Citraka ini, adalah 14 meter (tinggi patung 9 meter plus tinggi umpak 4 meter dan tinggi halaman 1 meter). “Ini sesuai tanggal kelarian beliau (Hoegeng, red) 14 Oktober 1921,” cetus pria “low profile” ini.
Terdapat pula lampu lantai berjumlah 14 buah, sesuai dengan tanggal wafat Jenderal Hoegeng, yakni 14 Juli 2004. Saat menuju halaman, lanjut Nur Hadiman, ada 3 anak tangga, yang menjadi simbol Tribrata, semboyan Polri, yang diartikan sebagai tiga “kaul” (nazar) yang telah diikrarkan oleh Polri, untuk selanjutnya diamankan dan diamalkan oleh setiap anggotanya secara sungguh-sungguh.
Adapun pembuatan patung Monumen Jenderal Hoegeng sendiri dikerjakan oleh Dunadi, seniman patung asal Bantul, yang merupakan salah satu pematung monumen Indonesia berskala internasional dengan kemampuan teknik realis yang mumpuni.
Dalam acara peresmian Sabtu (11/11/2023) lalu itu, baik Nur Hadiman maupun Dunadi hadir di lokasi. Bravo Kota Santri!