Ribuan Mahasiswa Gelar Mimbar Demokrasi di Kampus ISI Yogyakarta
Urgensi pelaksanaan itu tak lain untuk menyuarakan adanya keresahan sejumlah mahasiswa dan masyarakat terkait permasalahan yang terjadi di Indonesia
Penulis: Erik S
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jogja Erik Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL- Sekitar 3.000 mahasiswa dari berbagai universitas atau perguruan tinggi berkumpul di depan gedung lama Rektorat Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta pada Kamis (23/11/2023).
Ribuan mahasiswa tersebut melakukan Mimbar Demokrasi: Bahaya Oligarki untuk Masa Depan Demokrasi.
Koordinator Aliansi Jaga Demokrasi, Muhammad Suhud mengatakan, urgensi pelaksanaan itu tak lain untuk menyuarakan adanya keresahan sejumlah mahasiswa dan masyarakat terkait permasalahan yang terjadi di Indonesia saat ini.
Di mana, beberapa permasalahan tersebut, dinilai muncul dari adanya kelompok oligarki dengan mengontrol kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro pada masyarakat.
"Itu bentuk keresahan kami bersama. Khususnya mahasiswa dan masyarakat umum yang ada di DI Yogyakarta pada saat ini. Khususnya terhadap putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang sangat mengecewakan terhadap masyarakat secara umum," katanya dikutip dari Tribun Jogja.
Baca juga: Kombatan Minta Masyarakat Waspadai Potensi Adanya Upaya Menciderai Demokrasi di Pemilu 2024
Menurutnya, adanya intervensi kekuasaan terhadap kekuasaan kehakiman menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia mengalami kemunduran yang perlu di crosscheck secara terus menerus sebagai mahasiswa atau pun warga sipil.
Sementara itu, Humas Aliansi Jaga Demokrasi, Nur Rohman, menyampaikan bahwa tidak hanya permasalahan intervensi kekuasaan terhadap kekuasaan kehakiman saja yang membuat masyarakat merasa resah, tetapi juga terkait keresahan prinsip demokrasi yang semakin mengikis.
"Itu terbukti dari data indeks demokrasi kita yang semakin menurun dengan adanya penegakkan hukum yang lemah," jelasnya.
"Kami mengadakan aksi mimbar demokrasi tidak ada embel-embel partai politik, simbol relawan dan lain-lain. Itu semua sudah diintervensi. Sehingga, harapan kami sebagai mahasiswa dan kampus sebagai tempat pendidikan harus menjadi garda terdepan untuk memperjuangkan nilai-nilai demokrasi," pintanya.
Pemerhati Budaya Yogyakarta Widihasto mengatakan sebab mereka memberikan kritik adalah karena bentuk cinta kepada negeri.
"Kita tidak rela mereka yang telah menjahit merah putih yang sudah menciptakan Indonesia Raya, yang sudah merangkai UUD 45 hari ini menangis bahwa Indonesia terperosok kembali ke dalam sikap-sikap politik yang itu mencederai demokrasi," kata dia.
Widihasto negara susah maju jika praktik elite politik menghalalkan segala cara untuk kepentingan kekuasaan.
"Di situlah mahasiswa hadir dan saya percaya kawan-kawan yang hadir di sini semuanya hadir digerakkan oleh hati nurani pertahankan hati nurani dan akal sehat kawan-kawan untuk bisa menjadi agen perubahan di indonesia," kata dia.