Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Lagi Pasien Rabies di NTT Meninggal, YB Sempat Mengeluh Sesak Napas, Gelisah, Takut Angin hingga Air

Korban gigitan anjing rabies yang meninggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah. YB meninggal 5 bulan setelah digigit anjing peliharaannya

Penulis: Dewi Agustina
zoom-in Lagi Pasien Rabies di NTT Meninggal, YB Sempat Mengeluh Sesak Napas, Gelisah, Takut Angin hingga Air
FOTO ISTIMEWA/KIRIMAN WARGA
Ilustrasi korban gigitan anjing diduga rabies saat dirawat di Puskesmas Kempo, Dompu, Minggu (13/8/2023). Korban gigitan anjing rabies yang meninggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah. Tercatat hingga Kamis (23/11/2023), sebanyak 11 pasien meninggal dunia akibat virus rabies. 

TRIBUNNEWS.COM, SOE - Korban gigitan anjing rabies yang meninggal di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bertambah.

Tercatat hingga Kamis (23/11/2023), sebanyak 11 pasien meninggal dunia akibat virus rabies.

Terkini YB (49) warga RT 016, RW 008, Dusun D, Desa Boti, Kecamatan KiE, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Mengutip Pos-Kupang.com, YB sebelumnya pernah digigit Hewan Penular Rabies (HPR) pada tanggal 15 Juni 2023.

Baca juga: LBH PSI Temukan Kejanggalan Baru Kasus Anjing Dituduh Tularkan Rabies di Medan

Hewan Penular Rabies adalah hewan yang dapat membawa dan menularkan virus rabies, yaitu anjing, kucing, kera dan hewan sebangsanya.

Diketahui anjing yang menggigit YB adalah anjing peliharaannya sendiri.

"Korban digigit anjing pada tanggal 15 Juni 2023, sekitar pukul 15.00 Wita," ujar Juru bicara Satgas penanganan virus rabies Kabupaten Timor Tengah Selatan, Octas B Tallo kepada Pos Kupang,

BERITA TERKAIT

Octas yang akrab disapa Adi ini mengatakan, YB digigit anjing peliharaannya saat hendak mengangkat salah seorang keponakan yang sedang bermain di halaman rumah.

"Korban yang tertunduk digigit oleh anjing peliharaannya sendiri. Anjing tersebut berlari dari arah belakang rumah. YB digigit pada kaki sebelah kanan, dengan luka gigitan sebanyak 3 luka," jelasnya.

Adi mengatakan, setelah digigit anjing tersebut YB mencuci luka bekas gigitan menggunakan air dan sabun.

"Dia hanya mencuci bagian luarnya saja," imbuhnya.

Menurut Adi, YB juga sudah mendengar informasi terkait rabies melalui warta mimbar di gereja.

Namun dia tidak pergi ke Puskesmas atau Pustu untuk melapor hal tersebut karena alasan jarak yang jauh dan tidak mempunyai biaya untuk ongkos ojek.

Baca juga: Ratusan Anjing di Kota Padang Dapatkan Vaksin Rabies setelah Kasus Gigitan ke 22 Warga

"Setelah menggigit YB, HPR tersebut hendak ditangkap oleh keluarga. Namun, HPR kembali menggigit adik Yulius Benu di bagian telapak tangan kanan antara ibu jari dan jari telunjuk," tandasnya.

"Hal yang sama juga dilakukan oleh adiknya, yaitu tidak mencuci luka dan tidak melaporkan kejadian itu ke Faskes. Peristiwa itu terjadi dua hari setelah korban Benu digigit anjing," tambahnya.

Selanjutnya tanggal 19 November 2023, YB merasa sakit pada bagian pinggang kanan dan keram sampai ke jari kaki.

Namun dia menduga hanya sakit biasa.

"Kemudian pada tanggal 20 November 2023, sekitar pukul 21.00 Wita YB mulai merasa sesak di bagian dada dan merasa haus. Saat hendak meminum air, dia tidak bisa menelan dan dada semakin sesak. Dia juga merasa semakin sesak ketika keluar rumah untuk BAK," katanya.

Warga sedang memegang anjingnya yang akan disuntik vaksin rabies di kantor kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023). Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Selatan menyiapkan 100 dosis vaksin rabies untuk disuntikan ke sejumlah hewan peliharaan secara gratis demi mempertahankan status Jakarta yang bebas dari kasus rabies. Warta Kota/Yulianto
Warga sedang memegang anjingnya yang akan disuntik vaksin rabies di kantor kelurahan Tebet Timur, Jakarta Selatan, Kamis (12/10/2023). Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (Sudin KPKP) Jakarta Selatan menyiapkan 100 dosis vaksin rabies untuk disuntikan ke sejumlah hewan peliharaan secara gratis demi mempertahankan status Jakarta yang bebas dari kasus rabies. Warta Kota/Yulianto (WARTAKOTA/YULIANTO)

Lalu YB dibawa ke Puskesmas KiE pada tanggal 21 November 2023, pukul 16.00 Wita.

Saat itu dia mengeluh gelisah, sulit untuk menelan atau minum air dan rasa takut berlebihan jika terkena udara angin.

Sesampainya di Puskesmas KIE, YB dirujuk dan mendapat penanganan berupa IVFD Nacl 20 tpm, Ranitide inj 25 mg/IV, Metamizole inj 1 amp/IV.

"YB dan keluarga setuju untuk dirujuk. Petugas kemudian melakukan konsultasi dengan pihak rumah sakit, atas persetujuan rujukan tersebut. Dari Puskesmas KiE, korban tiba di RSUD Soe pada pukul 23.48 Wita. Kondisi pasca rujuk masih sama," terangnya.

Keesokan harinya Rabu (22/11/2023) pukul 09.32 Wita, petugas surveilans Dinkes melakukan konfirmasi ke RSUD Soe.

Baca juga: Nasib 23 Warga Padang Digigit Anjing yang Positif Rabies 

"Saat itu pasien berada di ruangan isolasi UGD RSUD Soe," imbuhnya.

"Keadaan umum pasien masih dalam keadaan sadar, bisa bercerita tentang kejadian yang menimpa dirinya. Keluhan yang dialami yaitu takut air, gelisah, dan takut udara," ujarnya.

Tindakan yang dilakukan pada saat itu, pemeriksaan fisik Suhu 36,5^, Nadi 90x, Tensi 136/67 mmHg.

"Pada pukul 18.00 Wita YB mengeluh sakit tenggorokan, sesak napas, takut angin, takut cahaya dan takut air. Keadaan umum lemah, gelisah dan berteriak-teriak."

"Sebelumnya pada pukul 15.00 Wita, yang bersangkutan mengeluh tenggorokan sakit, sesak napas, dan sulit menelan. Saat ingin tidur dia gelisah dan terus berteriak. YB mengalami hipersaliva dan pola napas tidak efektif," ucapnya.

Lalu, pada hari Kamis, tanggal 23 November 2023, pukul 06.00 Wita kata Adi, pesien meminta untuk makan dan minum.

"Pasien makan nasi dan minum 2 gelas air. Selesai makan dia mulai gelisah, terus berteriak, seluruh badan berkeringat dan pasien seperti ketakutan," tuturnya.

Pukul 11.20 Wita, petugas yang menjaga tidak mendengar suara teriakan YB.

"Petugas hendak memastikan dan ingin mengecek. Namun pasien sudah tidak merespon. Petugas kemudian melakukan pemeriksaan nadi dan dilakukan rekam jantung. Jantung dinyatakan berhenti pada pukul 11.24 Wita," tandasnya.

"Kesimpulan tim TRC adalah jika dilihat dari gejala yang muncul dan masa inkubasi yang ada maka YB mengalami gejala khas rabies yang mana mulai muncul gejala awal di minggu ke 23 pasca gigitan dan meninggal setelah 5 hari mengalami gejala khas rabies," pungkasnya.

Dua Kasus Rabies Sebelumnya

Kasus korban meninggal akibat digigit anjing rabies di NTT sebelumnya menimpa dua orang, AO dan YS pada awal November lalu.

AO (62) meninggal dunia, Selasa (7/11/2023) sekira pukul 21.30 Wita.

AO adalah pasien rabies yang dirawat di RSUD Kefamenanu.

Sebelumnya di hari yang sama, Selasa (7/11/2023) sekitar pukul 03.30 Wita, pria berinisial YS (43) meninggal dunia setelah kabur saat dirawat di Puskesmas.

Diketahui, pasien AO sebelumnya digigit anjing liar pada 2 bulan yang lalu.

Belakangan dia dinyatakan positif rabies.

Pasien kemudian dirawat oleh tenaga medis di RSUD Kefamenanu.

Sementara itu setelah menyerang korban, anjing rabies tersebut mati.

Kepala Dinas Kesehatan Timor Tengah Utara, Robertus Tjeunfin menjelaskan pasien tersebut tidak mengonsumsi obat secara teratur pasca diserang anjing.

"Pasien (positif rabies) sudah meninggal dunia. Baru saja meninggal dunia," ujarnya.

"Diagnosa pastinya rabies. Pasien digigit anjing tak dikenal 2 bulan lalu di (Desa) Lemon. Katanya 3 hari kemudian anjingnya mati," ujar Robert melalui pesan WhatsApp.

Gejala khas yang ditunjukkan pasien saat dievakuasi ke RSUD Kefamenanu yakni phobia terhadap air.

YS Kabur dari Puskesmas

Sementara itu YS (43) meninggal dunia setelah kabur saat dirawat di Puskesmas.

Warga kelurahan Niki-niki, Kecamatan Amanuban Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan pasien dengan gejala rabies.

"Kejadiannya kemarin sekitar pukul 14.40 Wita. Pasien suspek rabies ini kabur dari Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Niki-niki," ungkap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten TTS, Ria Tahun, Selasa (7/11/2023) siang, dikutip dari Kompas.com.

Ria menceritakan, peristiwa itu bermula saat YS mengeluh sesak napas, panas tinggi, dan keringat berlebih pada Minggu (5/11/2023).

Pihak keluarga kemudian membawa YS ke Puskesmas Niki-Niki untuk mendapatkan perawatan medis.

Tiba di puskesmas, YS tampak gelisah.

Dia terus berteriak dan berontak sehingga petugas medis kewalahan untuk menanganinya.

Pada Minggu (5/11/2023) sore, keluarganya membawa YS ke Puskesmas Niki-niki untuk dirawat.

Sekitar pukul 23.00 Wita, dia mulai mengeluhkan gejala khas rabies dan terus dirasakan hingga Senin (6/11/2023).

Sekitar pukul 12.30 WIB, korban mulai menunjukkan kegelisahan, mengamuk lalu kabur.

Lalu petugas medis meminta persetujuan dari keluarganya untuk melakukan tindakan restrain (diikat).

Sekitar pukul 14.40 Wita, dia terus mengamuk hingga ikatannya putus kemudian kabur dari puskesmas dengan cara melompat pagar dan keluar ke permukiman.

Petugas medis langsung meminta bantuan pengamanan dari polisi dan TNI, untuk membantu mengamankan korban.

Tak Mau Divaksin

Dari informasi yang dikumpulkan dari keluarga, YS pernah digigit anjing di bagian tangan pada Juni 2023.

Setelah digigit anjing, YS mencuci luka gigitan seadanya tanpa menggunakan deterjen.

Warga setempat menyarankan YS agar melapor ke puskesmas agar tidak terjadi infeksi.

Namun, dia menolak karena menganggap luka gigitan tersebut tidak perlu mendapatkan vaksinasi anti rabies (VAR).

YS kemudian dinyatakan meninggal pada Selasa (7/11/2023) dini hari.

Ria menjelaskan, beberapa jam sebelum meninggal, keluarga sempat menginformasikan kepada petugas medis puskesmas bahwa ada busa keluar dari mulut YS.

Petugas lalu memeriksa kondisi korban dan menyatakan YS meninggal dunia.

"Meninggalnya tadi subuh, sekitar pukul 03.30 Wita," kata Ria kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (7/11/2023) malam.

Menurut Ria, jika dilihat dari gejala yang muncul dan masa inkubasinya, maka diduga YS mengalami gejala khas rabies.

"Karena mulai muncul gejala awal di minggu ke-20 dan hari keenam pasca-gigitan. Dia meninggal setelah mengalami gejala khas rabies," ujar Ria.

Mengenal Rabies & Penanganannya

Seperti diketahui, rabies merupakan virus mematikan yang menyebar ke manusia dari air liur hewan yang terinfeksi.

Sumber penular dari rabies berasal dari hewan terutama pada anjing.

Selain itu, terdapat beberapa hewan lainnya seperti kucing, sapi, kambing, dan kuda.

Bahkan hewan liar pun juga bisa menularkan, seperti kelelawar, berang-berang, anjing hutan, rubah, monyet, dan rakun.

Virus rabies membutuhkan waktu untuk mencapai otak atau sistem saraf dan mulai menginfeksi.

Gejala akibat virus rabies muncul sekitar 30-90 hari setelah penderita tergigit hewan yang terinfeksi.

Beberapa gejala awal yang muncul, seperti kesemutan pada luka gigitan, demam dan sakit kepala.

Dalam kondisi memburuk gejala yang muncul di antaranya kram otot, sesak napas, dan halusinasi.

Selain itu, virus rabies dapat berpotensi menyebabkan kelumpuhan.

WHO menemukan bahwa 30 persen dampak rabies adalah kelumpuhan.

Oleh karena itu, penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika gejala masih ringan maupun jika telah mengalami gigitan hewan yang diduga terinfeksi.

Ketika terpapar virus rabies, ada beberapa penanganan yang dapat kita lakukan yaitu segera mencuci luka gigitan HPR dengan menggunakan air dan sabun selama kurang lebih 15 menit.

Hal ini dilakukan untuk membunuh virus rabies di sekitar area luka.

Kemudian berikan serum atau antiseptik (seperti povidon iodine, alkohol 70 persen, dan lain-lain) jika digigit hewan penular.

Kemudian lakukan vaksin rabies PrPP bagi kelompok berisiko dan lakukan vaksinasi rabies pada hewan peliharaan atau hewan sekitar yang sering memiliki kontak dengan manusia

Sumber: (POS-KUPANG.COM/Adrianus Dini/Dionisius Rebon) (Tribunnews.com) (Kompas.com)

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Warga Boti Meninggal Digigit Anjing Peliharaanya Sendiri, Korban Rabies ke 11 di TTS

Sumber: Pos Kupang
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas