Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Bangun Ketahanan Pangan, Bos Bulog: Praktik Tradisional dalam Produksi Beras Harus Ditinggalkan

Sonya Mamoriska mengatakan, adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk membangun ketahanan pangan di Indonesia.

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Bangun Ketahanan Pangan, Bos Bulog: Praktik Tradisional dalam Produksi Beras Harus Ditinggalkan
Tribunnews/Choirul Arifin
Panen padi di areal persawahan warga Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Juli 2021. 

 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, BALI - Perum Bulog menilai petani Indonesia perlu meninggalkan praktik bertani tradisional untuk memproduksi beras karena poduksi pangan dunia saat ini menghadapi beragam tantangan.

Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum Bulog Sonya Mamoriska mengatakan, adaptasi dan inovasi adalah kunci untuk membangun ketahanan pangan.

Sonya menjelaskan, adaptasi bisa diterapkan melalui sikap proaktif dengan mengantisipasi perubahan dan mempersiapkan diri dengan tantangan yang akan dihadapi di kemudian hari.

"Ini berarti menjauh dari praktik tradisional yang mungkin tidak lagi berkelanjutan dalam kondisi saat ini. Sebagai gantinya, mengadopsi teknik yang membuat sistem beras kita lebih tangguh," katanya di acara Indonesia International Rice Conference 2024 di Bali International Convention Center, Kamis (19/9/2024).

Dia mencontohkan, beberapa teknik yang dianggap lebih tangguh seperti penerapan pertanian cerdas iklim, yang mencakup pengelolaan air yang efisien, peningkatan kesehatan tanah, dan pengelolaan hama terpadu.

BERITA REKOMENDASI

Langkah-langkah ini diklaim dapat meningkatkan kemampuan pertanian padi secara signifikan.

Selanjutnya, terkait inovasi, Sonya menekankan pentingnya memanfaatkan teknologi mutakhir untuk merevolusi cara penanaman, pengolahan, dan pendistribusian.

"Inovasi memungkinkan kita mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan meningkatkan produktivitas sekaligus meminimalkan dampak lingkungan," ujar Sonya.

"Dari pengembangan varietas padi tahan kekeringan dengan hasil tinggi hingga penggunaan alat pertanian presisi seperti drone, sensor, dan analisis data," lanjutnya.

Dia juga menegaskan, inovasi tidak hanya berkaitan dengan teknologi, tetapi juga mencakup cara berpikir dan berkolaborasi yang baru.

Baca juga: Genjot Produksi Beras dan Jagung, Kementan Fokus Lakukan Pompanisasi di Jawa

Menurut Sonya, penting untuk mengembangkan ekosistem yang mendorong eksperimen dan menerima ide-ide baru, bahkan jika ide-ide tersebut menantang status quo.

Untuk menciptakan ekosistem tersebut, Sonya menggarisbawahi perlunya kemitraan yang kuat di seluruh sektor, mulai dari publik, swasta, akademisi, hingga masyarakat lokal.

"Melalui kolaborasi inilah kita dapat berbagi pengetahuan, menyatukan sumber daya, dan meningkatkan inovasi yang sukses," ucap Sonya.

Baca juga: Bos Bapanas Janji Hentikan Impor Beras Saat Masuki Masa Panen Padi

"Mari kita dukung kebijakan yang mempromosikan penelitian dan pengembangan, berinvestasi dalam teknologi yang memberdayakan petani, dan menciptakan platform inklusif untuk pertukaran pengetahuan," pungkasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas